Sebagai anak perempuan tertua di keluarganya, Ayesha di tuntut untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, trauma di masa lalunya, membuat Ayesha tidak jua mencari jodoh di saat umurnya yang sudah mencapai 30 tahun.
Begitu pula dengan Azlan yang merupakan anak tunggal dari keluarga terkaya yang sampai saat ini masih melajang di karenakan sebuah penyakit yang di deritanya.
Bagaimana jadinya, jika kedua insan tersebut bertemu dan melakukan kesepakatan untuk menikah. Akan kah Ayesha menerimanya? atau malah tidak menyetujuinya, karena ia hanya ingin menikah satu kali seumur hidup dan tentunya ingin memiliki keturunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rafasya Alfindra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah
Rasa patah hati membuat Azlan lelah menghadapi kenyataan yang ada. Rumah bukanlah tempat prioritasnya untuk pulang, sebab patah hati yang Azlan alami tidak ingin diketahui oleh kedua orang tuanya.
Dalam perjalanan pulang menuju apartemen, banyak hal yang membuat Azlan tersadar. Azlan berdecak kagum sekaligus iri melihat pasangan tersebut. Suami istri tersebut terlihat bahagia meskipun tidak memiliki materi berlimpah seperti yang Azlan punya. Ternyata Tuhan memang adil dalam menentukan nasib seseorang, jika sebagian diuji dengan kekurangan materi akan tetapi Azlan sendiri diuji dengan tidak memiliki pasangan hidup.
Dering ponsel membuat Azlan mengalihkan sejenak fokusnya. Nama yang tertera di layar ponsel Azlan terpampang jelas bahwa sang Papa lah yang menghubunginya.
Dengan ragu-ragu Azlan mengangkatnya. Ia yakin sang Papa mengetahui berita tersebut, sehingga Papa Azlan langsung menghubunginya.
"Assalamualaikum Pa."
"Waalaikumsalam ... kamu lagi dimana, Nak?" Rezel langsung menanyakan keberadaan sang putera karena merasa khawatir akan keadaan Azlan akibat berita yang tersebar di media sosial tersebut.
"Ini lagi ada di perjalanan pulang, mungkin Azlan tidak bisa pulang ke rumah sekarang, Pa." Azlan langsung mengatakannya, ia tahu sang Papa akan menyuruhnya segera pulang.
"Kenapa? Padahal ada yang perlu Papa bicarakan. Papa harap kau pulang ke rumah sekarang!" Rezel berharap Azlan menuruti perintahnya. Rezel takut terjadi sesuatu dengan putera semata wayangnya kalau dibiarkan sendiri.
Dengan meyakinkan hatinya, Azlan akan berusaha untuk terlihat baik-baik saja nantinya didepan kedua orang tuanya.
"Baiklah ... Azlan akan pulang ke rumah." Sepertinya Azlan harus mengalah dan berusaha untuk tetap tegar. Azlan tidak ingin, sang Papa menjadi khawatir. Kesehatan sang Papa lebih berharga daripada patah hati yang di rasakan oleh Azlan.
~
Rasa patah hati yang di rasakan Azlan membuatnya merasa lelah untuk menerima kenyataan. Berbagai macam cara ia lakukan untuk menghilangkan rasa cinta dihatinya. Namun nama Ayesha tetap nomer satu dihatinya.
Sudah setahun semenjak pemberitaan itu. Berita tersebut bak hilang di telan bumi, seperti kabar Ayesha yang tidak pernah lagi di dengar oleh Azlan.
Rindu, tentu rindu itu masih bersemayam dihati Azlan. Azlan seakan tidak bisa melupakan nama Ayesha dihatinya.
"Kau dimana sekarang Ayesha." Azlan masih mencari keberadaan Ayesha, ia sedikitpun tidak mempercayai perberitaan tersebut. Karena Azlan yakin, Ayesha bukanlah perempuan seperti itu
Sekretaris Azlan tiba-tiba masuk keruangannya sehingga membuat Azlan seketika terkejut dari lamunannya.
"Ada apa?" Azlan menatap sang sekretaris yang terlihat cemas.
"Begini pak ... ada beberapa artikel yang mengatakan produk yang kita luncurkan memiliki kualitas rendah, karena pemberitaan tersebut membuat penjualan kita turun drastis."
Azlan terkejut, ia membanting file yang ada ditangannya. "Siapa yang berani berbuat curang seperti itu? padahal produk yang kita luncurkan memiliki mutu terbaik."
"Maaf Pak ... mereka juga menyertakan hasil uji lab palsu dan hasilnya disebarluaskan di media. Bapak bisa melihatnya sendiri." Atika meletakkan tabletnya diatas meja Azlan. Ia tahu bosnya tidak bisa bersentuhan dengan perempuan.
Azlan melihatnya, ia mengepalkan tangannya dengan emosi yang memuncak. Dari ekspresi yang di tangkap sang sekretaris, Azlan sepertinya mengetahui siapa dalang dari itu semua.
"Ternyata dia mencoba bermain-main denganku." Azlan tersenyum sinis, kali ini ia tidak akan kalah melawan perempuan tersebut.
"Bagaimana Pak? Apa kita perlu mengadakan rapat untuk mencari langkah yang baik untuk melawan mereka?" Sekretaris Azlan mengusulkan pendapatnya.
"Tidak perlu khawatir, aku bisa mengatasinya. Aku hanya perlu menurunkan orang-orangku. Aku yakin mereka bisa mengatasi semuanya. Untuk hal ini, aku tidak akan menerima damai. Biarkan mereka merasakan hasil perbuatannya dan perusahaan mereka, aku pastikan akan mengalami kebangkrutan." Atika menatap sang bos dengan penuh keyakinan, ia hanya bisa mengiyakan kalau memang itu adalah keputusan terbaik yang diambil oleh bosnya.
"Tapi ... perempuan itu ingin bertemu dengan Bapak!" Atika dengan harap-harap cemas mengutarakannya.
siapa itu pengamen ?
semogga Marco menemukan Ayesha