Kesedihan Rara mencapai puncak hanya dalam waktu satu hari.
Setelah orang tuanya batal menghadiri acara wisudanya, Rara malah mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sepupunya sendiri.
Rara mendapati kenyataan yang lebih buruk saat ia pulang ke tanah air.
Sanggupkah Rara menghadapi semua cobaan ini?
Ig : Poel_Story27
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pernikahan
Dengan senyuman lembut penuh kasih sayang, Lidya mendekati menantunya. "Kamu cantik sekali sayang! Ayo, kamu sudah ditunggu di ruang akad!"
Rara menganggukkan kepala, ia mengatur napas perlahan. Perasaannya bercampur aduk saat ini, membayangkan akan bertemu Sean saja sudah membuatnya malas. Apalagi pria itu kini sudah resmi menjadi suaminya.
Acara akad di laksanakan di ruang terbuka, lebih tepatnya di taman yang membatasi mansion depan dan mansion belakang milik keluarga Richard.
Taman tersebut sudah didekorasi seindah mungkin dengan tema Rustic, Dominasi warna putih dan hijau terasa sangat kental di sini, ditambah hiasan pohon kayu dan bunga-bunga, yang semakin mempercantik tempat diadakannya akad.
Tema ini sengaja dipilih, karena memiliki kesan yang hangat dan santai, penuh kekeluargaan. Keluarga Sean memang tidak mengundang tamu dari luar untuk acara akad, acara ini hanya dihadiri oleh kerabat terdekat saja.
Rara tiba ditempat akad dengan diapit oleh ibu mertua dan kakak iparnya. Rara menatap jengah ke arah Sean, yang sudah menunggunya dengan tatapan menghunus.
Rara duduk di samping Sean, lalu membubuhkan tanda tangan di dokemen pernikahan, kemudian dilanjutkan dengan berdo'a yang dipimpin oleh penghulu.
"Sean bawalah istrimu untuk istirahat sebentar, karena acara yang melelahkan sudah menanti kalian," perintah Lidya kepada putranya, setelah semua prosesi akad selesai.
"Iya ... Bu!" sahut Sean malas, ia pun membawa Rara pergi meninggalkan tempat akad.
Acara yang dimaksud Lidya adalah resepsi penikahan mereka. Meskipun Sean dan Rara sudah menolak keras untuk diadakan resepsi. Tapi keluarganya tetap bersikeras untuk diadakan.
Resepsi pernikahan mereka nantinya akan diadakan di hotel milik keluarga Richard. Mereka sudah mempersiapkan resepsi besar, dan super mewah untuk pernikahan putra bungsunya tersebut.
Rara menyingkap ujung kebayanya, agar ia bisa berjalan dengan lebih leluasa, Rara berjalan lebih dulu menuju kamar tempat ia dirias tadi. Ia merasa ogah jalan beriringan dengan Sean.
Sean mengikuti Rara dari belakang, ia menutup pintu kamar. Lalu menatap Rara sambil menyeringai licik.
Sean mendekati Rara dengan langkah mantap, ia sudah tidak sabar untuk mengerjai perempuan, yang sudah membuat dirinya terjebak, dalam pernikahan yang tidak pernah ia inginkan ini.
Rara membulatkan matanya saat Sean terus mendekat, seolah tanpa diperintah oleh dirinya, kakinya melangkah mundur dengan sendiri.
"Ka-kau mau apa?" gagap Rara, karena jarak antara dirinya dan Sean sekarang sudah kurang dari setengah meter.
"Jangan kurang ajar!" Rara terus memundurkan langkahnya.
"Kau lupa? Aku suamimu sekarang!" Tatapan Sean seolah sudah tidak sabar ingin melahap Rara.
Rara terus mundur sampai kakinya membentur ujung tempat tidur, yang membuat Rara hampir terjengkang, andai Sean tidak cepat menangkap pinggangnya.
Sementara satu tangan Sean menarik pinggang Rara, hingga tubuh mereka sudah tidak berjarak. Tangan satunya lagi mulai mengelus wajah, turun ke dagu, lalu berlabuh di bibir ranum milik Rara.
"Kau ...." Ucapan Rara langsung terhenti, karena ciuman Sean sudah mendarat di bibirnya.
Mata Rara membulat sempurna mendapat serangan mendadak seperti itu. Sean melakukannya dengan sangat ahli, seakan langsung menghapus pikiran Rara untuk memberontak.
Rara menjadi lupa diri, dan terhanyut begitu saja. Rara bahkan mengerang pelan saat lidah Sean menyelip ke dalam mulutnya, sedangkan bibir mereka mulai saling membalas dengan posesif. Rara memejamkan matanya, menikmati permainan Sean.
Sementara itu tangan Sean menekan di belakang kepala Rara, yang membuat ciuman itu semakin dalam dan menginginkan lebih.
Ceklek ... Rara langsung mendorong tubuh Sean, saat pintu kamar mereka terbuka.
"Upss ... Sorry!" ujar Rania, lalu tersenyum lebar.
"Tidak bisakah kau mengetuk pintu jika ingin memasuki kamar orang, Kak?" kesal Sean. Karena kedatangan kakak itu sudah merusak suasana.
Rara mengatur napasnya yang terengah, ciuman Sean seperti membakar seluruh saraf yang ada dalam dirinya. Rara mulai mengutuk dirinya, yang begitu mudah terbawa permainan Sean. Tapi ia juga tidak bisa memungkuri, bahwa ciuman tadi sangat menggairahkan, dan langsung membuat dirinya kehilangan kendali.
"Ibu meminta kalian untuk bersiap-siap! Kata ibu, kalian istirahat di hotel saja," ujar Rania, kemudian pergi meninggalkan kamar mereka.
Bersambung.
Jangan lupan tinggalkan like, vote dan.komen ya!