Bukan Pernikahan Kontrak

"Mas yang ini bagus gak?" Cecil menunjukkan sebuah gaun sekaligus bertanya pada Elfan. Sayangnya Elfan hanya diam dengan tatapan yang kosong.

"Mas!

"Hah, Iya kenapa?" Cecil mendengus kesal.

"Aku itu tanya ke kamu, Yang ini bagus gak?" Elfan melihat ke arah gaun yang berada di tangan Cecil. Pria itu mengangguk mengiyakan.

"Kamu mau pakai apa aja bagus kok.. Yang ini juga cocok.." Cecil. tersenyum senang. Wanita itu pamit pergi ke ruang ganti untuk mencoba gaun tersebut.

Sementara Elfan, Pria itu menghela nafas panjang. Entahlah, Dia sedang tidak fokus saat ini. Raganya memang ada disini tapi pikirannya terbang bersama Tissa disana.

Mumpung Cecil belum kembali. Elfan kembali meraih benda pipihnya, Dia melihat lagi postingan Tissa yang ternyata telah di hapus itu.

"Kemana postingan yang tadi? Perasaan tadi ada??" Elfan menggenggam erat benda pipih itu. Melihat Tissa yang mengenakan pakaian gaun pengantin membuat dada Elfan bergemuruh. Sungguh dia merasa panas dan seakan tidak rela kalau Tissa menikah dengan pria lain selain dirinya.

"Tidak! Tissa tidak mungkin menikah dengan pria itu.. Dia sangat mencintaiku.."

Tak dapat menampik, Tissa memang punya pesona tersendiri. Meski katanya Tissa termasuk wanita kampung namun pesosanya tak ada yang menandingi

"Mas.." Cecil kembali dengan gaun yang tadi. Jika tahu hanya di pegang saja tapi kali ini gaun itu melekat pas di tubuhnya.

"Bagus kan?"

"Bagus kok.. Kamu cocok." Cecil mengerucutkan bibirnya. Sejak tadi Elfan mengatakan cocok terus. Tak ada komentar apapun lagi.

"Yaudah, Aku ambil yang ini aja.." Terpaksa Cecil mengambil gaun yang itu saja. Dia pergi ke kasir dimana dia sekarang harus sabar dalam mengantri.

Elfan melirik kesana kemari, Butik yang dia kunjungi bersama Cecil kali ini adalah butik tempat Tissa bekerja. Selama menjalin hubungan dengan Tissa, Elfan memang sering datang ke tempat ini tapi tak berani masuk.

Dan ternyata di dalamnya memang luas dan bagus. Gaun serta pakaian yang terpajang disini sangat berkualitas terpilih dari bahan premium yang tentu saja mahal.

"Benar,,Tissa tidak ada.. Hanya karyawannya saja yang mondar mandir.." Batin Elfan. Dia masih berdiri menunggu Cecil dalam proses pembayaran.

"Sekarang ayo pulang.." Ajak Cecil menggandeng lengan Elfan dengan sangat mesra. Elfan mengangguk dan menurut.

"Mas, Setelah ini kita mampir ke cafe dulu ya.. Aku lapar.." Lagi dan lagi Elfan mengangguk, Dia tak banyak bicara hari ini.

Cecil ingin bertanya sesuatu namun dia urungkan. Sebenarnya Cecil penasaran apa yang membuat Elfan sejak tadi hanya diam saja.

"Mas, Kamu itu sebenarnya kenapa sih?

"Aku gapapa.." Cecil mendengus, Dia merasa kesal kalau di abaikan terus seperti ini.

...****************...

Cecil dan Elfan turun dari mobil sedan yang harganya tak seberapa. Mobil itu Elfan beli dari salah satu temannya. Jika waktu itu dia hanya menyewa, Kali ini Elfan membelinya itupun masih dalam kreditan.

Tentu saja mobil yang ini tidak semewah mobil Tissa selama tiga bulan kemarin dia pakai kesana kemari dan selalu di pamerkan.

"Mas..

"Iya.." Sahut Elfan tanpa melihat Cecil yang berada di hadapannya. Saat ini, Mantan kekasih dari Tissa itu sibuk mengaduk makanan yang di pesannya tadi.

"Pas kita berangkat ke pesta nanti. Kita pakai mobil aku aja ya?" Seketika Elfan langsung medongak.

"Apa?

"Pas kita berangkat ke pesta, Pakai mobil aku aja.. Masa iya kita pergi ke pesta mewah pakai mobil kamu yang kayak gitu. Ya, Malu lah.." Elfan tercengang. Cecil berani mengatakan itu di hadapan Elfan.

"Memangnya kenapa?

"Ya, Ampun.. Kamu bayangin ajalah. Masa iya kita pergi ke pesta mewah pakai mobil yang jelek kayak gitu.. Pesta yang akan kita datangi ini pesta mewah. Banyak kolega-kolega sukses yang datang. Jelas aku tak Pede lah.." Elfan terdiam dengan tangan yang mengepal. Tidak menyangka kalau Cecil akan bersikap seperti ini. Padahal perasaan wanita itu tak banyak protes. Tissa saja dulu tak pernah keberatan.

"Iya sayang.. Aku nurut apa aja kata kamu.." Tak dapat di pungkiri, Meski Cecil bersikap seperti itu. Elfan harus bisa mendekati Cecil lagi agar dia bisa menjadi menantu sang pemilik perusahaan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Elfan pulang dengan wajah yang lelah, Dia masuk ke dalam rumah dan langsung menyadarkan tubuhnya di atas sofa.

Hembusan kasar berulang kali terdengar oleh dirinya sendiri. Matanya menatap langit-langit ruang tamu itu dengan pikiran yang kemana-mana.

"Kamu kenapa?" Wati mendekat setelah melihat sang putra yang pulang tidak seperti biasanya.

"Capek Bu.."

"Capek apa capek.. " Wati duduk di samping Elfan. " Eh, Kok kamu gak pernah ajak Cecil lagi kesini sih.. Sekali kali kamu ajak dia. Ajak dia buat makan malam kesini.." Elfan memutar bola matanya malas.

"Kapan-kapan aja.. Karena beberapa hari lagi aku ada undangan ke pesta salah satu putra tunggal pengusaha kaya. Aku dan Cecil juga ikut di undang.." Mata Wati membulat sempurna.

"Kamu serius..

"Ya, Aku akan gunain kesempatan ini buat berkenalan sama para pengusaha lainnya. Dengan begitu Tuan Surya akan memujiku dan akan lebih percaya padaku.." Wanita menepuk pelan pundak putranya itu.

"Iya.. Kamu itu harus buktikan kalau kamu itu bisa lebih di atas. Kamu..

"Kak.." Ucapan Wati harus terpotong karena Ussi yang tiba-tiba datang.

"Kak, Kakak udah lihat postingan Kak Tissa belom?" Dengan heboh Ussi memberitahu Elfan.

"Iya, Tentang postingan itu kan?" Ussi mengangguk.

"Kakak percaya?" Wati yang juga berada disana diam dengan tatapan bergantian.

"Emangnya, Si wanita kampung itu buat postingan apa?" Tanya Wati dengan rasa penasarannya.

"Itu loh bu.. Tadi aku sengaja lihat postingan Kak Tissa. Dia foto di suatu tempat kayak butik-butik gitu.. Mana makek gaun pengantin lagi. Udah mirip kayak lagi fitting baju.." Wati berdecih..

"Hallaah! Palingan itu cuma palsu. Lagian ya, Siapa yang mau nikah sama dia? Dia itu cuma wanita kampung yang miskin gak punya apa-apa. Baru sukses beli mobil aja udah sombong.. Jangan percaya lah.. Gak akan ada pria yang mau sama wanita kampungan seperti dia itu. Hanya keluarga kita yang mau sama dia.. Ibu yakin kalau dia itu sebenarnya mau balikan sama kakak kamu cuma gengsi aja.." Bagi Wati, Tissa hanya wanita kampung yang tak punya apapun. Wanita yang tak layak di jadikan istri. Wati lupa, Kalau wanita itu masih punya hutang banyak pada Tissa yang sampai saat ini belum di bayar.

"Kak.. Kalo kakak percaya gak?

"Gak tahu kakak pusing.. " Elfan beranjak kemudian masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya di hempas di atas tempat tidurnya.

"Gak mungkin kan kalo Tissa mau nikah sama pria yang waktu di pesta itu.. Benar kata ibu, Jaman sekarang pria gak ada yang mau sama wanita dari kampung. Ya, Tissa itu masih cinta ke aku.." Gumam Elfan seorang diri. Dia sangat percaya diri kalau saat ini Tissa masih mencintainya..

•

•

•

TBC