Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Tidak terasa hari sudah sore, awan mendung di siang hari menandakan hujan yang turun di kala sore itu. Hujan yang turun agak deras, membuat suasana di rumah Pak Sugiono semakin terasa dingin dan mencekam. Apalagi dengan kehadiran hantu pocong yang kini seolah menjadi anggota baru di keluarga itu.
Di sore yang syahdu, kebetulan semua keluarga tengah berkumpul di ruang tamu. Jam makan malam diganti dengan camilan lezat yang dibuat oleh Bu Sri.
"Wah, tumben ibu bikin banyak camilan buat kita. Kayanya nggak perlu makan malam nih!" Ucap Riko.
"Sesekali kita makan camilan, kalau makan nasi terus pasti bosan kan?" Tanya Bu Sri sambil terkekeh.
"Iya sih bu. Lagian camilannya juga bikin kenyang, soalnya ada kue kesukaan aku,"ucap Nana sambil mengunyah.
Namun, saat Nana tengah mengunyah kue buatan ibunya tetiba ia melihat bayangan putih sekelebat dari arah dapur.
Dalam hati Nana berkata "Bayangan apa itu?"
Bayangan putih itu berlalu secepat kilat, sehingga tak begitu menampakan wujudnya. Kini Nana pun menyadari bahwa memang bena dirinya mempunyai kemampuan khusus sehingga bisa melihat makhluk tak kasat mata.
Tanpa pikir panjang, Nana seolah mengabaikan penampakan yang dilihatnya dalam rumah sore hari itu, ia pun tak ingin memberi tahu anggota keluarganya yang lain sebab tak ingin mereka ketakutan.
Nana tetap melanjutkan momen menikmati menu camilan lezat yang sudah disiapkan oleh ibunya tersayang.
"Gimana sekolah kalian?" Tanya Pak Sugiono seolah mengalihkan pandangan Nana terhadap bayangan putih yang ia lihat.
"Baik kok Pak. Alhamdulillah kita betah bersekolah di sini," jawab Kak Riko.
"Iya Pak, Sari juga seneng udah punya temen main di sekolah," Sari pun tak ingin kalah dari sang kakaknya.
Nana yang masih memikirkan akan penampakan bayangan putih itu dan cukup mengganggu konsentrasinya pun tidak ikut menjawab apa-apa.
"Kalau kamu gimana Nana?" Tanya Pak Sugiono seolah membuyarkan imajinasinya.
"Nana juga seneng kok Pak," jawabnya singkat.
Kemunculan bayangan putih di rumah ini, membuat Nana pun berpikir jauh apakah mungkin di rumah ini memang ada penghuninya. Pasalnya, sejak pertama kali keluarga mereka tinggal tanpa disadari memang kerap ada hal-hal aneh yang menimpa.
Tak terasa malam pun menyambut, Nana, Sari dan Riko memutuskan untuk pergi ke kamar mereka karena harus mempersiapkan buku yang harus dibawa esok hari ke sekolah.
"Pak, Bu kita ke kamar dulu ya?" Ucap Riko mewakili kedua adiknya.
"Iya Nak, jangan lupa belajar yang rajin!" Bu Sri menasihati ketiga anaknya.
"Iya bu," jawab mereka kompak dan berlalu pergi menuju ke kamar.
Dan seperti biasanya, hanya tertinggal Bu Sri dan Pak Sugiono di ruang tamu menonton televisi karena mereka masih belum mengantuk.
"Oh ya Pak, ibu bersyukur anak-anak betah tinggal di kota ini, meskipun rumah ini menyimpan misteri yang kelam dan beberapa kali hal aneh menimpa keluarga kita," kata Bu Sri dengan nada lirih.
"Benar sekali bu. Kekuatan anak-anak menjadi kekuatan kita untuk menghadapi semua masalah yang terjadi sejak kita tinggal di rumah ini dan semuanya seolah datang bertubi-tubi begitu saja," kata Pak Sugiono dengan raut wajah yang sedih.
"Tentu Pak, kita harus tetap kuat dan melindungi anak-anak sampai bapak sudah mendapat kabar untuk bekerja di kota lain," ucap Bu Sri.
Obrolan serius kedua orangtua di malam itu, seolah mencairkan suasana malam yang sebenarnya mencekam. Kehadiran hantu pocong yang ikut hadir dalam rumah itu justru membuat keadaan rumah menjadi tidak baik-baik saja. Belum tuntas masalah arwah wanita tidak lain adalah pasangan dari arwah pria yang berwujud pocong itu, ia justru ikut menampakan diri.
Memang hanya Nana yang bisa melihat penampakan dari kedua hantu yang menghuni rumah mereka itu karena ia adalah seorang indigo. Maka tak heran, jika saat itu ia bisa melihat hantu wanita untuk pertama kalinya saat tengah bermain bersama dengan Sari.
Di kamar, Nana mencoba merenung dan merasa penasaran akan wujud dari bayangan putih yang ia lihat saat berada di ruang tamu. Jika dilihat dengan seksama, bayangan itu sepertinya hampir mirip dengan hantu pocong. Nana pun bergidik ngeri jika membayangkan melihat secara langsung hantu pocong yang mempunyai wajah menyeramkan. Padahal selama ini, ia mungkin hanya bisa melihatnya dalam adegan film horor bukan di dunia nyata.
Kehadiran hantu pocong di rumah ini, pasti menandakan bahwa rumah yang sedang mereka tinggali itu pasti menyimpan sesuatu hal dan hal ini membuat Nana justru semakin merasa penasaran ingin menguak misteri yang ada di rumah mereka itu.
Rasa takut yang selama ini mungkin datang dalam diri Nana, namun perlahan harus bisa diatasi karena ia meyakini bahwa selama ia tak berbuat jahat kepada para makhluk tak kasat mata itu, mereka pun sebaliknya juga tidak akan berbuat kejahatan kepada manusia.
Pasalnya, terkadang makhluk halus hanya ingin menunjukkan kehadiran mereka pada manusia bahwa keberadaan mereka itu ada. Jikalau mereka mengusik dan memberikan teror terhadap manusia, itu bisa jadi pertanda kalau mereka tidak menyukai adanya kehadiran manusia di tempat tinggalnya dan berusaha supaya manusia tidak betah lalu pergi meninggalkan rumah.
Sambil memeluk guling, mata Nana pun terpejam dan seperti malam biasanya, di samping Nana ada Sari yang sedang tertidur pulas memeluk boneka kesayangannya.
Malam yang semakin larut, suara rintik hujan di malam hari membuat suasana sunyi senyap terasa sekali di rumah itu. Hawa yang dingin menusuk hingga ke tulang dan suasana angker memang kentara jika malam hari tiba. Apakah mungkin di luar sana orang-orang yang melihat rumah itu pasti menganggap jika rumah itu ada penghuninya.
Terlebih lagi cahaya lampu yang remang-remang temaram akibat tertutupi oleh rintik-rintik hujan akan membuat sebuah bayangan kabut yang menambah keangkeran rumah itu jika dilihat dari arah kejauhan.
Sinar mentari pagi menyinari dari balik jendela kamar, dan memasuki kamar Nana. Ia pun beranjak bangun dari tempat tidurnya. Tak lupa Nana membangunkan adiknya Sari karena takut ia bangun kesiangan pergi ke sekolah.
"Bangun Dek, sudah jam setengah 6 pagi ini?" Suara Nana yang lembut mencoba membangunkan adiknya.
Sambil mengucek matanya, Sari pun terbangun karena mendengar suara kakaknya itu. Mereka pun lalu pergi menuju ke kamar mandi dan mandi bersama seperti biasanya.
Saat di kamar mandi, mereka tidak bermain air seperti biasanya karena harus bergegas untuk pergi ke sekolah. Usai mandi, kedua kakak beradik yang kadang akur dan kadang suka bertengkar ini pun masuk ke kamar dan memakai seragam sekolah pramuka karena kebetulan adalah hari Jumat.
Sementara ibu Sri telah menyiapkan menu sarapan pagi berupa roti tawar dengan selai dan segelas susu untuk ketiga anaknya.
"Jangan lupa sarapan dulu ya?!" Perintah Bu Sri yang hendak menjemur pakaian di samping rumah.