"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29. ... Uang!
Tindakan itu—menekan pihak kepolisian, terpaksa Danu lakukan mengingat rasanya tidak sopan bergegas pulang padahal sedang berkunjung ke rumah pemuka agama. Lebih parahnya dia baru sampai. Toh Beby sudah membuat laporan atas apa yang Clara lakukan, jadi jika sekarang Danu memberi tambahan penekanan soal siapa Beby pada pihak kepolisian, itu hanyalah peringatan supaya polisi bergerak cepat.
Lagipula, Clara kok tidak ada kapok-kapoknya, ya? Anak itu kenapa tidak tahu cara berhenti dan menahan diri.
Preman yang ikut merusak dan menganiaya Beby juga sudah ditangkap, jadi Clara tinggal menunggu kapan dia akan ditangkap juga.
Candra dan Hasan sementara itu, hanya bisa menyerahkan keputusan pada kepolisian. Mereka hanya memberikan keterangan sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Sehingga polisi segera bertindak cepat.
...
"Mana anak itu!"
Galih mondar mandir di teras setelah menelpon Revan yang telah merusakkan mobil barunya hingga ringsek dan rusak parah.
"Bukannya bayar biaya bengkel malah ngelayap dan nggak pulang-pulang," sambungnya bersungut-sungut. "Mobil baru ... plastiknya aja masih utuh kok udah hancur, mana bapaknya belum pakai sama sekali!"
Sebuah pesan masuk membuat Galih berhenti untuk memeriksa ponsel yang ia genggam. Pikirnya itu pesan dari Revan ataupun Clara, tidak taunya dari bengkel dimana mobil Inova reborn barunya menginap.
"Astaga, biayanya setengah dari harga beli!" Galih berseru. Jantungan mendadak melihat nominal yang harus ia keluarkan untuk biaya perbaikan mobil. "Duit lagi, duit lagi! Apa yang harus aku jual untuk biaya sebesar itu?"
Galih berpikir sejenak usai ngomel sendirian di teras rumah. "Minta sama siapa lagi coba?"
Mila sedang terbaring di rumah sakit, jadi meminjam uang pada besan tidak mungkin dilakukan. "Ah, bagaimana kalau ke besan laki-laki saja? Kan tinggal bilang kalau istri barunya pernah deal-dealan denganku?"
Tinggal pelintir sedikit, urusan pasti beres. Bisa jadi, nanti Beby jadi janda lalu bisa digoda sepuasnya. Lagian Revan punya pacar cantik dianggurin, malah milih cewek tipe wc umum. Ya sudah, selama tidak ada ikatan darah, juga bukan milik siapapun, wanita cantik pantas ditikung.
Ah, begini saja burung Galih sudah bereaksi! Yolanda Samara yang diva kota ini tidak ada seujung kukunya Beby. Aish, sialan!
Tapi apa ya yang membuat Beby tampak mempesona? Apa memang dimata dia semua wanita itu sama saja? Sama-sama membuat dirinya ingin meniduri—eh!
"Sore, Pak Galih," sapa seseorang yang begitu familiar di kepalanya.
Galih menoleh, sedikit kaget, bahkan ponsel yang sedari tadi berada ditangan itu nyaris meluncur jatuh. Baru saja dipikirkan, orangnya sudah nongol.
Beby tersenyum. "Kita ketemu lagi, Pak."
Galih yang kelabakan menangkap ponsel itu kembali, terkejut dua kali. Beby tersenyum padanya? Wah! Ada apa ini?
"Eghh," gagap Galih tanpa berani menatap Beby. Padahal setengah hatinya sangat ingin menatap wajah cantik gadis itu. Visual yang sangat indah itu rasanya membasahi hasratnya yang membara. Sedikit meredakan gejolak di sana, tapi Galih sadar, saat gadis ini pergi, gejolak aneh itu meronta penuh kecewa.
Sayang sekali, Galih belum punya keberanian lagi untuk memaksa Beby bersamanya. Sungguh kesialan yang bertubi-tubi. Yah, terlebih setelah kemarin mulutnya begitu ringan mengaku sendiri di depan umum.
"Bapak bisa dengar saya, kan?"
Galih spontan menoleh ke arah Beby. "Bisa, tentu saja bisa."
Meski gugup, Galih berusaha menguasai keadaan. Anak ini kemarin yang membuatnya malu, jadi apa yang harus ditakuti sekarang? "Ada apa kesini?"
Beby kembali tersenyum meski pipinya masih terasa sangat ngilu. "Terasa sangat aneh, ya, Pak ... biasanya saya kesini Bapak sambut hangat seperti seorang anak yang baru pulang dari jauh. Sekarang, Bapak dingin banget."
Beby menunduk, mengambil tas yang ada di pundaknya, masih dengan senyum yang sama. Memberi Galih kesempatan untuk merangkai kata, sekadar membalas perkataannya. Tetapi hingga Beby kembali menatap Galih, tak ada respon berarti selain pandangan kosong tanpa makna.
"Tenang aja sih, Pak," ujar Beby dengan senyuman geli. "Saya udah punya pria yang segalanya jauh lebih sempurna dari anak Bapak, jadi sakit hati saya gampang diobatinya."
Tas itu dia tepuk pelan. Sengaja sekali melakukannya. Dan Galih pun dengan begitu peka menerka apa isi tas itu. Terlebih gaya Beby alay sekali.
"Lebih uangnya, kan?"
Beby menaikkan alisnya sekilas, "benar ... dan Bapak tidak punya kan? Uang segini banyak?" Sekali lagi Beby menepuk tasnya pelan sebanyak dua kali.
"Makanya aku ke sini buat kasih Bapak uang ... putri mantu bapak pasti tidak bisa memberikannya, kan?"
Galih berdecih, "aku nggak butuh uang dari kamu!"
Galih sebal bukan main. Dipermainkan Beby seperti sampah.
"Kemarin Bapak minta 500 juta tuh," sahut Beby meremehkan. "Tadi Clara minta ganti rugi seratus juta lagi, katanya suruh kasih ke Bapak."
Galih menatap Beby penuh tanya. "Jangan macam-macam kamu Beby, aku nggak pernah minta apapun dari Clara!"
"Tadi dia bilang gitu, Pak ... kalau tidak untuk apa saya kemari, kan?" Beby kembali tersenyum untuk menyakinkan. "Nggak apa-apa, katanya mau benerin mobil juga, kan?"
Galih berpikir sejenak, "Kamu jangan nipu, ya, Beby."
Mata Galih terpaku pada tas itu, sehingga Beby langsung peka. "Ambil aja, nih!"
Galih menerima uang itu ragu, tapi berhasil yakin kemudian setelah ingat pada biaya perbaikan mobil yang bisa saja mencapai 150 juta itu.
Beby tersenyum lagi, berkata begitu ringan. "Ya ampun, ternyata Revan menikah sama Clara itu tujuannya ini, ya? Pantas yang nggak punya harta kaya aku ini di buang kaya sampah!"
"Kamu juga menolak pas aku suruh kamu lanjutin pernikahan itu!" Galih dengan gerakan cepat menyembunyikan tas ransel hitam itu ke punggung. Takut Beby mengambilnya lagi.
"Aku lebih suka Bapaknya Beby, Pak ...." Beby sedikit tertawa sumbang. "Dia bisa kasih uang aku buat beli harga diri Bapak!"
Galih tercengang.
Beby menunjuk tas dengan dagunya. "Obat sakit hati paling ampuh ya bisa menginjak harga diri keluarga mantannya dengan ...."
Beby sedikit mendekatkan wajah pada Galih. "Uang ...," ucapnya berbisik dan dramatis.
Beby menarik wajahnya dari sisi Galih. "Bye, Pak! Kalau kurang boleh minta lagi, kok ... saya kasih berapapun maunya Bapak. Uang bukan soal bagi saya sekarang, Pak."
tetap semangat ya kak 🫰😘
gaya bahasa
cerita menarik tp knpa sepiii
terima kasih kak telah membuat novel yg bagus, ringannn tp enak di baca
tetap membuat karya karya terbaik ya thor🙏😍
novel istri muda pa dewan ttp di nt atau aplikasi lain thor🙏
yg buat salah anak kamu bersama Mila pa Broto 🤭
Akhirnya ketahuan ya bapak kandung Clara , tinggal bapak kandung candra dan cakra 😄
semoga Beby hamil kembar ya thor
agar ada kebahagian Danu punya anak kandung🙏