NovelToon NovelToon
Menikahi Istri Ke Tigamu

Menikahi Istri Ke Tigamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Nikah Kontrak / Cerai / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:388
Nilai: 5
Nama Author: rtgfcg

Kevin Pratama tidak pernah menyangka bahwa Ani Anggraini, istri ketiga bawahan di kantornya. Dapat membangkitkan gairahnya yang terpendam selama ini. Karena hal itu, ia melakukan segala cara agar bisa membuat Ani menjadi miliknya. Namun, saat berhasil membuat Ani menjadi miliknya bahkan menjadi istrinya. Ia malah mengajukan kontrak nikah hanya karena trauma di masalalu nya.

“Apa maksudnya ini?” tanya Ani yang terkejut saat melihat isi dari kontrak nikah itu.

“Apa kata-kata yang ada di dalam kontrak nikah itu kurang jelas untukmu Ani? sampai-sampai membuatmu tidak paham seperti itu!”tanya Kevin dengan raut wajah yang datar.

“Tidak, isi dari kontrak nikah ini saya sangat paham. Hanya saja. Mengapa tuan ingin menikahi saya? hanya karena agar tuan mendapatkan seorang keturunan!” ucap Ani, karena memang isi dari kontrak itu menyatakan bahwa pernikahan mereka akan terjalin sampai Ani melahirkan anak untuk Kevin.

“Lalu, memangnya menurut kamu. Apa ada alasan yang lebih masuk akal, untuk saya menikahi kamu yang seorang wanita biasa-biasa saja. Selain untuk memiliki keturunan?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rtgfcg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panggilan

Di luar pintu hotel. Tampak Ani, Kevin, dan omah Ririn berdiri berdampingan dengan suasana yang tampak sunyi.

Setelahnya, tidak lama kemudian. Terlihat mobil sport berhenti melaju di depan mereka dan saat pintu itu terbuka tampak seorang pegawai hotel yang mengendarai mobil sport itu, berjalan menghampiri Kevin.

“Tuan ini kuncinya.” Ucap pegawai hotel itu dengan sopan pada Kevin sambil menyerahkan kunci mobil sport yang di kendarainya barusan.

“Ouh iya terima kasih.” Bukan suara Kevin tapi omah Ririn lah yang kemudian bersuara pada pegawai itu.

Wanita tua itu memang sengaja menggantikan cucunya itu untuk berterimakasih. Karena memang ia tahu dengan pasti. Bagaimana sifat Kevin, sang cucu yang tidak akan mengucapkan terima kasih pada seseorang.

“Sama-sama nyonya. Kalo begitu saya permisi.” Balas pegawai hotel itu. Yang langsung masuk kembali ke dalam hotel, setelah memang melihat omah Ririn mengangguk kepalanya pelan.

Saat pegawai hotel itu sudah tidak tampak. Kemudian terlihat Kevin, mulai membuka mulutnya untuk bersuara.

“Omah, ini beneran. Omah ga mau pulang bareng kita?” Ucap Kevin yang ingin kembali memastikan ucapan omahnya tadi di dalam lift, soal omahnya itu yang tidak akan pulang bersama mereka dan mengatakan akan pulang dengan Damar, supir pribadi di rumahnya.

“Beneran Kevin.” Balas omah Ririn dengan menekan setiap kata-katanya sambil memperlihatkan senyum manis pada cucu satu-satunya itu.

Kevin yang mendengarkan ucapan omahnya itu, hanya bisa menghela napasnya dengan kasar.

“Udah ga usah khawatir sama omah. Sana sekarang kamu pulang aja." Tambah omah Ririn kembali, sambil tetap mempertahankan senyum manis di wajahnya.

“Tapi omah…”

“Udah Kevin, omah bilang pulang ya pulang. Lagian, sebentar lagi juga Damar datang. Jadi kamu ga usah khawatir gitu dong?” Ucap omah Ririn, yang sekarang tidak lagi memperlihatkan senyum manisnya. Karena memang sudah terlalu kesal pada cucunya itu, yang daritadi terus membantah ucapannya.

“Lagian kenapa si, harus banget ya, omah pulangnya di jemput pak Damar?” tanya Kevin dengan suara yang terdengar ketus.

“Kevin, omah kan tahu kamu sama Ani itu pengantin baru. Jadi omah ga maulah, ngeganggu keromantisan kalian di dalam mobil nanti.” Ujar omah Ririn sambil tertawa kecil.

“Omah…” Teriak Kevin yang tidak habis pikir. Karena omahnya saat tadi melihat tanda merah di leher Ani. Tidak berhenti-hentinya sampai sekarang menggoda mereka berdua.

Omah Ririn yang melihat respon Kevin seperti itu. Hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya dan sambil terus masih mempertahankan tawa kecil di bibirnya.

“Ouh ya Ani jangan lupa lo pesan omah tadi. Soal kalo Kevin, ngelakuinnya terlalu bringas lagi. Inget tendang aja pusakanya. Oke…” Ucap omah Ririn yang mulai menghentikan tawa kecilnya dan sekaran mulai mengalihkan tatapan mata yang awalanya pada cucunya, Kevin. Sekarang pada Ani yang memang berdiri di samping Kevin dan sedang menundukkan kepalanya.

Ani yang sebenarnya memang dari tadi terus menundukkan kepalanya karena memang malu, setelah omah Ririn membahas tentang tanda merah di lehernya saat mereka makan di resort tadi. Tentu saja, sekarang semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam lagi di saat mendengar omah Ririn kembali membahas tentang sarannya kembali. Bahkan sekarang tampak wajahnya sudah sangat memerah, karena terlalu malu dengan ucapan omah Ririn baruan.

“Cucu menantu omah ini lucu banget si!” Ucap omah Ririn, saat melihat respon Ani seperti itu.

“Omah udah, ga usah goda aku lagi sama Ani. Sekarang, kalo emang omah ga mau pulang sama Kevin. Yaudah sekarang Kevin sama Ani pamit aja.” Ujar Kevin yang sudah tidak tahan lagi. Omahnya itu terus menggoda ia dan istrinya.

“Kan emang udah omah suruh dari tadi. Buat kamu ga usah khawatir sama omah dan pulang aja. Tapi kamunya si ngeyel terus dari tadi.” Ujar omah Ririn dengan menahan tawa yang ingin kembali keluar dari mulutnya. Karena memang merasa seru dalam menggoda cucu dan cucu menantunya itu.

Kevin yang mendengar ucapan omahnya itu, hanya bisa kembali menghela napas kasar. Setelahnya, ia mulai kembali berucap.

“Yaudah kalo gitu ayo Ani kita pulang.” Ajak Kevin sambil berjalan menuju mobil sportnya.

“Vin yan bener dong ajak istri kamu nya. Masa kamu cuman ngomong doang tanpa gandeng tangannya!” Ucap omah kembali, pada kedua sejoli di depannya.

Kevin yang saat itu memang baru berjalan 2 langkah dan saat mendengarkan ucapan omahnya itu. Tentu langsung saja menghentikan langkahnya. Dengan refleks, ia bahkan langsung memandang Ani yang tampak masih terdiam di tempat dan masih menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Ayo Ani.” Ucap Kevin, sambil menggenggam lembut tangan Ani.

Ani yang memang dari tadi karena terlalu malu. Tidak menangkap ucapan kedua orang itu. Tentu saja merasa terkejut, karena tiba-tiba sang suami sudah menggenggam lembut tangannya dan mulai berjalan menuju mobil sport milik pria itu berada.

“Dah Kevin, dah Ani.” Hanya itulah satu-satunya suara yang Ani dengar dari omah Ririn. Sebelum, ia memang benar-benar masuk ke dalam mobil.

***

“Tuan anda mau apa?” Ucap Ani yang merasa terkejut. Saat ia sudah duduk di kursi penumpang samping kemudi. Kevin, suaminya itu tiba-tiba mencondongkan tubuhnya untuk mendekati dirinya.

“Tuan ini masih di mobil…” Teriak Ani tanpa sadar, saat wajah Kevin memang sudah sangat dekat dengan wajahnya.

“Saya hanya ingin memasang sabuk pengaman kamu Ani!” Ujar Kevin dengan wajah heran dan segera kembali duduk di kursi kemudi dan segera melajukan mobilnya itu.

Ani yang mendengar ucapan suaminya itu. Dengan refleks langsung melihat ke sampingnya, dimana sabuk pengaman memang sudah terpasang di tubuhnya.

“Ah…" teriak Ani yang langsung menutup wajahnya, yang sekarang memang sudah tampak semakin memerah. Karena merasa malu dengan pikirannya barusan.

“Sebenarnya apa yang otak istri kecilku ini pikirkan?”

Tanpa sadar Kevin bertanya seperti itu. Karena memang ia merasa terlalu gemas melihat kelakuan Ani barusan.

“Itu…lupakan saja tuan, sepertinya saya sedang kelelahan.” Jawab Ani dengan cepat dan masih menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“Begitukah?” ucap Kevin dengan nada suara yang terdengar berusaha menggoda.Namun, masih tetap memfokuskan matanya pada jalanan di depannya.

“Iya tuan lupakan saja ucapan saya tadi.”

Kevin yang mendengar itu. Sebenarnya sekarang ingin lebih menggoda Ani. Namun, ia mengurungkan niatnya itu, karena merasa kasihan pada istrinya yang memang dari tadi terus menahan rasa malu.

“Ouh ya, mengapa kamu sekarang memanggil saya dengan sebutan tuan lagi. Bukankah tadi saat makan pagi, kamu memanggil saya dengan sebutan mas?” tanya Kevin setelah beberapa manit terdiam. Karena, ia baru menyadari. Bahwa Ani kembali memanggilnya dengan sebutan tuan bukan lagi mas seperti tadi.

Ani yang mendengar pertanyaan itu, tentu saja terkejut.

“Itu… saya minta maaf karena belum memberitahu anda. Sebenarnya, waktu omah mengetahui saya memanggil anda dengan sebutan tuan. Beliau sangat marah. Beliau mengatakan saya calon istri anda dan bukan bawahan anda, jadi sudah seharusnya saya tidak boleh memanggil anda dengan sebutan tuan. Maka dari itu, setelahnya. Saya memang selalu memanggil anda dengan sebutan mas jika sedang membahas diri anda dengan omah.”Ucap Ani panjang lebar. Yang saat mengatakan itu, ia mulai menurunkan telapak tangan yang ada di wajahnya.

Tampak Kevin yang masih fokus pada kemudinya. Hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.

“Anda marah ya?” tanya Ani sambil menatap Kevin yang ada di sampingnya.

“Kalo anda marah, saya benar-benar minta maaf. Tapi anda harus tahu tuan, saya memang tidak punya pilihan lain. Selain menyebut anda dengan sebutan mas, jika memang tidak ingin melihat omah marah.” tambahnya kembali.

Setelah mengatakan itu, tampak Ani sekarang mulai menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Saya tidak marah Ani. Malah saya memang sependapat dengan ucapan omah soal kamu yang tidak boleh memanggil saya dengan sebutan tuan, dengan status kamu yang adalah istri saya.” Balas Kevin dengan suara yang entah kenapa terdengar lembut.

“Tapi kan pernikahan kita…” ucap Ani dengan suara yang terdengar seperti di tahan.

“Mau seperti apapun pernikahan kita. Tetap saja tidak pantas untuk seorang istri menyebut suaminya dengan sebutan tuan.” Potong Kevin dengan cepat.

“Yasudah… kalo begitu, setelah ini. Jika anda memang tidak masalah, saya benar-benar akan memanggil anda dengan sebutan mas untuk kedepannya.”

“Tapi sepertinya saya tidak suka jika kamu memanggil saya dengan sebutan mas.” Balas Kevin secara tiba-tiba.

“Kenapa?” tanya Ani yang merasa terkejut dengan balasan Kevin barusan.

“Karena itu sama persis dengan panggilan kamu pada mantan suamimu.”Ucap Kevin dengan mata yang masih fokus pada jalanan di depannya.

Ani yang mendengar itu, tentu saja terkejut dan tidak habis pikir. Namun, Keterkejutannya itu hanya bertahan sebentar. Karena, memang setelahnya. Ia mulai kembali berucap untuk menyanggah.

“Tapi kan…” Sanggah Ani. Namun belum selesai sanggahannya itu harus terpotong karena Kevin yang tiba-tiba kembali bersuara.

“Saya bilang, saya tidak suka Ani. Coba sekarang kamu pikirkan saja panggilan lain yang cocok untuk saya, selain mas!” Ucap Kevin dengan suara yang terdengar sangat tegas.

Ani yang mendengar ucapan itu. Hanya bisa menghela napas dengan kasar.

Setelah itu,, ia hanya bisa berpikir tentang panggilan apa yang cocok untuk Kevin, jika pria itu memang tidak ingin di panggil mas. Lalu, setelah beberapa menit, ia yang akhirnya menemukan panggilan yang menurutnya cocok untuk Kevin. Dengan cepat kembali membuka mulutnya untuk bersuara.

“Yaudah kalo gitu gimana kalo kak. Bukannya, tuan Kevin memiliki selisih umur lumayan jauh dengan saya?”

“Tapi saya bukan kakak kamu Ani.” Ujar Kevin lagi yang sekarang dengan suara yang terdengar ketus.

“Yaudah, bagaimana kalo pak Kevin aja.” Ucap Ani yang sekarang merasa kesal pada suaminya itu yang sudah dua kali, tidak menerima panggilan yang akan ia berikan.

“Emangnya saya bapak kamu.” Jawab Kevin dengan cepat dan tentu saja semakin ketus.

Ani yang mendengar ucapan itu, sebenarnya merasakan kekesalannya semakin terasa sangat. Namun, sambil menarik napas dalam-dalam. Ani mulai berusaha dengan perlahan meredakan kekesalannya itu.

“Sabar-sabar.” gumamnya dalam hati, sambil mengusap lembut dadanya.

“Yaudah, kalo gitu apa dong? apa harus honey, husband atau apa.” Ucap Ani akhirnya dengan suara yang sedikit kesal, karena tidak tahu apa lagi panggilan apa yang akan membuat Kevin setuju.

Kevin yang masih fokus menyetir dan mendengarkan ucapan itu. Tentu saja hanya bisa bergidik ngeri. Sungguh tidak pernah terpikirkan dalam kepalanya. Dirinya dipanggil honey atau husband oleh sang istri.

“Sepertinya mas lebih baik, daripada panggilan-panggilan geli yang kamu ucapkan barusan.” Balas Kevin secara tiba-tiba dan mulai memperlihatkan senyum yang terasa sangat menyebalkan di mata Ani.

Namun, Ani yang merasa kesal. Tentu saja tahu dengan pasti. Bahwa ia tidak bisa melawan pria di depannya. Dan karena itu, ia tampak hanya bisa menghela napas dengan kasar. Untuk meredakan kekesalannya yang semakin besar apalagi setelah mendengar ucapan menyebalkan pria itu barusan.

“Ya udah kalo gitu beneran ya? mulai hari ini saya panggil tuan dengan sebutan mas.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!