Kamu punya pengalaman unik bersama pasangan yang dingin? Katanya, bisa mengakibatkan pilek setiap hari, loh.
Duh, kalau hidung yang pilek boleh lah minum obat, tapi, kalau hati yang terus merasa terabaikan bagaimana?
Yuk, simak kisah Jedar (Jeje dan Darren) dalam menjalani kisah cintanya yang begitu menggemaskan.
Jika suka jangan lupa untuk like dan komen di setiap bab, saranghaeyo 💙
Jangan lupa untuk rate Bintang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Menenangkan Diri
Setelah mengantar, sekarang, Jeje meminta pada sopir Darren untuk diantarkan ke makam ibunya dan Jeje tidak meminta untuk ditunggu.
Jeje membersihkan makam itu dari rumput-rumput kering dan Jeje juga bercerita tentang dirinya.
"Bu, baru kali ini ada yang mengatai Jeje gadis bebal, Jeje bukan tidak bebal, Bu. Jeje tidak mau mencari ribut di tempat kerja, Jeje menghargai Mbak Viona yang sudah baik pada Jeje, Bu."
Jeje menarik nafas dalam, ia masih ingat betul dengan ucapan Salsa yang mengatakan kalau Darren tidak mencintainya.
"Bu, memang benar. Mas Darren tidak menyatakan cinta saat pertama kami jadian, tapi, status kami pacaran, apa itu sangat aneh, Bu?"
Lalu, Jeje tertawa sendiri karena pertanyaannya itu dan Jeje mengatakan kalau dirinya memang aneh.
"Jeje memang aneh, Bu. Tidak ada angin tidak ada hujan, tau-tau jadian." Jeje terkekeh dan Jeje merasa malu saat ada yang menyautinya.
Jeje pun melihat ke belakangnya dan menatap pria yang juga sedang mengunjungi makam ibunya.
"Mungkin dia bukan tipe pria yang romantis," ujarnya dan Jeje tak menjawab.
Tetapi, dalam hati Jeje membenarkan ucapan itu. "Memang benar kalau Mas Darren tidak romantis," ucapnya, "tapi Jeje benar jatuh-jatuh cinta, Bu."
"Maaf, kita tidak saling kenal," jawab Jeje kemudian dan Jeje pun bangun dari berjongkoknya.
Setelah itu, Jeje pergi dari makam dan Jeje yang sekarang berdiri di tepi jalan itu kembali bertemu dengan Justin.
"Halo, Je." Justin menyapa dengan menurunkan kaca mobilnya.
"Halo juga, Mas Justin," jawab Jeje.
Lalu, Justin membukakan pintu mobil untuk Jeje.
"Mau kemana?" tanya Justin dan Jeje yang sekarang sudah duduk di bangku sampingnya itu menjawab, "Mau pulang. Mas Justin mau kemana atau dari mana?" tanya Jeje seraya menatap Justin.
"Aku baru saja mengantar Rossi, dia sedang manja dan karena dia jomblo aku harus mengerti perasaannya sebagai sahabat," jawab Justin seraya perlahan melajukan mobilnya.
"Oo, begitu. Kenapa Mas Justin tidak pacaran saja sama Rossi?" tanya Jeje dengan begitu polosnya.
Dan Justin yang selalu rapi dengan setelan jasnya itu mengangguk.
"Boleh juga ide kamu, nanti akan ku tanyakan Rossi, mau tidak dia menjadi pacarku," jawab Justin dan Justin sedikit terkekeh, ia tak pernah membayangkan kalau dirinya akan pacaran dengan Rossi dan tentu saja jawaban Justin barusan hanya sekedar asal menjawab.
Dan Jeje sangat senang mendengar itu, Jeje juga menyemangati Justin dan berharap kalau Justin benar-benar akan bersama Rossi.
Lalu, Justin menanyakan alamat Jeje dan Justin yang kembali ke arah rumah Rossi itu menjadi heran.
"Baru saja aku dari sini, kok sudah di sini lagi," gumamnya.
"Kalau Mas Justin baru menjemput Rossi, berarti benar tadi dari sini, kami tetanggaan," kata Jeje dan Jeje yang kembali dengan Justin itu mendapatkan tatapan penuh tanya dari para tetangga.
"Tadi pagi sama yang ono, sekarang sudah ganti lagi, wah... Jeje tidak benar ini," kata sama satu tetangga Jeje yang sedang merumpi di depan warung kelontong.
Dan Jeje sama sekali tidak mengetahui kalau sedang di awasi oleh tetangganya.
Dan Jeje yang baru saja turun itu melambaikan tangannya pada Justin, Jeje juga mengucapkan terima kasih.
Lalu, Jeje yang masuk ke pagar rumah itu mengambil ponselnya, ia mengirim pesan pada Darren yang sekarang sedang terbang ke luar kota.
"Aku sudah di rumah, tadi aku mampir ke makam dan saat pulang aku bertemu dengan Mas Justin, Mas Justin mengantar ku pulang," pesan Jeje dan Jeje pun segera menyimpan ponselnya kembali ke tas selempangnya.
Lalu, Pak RT yang sedang bekerja itu menerima pesan dari salah satu warganya, ia mengatakan kalau Jeje harus diawasi.
"Sudah Pak RT, lebih baik nikah lagi saja, supaya ada yang mengawasi Jeje, baru saja saya lihat Jeje dengan pria lain, bukan pria yang biasa antar jemputnya."
Pak RT yang menerima pesan itu hanya membaca dan akan menanyakan langsung pada putrinya dan sore ini Pak Somat melihat Jeje ada di rumah.
"Kamu tidak kerja?" tanya Pak Somat pada Jeje yang sedang memainkan ponselnya.
Dan Jeje menjawab kalau ia sedang libur dan Pak Somat pun ikut duduk di sofa ruang tengah.
"Tadi kamu sama siapa?" tanya Pak Somat seraya menatap Jeje.
"Mas Darren, Yah. Siapa lagi," jawab Jeje yang kemudian menyimpan ponselnya.
"Bukan, dia lain lagi," kata Pak Somat.
"Dari mana Ayah tau?" tanya Jeje dalam hati.
"Mas Justin?" tanya Jeje.
"Mungkin," jawab Pak Somat. Lalu, Pak Somat berpesan supaya Jeje tidak tidak bergaul dengan banyak pria karena itu akan menimbulkan fitnah.
Jeje mengangguk mengerti.
"Tapi-" jawab Jeje dan jawaban itu terpotong karena Pak Somat tak mau tau alasannya.
"Tetap saja, nanti kalau Darren tau bagaimana, apa tidak akan menimbulkan salah paham?" tanya Pak Somat.
"Oh, itu. Ayah tenang saja, Mas Justin ini sahabat Mas Darren," kata Jeje dan setelah itu, Jeje pamit, ia ingin tidur dan karena hari sudah sore, Pak Somat pun mengomel.
****
Sementara Darren, pria itu sama sekali tidak membuka ponselnya, ia benar-benar ingin melepaskan lelah dan sakit kepalanya.
Selama dua hari ini, Darren benar-benar ingin beristirahat dari urusan percintaannya yang begitu rumit.
Terlebih lagi, Rossi masih sering mengiriminya pesan.
Seperti saat ini, Rossi meminta pada Darren untuk tidak memasukan ke hati atas ucapan Salsa.
Dan Darren sama sekali belum membuka pesan itu.
Karena itu, Rossi yang sedang duduk di teras dengan ditemani teh hangat harus berkali-kali membuka ponsel untuk memeriksa dan ternyata Darren sama sekali tidak merespon.
Rossi pun tersenyum, ia mengatai dirinya bodoh.
Lalu, Sarah yang mencari Rossi ke kamarnya itu tak menemukan dan Sarah pun keluar untuk mencari.
"Sayang, kamu sedang apa?" tanya Sarah dan Rossi menjawab kalau sedang bersantai.
Dan Sarah mulai ikut duduk, ia ingin menyampaikan sesuatu.
"Ross, boleh Mama tanya?" tanyanya.
Dan Rossi menjawab dengan bergurau, "Mama nanyeaa?"
"Astaga, sejak kamu jadi alai?" tanya Sarah seraya menatap putrinya.
"Entah, Mah." Rossi pun tersenyum.
Lalu, Rossi kembali meletakkan cangkirnya ke meja.
"Baiklah, Rossi akan mendengarkan, apa itu, Mah?" tanyanya dengan serius.
"Kalau Mamah punya pendamping lagi bagaimana?" tanya Sarah seraya menatap Rossi, ia menunggu jawaban apa yang akan putrinya berikan.
"Siapa? Om Sam sudah menikah, apakah ada duda lainnya?" tanya Rossi dan Sarah pun menjawab dengan mengangguk.
"Besok sore, kita makan bersama, kamu harus ikut," kata Sarah dan Rossi pun mengiyakan.
Rossi berharap kalau ini adalah kebahagiaan untuk Sarah, siapakah pria yang Sarah bicarakan?
Bersambung.
Jangan lupa like dan komen, ya, all.
Subscribe/favorit supaya tidak tertinggal up terbarunya.
Ilihhh aki" menganggu aja .. orang yg mau merasakan gejolak yg selama setahun lebih ngk dirasakan....
sabar. derren tuh Jeje udah kasih kode bt nanti malamm pasti di servis dg Baik dahh😂😂😂😂
lahhh udah tamat .... blm puas sihh episode derren Jeje tp ... ok lahhh..semangat berkarya Othorrrr....❤️❤️❤️❤️