Dibalik cerita kelam dan kesalahan besar, ada luka yang tersembunyi mencari kesembuhan.
"Aku membelimu untuk menjadi wanita bayaranku seorang!" -Bara-
"Pilihanku menerima tawaranmu, dan perasaanku adalah resiko dari pilihanku sendiri " -Shafa-
*
Hanya seorang gadis yang terjebak dalam dunia malam hanya untuk pengobatan Ibunya. Lalu, bertemu seorang pria kaya yang membelinya untuk menjadi wanita bayaran miliknya seorang. Bisa terlepas dari dunia malam saja, dia sudah bersyukur dan menerima tawaran itu.
Namun, sialnya dia salah melibatkan hati dan perasaan dalam situasi ini. Mencintai pria yang membayarnya hanya untuk pemuas gairah saja.
Di saat itu, dia harus menerima kenyataan jika dirinya harus pergi dari kehidupan pria itu.
"Aku harus kembali pada istriku"
Dengan tangan bergetar saling bertaut, dada bergemuruh sesak dan air mata yang mulai menggenang, Shafa hanya mampu menganggukan kepalanya.
"Ya, aku akan pergi dari kehidupanmu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman?
Seperti sebuah mimpi yang sudah lama dan hari ini menjadi sebuah kenyataan. Shafa melihat Ibunya kembali seperti semula, Ibu yang sangat dia sayangi.
"Nak, Ibu tidak tahu apa saja yang kamu lewati selama ini. Tapi tolong maafkan Ibu karena hanya bisa membebanimu"
Shafa menggeleng cepat, air mata kebahagiaan tidak bisa dia tahan lagi. Mengalir begitu saja. Perjuangan 5 tahun hanya untuk bisa melihat Ibunya keluar dari Rumah Sakit ini, dan akhirnya hari ini terwujud juga.
"Bu, tidak ada sedikit pun Shafa merasa jika Ibu adalah beban. Shafa hanya ingin Ibu sembuh dan kembali menjadi sandaran terkuat dalam hidup Shafa. Karena hanya Ibu yang Shafa punya sekarang"
Dan bayi ini. Gumam Shafa dalam hatinya dengan tangan yang mengelus pelan perutnya. Dokter menyarankan untuk memberitahu Ibunya tentang semua hal-hal yang mungkin akan mengejutkan, dengan perlahan. Shafa dilarang mengungkit dulu tentang masa lalunya yang menjadi pemicu utama penyakit mental Ibu muncul.
"Sekarang kita pulang ya, Bu"
Shafa membawa Ibunya naik ke dalam taksi yang sudah dia pesan. Shafa sebenarnya masih bingung harus membawa Ibu kemana, karena rumah kontrakan yang terakhir kali mereka tempati, mungkin sudah ditempati orang lain. Dan warga di sekitar sana juga tidak akan menerima kehadiran mereka lagi.
Dan akhirnya Shafa membawa Ibu ke Apartemen Bara yang saat ini dia tempati. Shafa akan membawa Ibu kembali pergi setelah dia mendapatkan tempat tinggal baru.
"Loh Sha, kenapa datang kesini? Kamu tinggal disini?"
"Em, ini Apartemen temanku Bu. Sementara kita tinggal disini dulu, nanti setelah dapat kontrakan baru, kita akan pindah"
Ibu masih terlihat bingung saat dibawa oleh anaknya ke sebuah Apartemen yang begitu mewah. Masih tidak percaya jika anaknya akan tinggal di tempat seperti ini.
"Tapi, ini sangat mewah Nak. Apa temanmu orang kaya?"
"Em i-iya Bu, dia kaya dan baik sama aku"
"Ah begitu ya, syukurlah karena sekarang kamu mempunyai teman baik yang mau membantu kamu. Maafkan Ibu ya karena kamu harus melewati banyak hal sulit selama ini"
Shafa menggeleng pelan, dia membawa Ibu untuk duduk sofa. "Bu, semuanya sudah bisa Shafa lewati. Dan sekarang bisa melihat Ibu kembali seperti dulu, sudah menjadi kebahagiaan terbesar bagi Shafa"
Ibu memeluk anak gadisnya ini, rasanya tidak bisa membayangkan hal apa saja yang sudah di lewati Shafa selama ini. Anaknya pasti melewati banyak hal yang begitu sulit.
"Ibu tidur di kamar itu ya, itu kamar yang kosong"
"Ibu bisa tidur dimana saja, Nak. Disini juga tidak papa" ucap Ibu sambil menepuk sofa yang sedang di dudukinya.
"Di kamar saja, lagian kamar itu kosong dan tidak pernah ada yang tidur disana"
Shafa membawa Ibu ke kamar itu, kamar satu lagi yang selama ini kosong. Tapi Shafa tetap membersihkan kamar itu agar tetap bersih meski tidak ada yang menempati.
Menyelimuti Ibu yang berbaring dan tertidur setelah Shafa memberikan obat dari Dokter. Ibu masih harus banyak istirahat dan tidak banyak memikirkan hal berat.
Shafa duduk di pinggir tempat tidur, menatap lekat wajah tirus yang masih terlihat pucat itu. Beberapa kerutan sudah mulai terlihat, meski tidak begitu intens. Shafa memegang tangan Ibu yang juga sudah mulai terlihat ada beberapa kerutan. Menunjukan jika kulit segarnya sudah mulai termakan usia.
"Sehat-sehat ya Bu, karena aku hanya punya Ibu sekarang dan ... calon bayiku"
Ketika Shafa keluar dari kamar, dia mengecek ponselnya. Percakapannya di pesan bersama Bara hanya berakhir sampai Bara menanyakan keadannya dan Shafa menjawab jika dirinya baik-baik saja. Setelah itu tidak ada lagi pesan yang di kirim pria itu.
"Dia pasti sedang sibuk dengan istrinya yang sekarang sudah sadar"
*
Malam hari, Shafa tidur bersama Ibunya. Setelah sekian lama, dia ingin kembali merasakan pelukan hangat Ibu dalam tidurnya. Shafa menikmati setiap usapan lembut tangan Ibu di kepalanya.
"Sha, kejadian terakhir yang Ibu ingat adalah gedung kosong itu ... apa kamu?"
Shafa langsung mendongak, dia duduk dan menatap Ibu. "Aku tahu semuanya Bu, tidak papa karena itu hanya masa lalu. Dan sekarang yang terpenting kita kembali bersama"
Ibu menatap anaknya yang ternyata sudah dewasa. Bukan lagi gadis remaja yang sering bermanja pdanya, cara berpikir Shafa pun sudah terlihat sangat dewasa. Dan Ibu terharu akan itu, meski dia melewati masa-masa yang dilalui Shafa selama ini.
"Maafkan Ibu Nak, karena kamu harus hadir diantara kesalahan. Maaf, karena pekerjaan Ibu juga membuat kamu dijauhi banyak orang dan tidak ada yang mau berteman denganmu. Maaf sekali lagi ... Hiks.. Tapi, kamu adalah awal yang baik bagi Ibu. Semua hal buruk yang Ibu lewati, berakhir karena hadirnya kamu dalam hidup Ibu, Sha"
Shafa langsung memeluk Ibu, tangisnya pecah. Bukan karena mendengar setiap cerita Ibu saja, tapi mengingat jika dirinya juga terjerumus dalam hal yang sama dengan Ibunya. Namun, Shafa masih belum berani mengatakan yang sebenarnya pada Ibu.
"Baiklah, sekarang ayo kita istirahat. Ibu sudah kembali pada Shafa sekarang, dan jangan pernah tinggalkan Shafa lagi ya Bu. Shafa tidak pernah benar-benar kuat melewati semua ini seorang diri, tanpa Ibu.. Hiks.."
Sandaran hidupnya yang hampir hancur itu, akhirnya kembali kokoh. Shafa membutuhkan Ibu untuk bisa melewati semuanya.
*
Shafa yang sedang membuat sarapan untuk Ibu, terhenti saat mendengar pintu terbuka. Tertegun saat melihat Bara yang masuk ke dalam Apartemennya. Setelah dua minggu berlalu, Bara akhirnya kembali lagi.
"Bara"
Tanpa berkata-kata, Bara langsung berjalan ke arah Shafa dan memeluknya. Shafa cukup tertegun dengan pelukan erat dari Bara. Suara hembusan napasnya yang terdengar begitu lelah. Shafa terdiam saat melihat ibu yang sekarang menatap mereka berdua.
"Bar, lepas dulu" Shafa mendorong tubuh Bara agar melepaskan pelukannya. Terkejut karena melihat Ibu yang keluar dari kamar. "Em, Bu, ini teman Shafa yang diceritakan waktu itu. Dia Bara, pemilik Apartemen ini"
Bara berbalik dan dia juga tertegun melihat seorang Ibu paruh baya yang garis wajahnya ada sedikit kemiripan dengan Shafa. Dia menatap Shafa dengan kening berkerut penuh tanya.
"Em maaf Bar, aku tidak izin sama kamu dulu kalau bawa Ibu tinggal disini. Tapi hanya untuk sementara waktu saja, setelah dapat tempat tinggal baru, aku akan membawa Ibu pindah dari sini"
Bara langsung menghampiri Ibu, menyalaminya dan memperkenalkan diri. Meski masih cukup terkejut karena adanya Ibunya Shafa disini.
"Kalian bisa tinggal sepuasnya disini, aku tidak keberatan sama sekali"
"Ah terima kasih Nak Bara. Maaf jika Ibu merepotkan disini, dan terima kasih juga sudah mau menjadi teman Shafa"
Bara mengangguk pelan, dia menoleh dan menatap Shafa yang masih berada di dapur dengan alis terangkat. Seolah mempertanyakan kata 'teman' yang dimaksud Ibu.
"Em, kalau begitu mari sarapan bersama. Bara, kamu juga belum sarapan 'kan?"
Bara hanya tersenyum tipis melihat reaksi Shafa yang jelas terlihat gugup saat Bara menatapnya dengan penuh tanya. Mempertanyakan arti kata 'teman' yang diucapkan Ibu.
Bersambung
Gue mumet njir mikirin nasib Shafa, kalo misalnya Ibunya tahu dia hamil oleh Bara, terus pekerjaan dia sebelumnya. Apa yang akan terjadi coba. Pusing banget sama hidup lo sha...
thour buat ibu Rani sehat kembali dan shafa semoga mendapatkan pengobatan terbaik💪💪💪💪🥰🥰🥰🥰