NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:256.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29. Masak Bareng

Nada suaranya tidak menyimpan amarah, hanya sekadar perbandingan. Namun Rumi bisa merasakan sesuatu di balik kalimat itu—seperti kerinduan seorang ibu yang pernah kehilangan kesempatan merasakan kehangatan rumah tangga sederhana.

Rumi tersenyum lagi, kali ini lebih hangat. “Saya terbiasa masak sendiri, Bu. Waktu masih di rumah dulu, kalau lagi ada rezeki, saya suka masak ayam bumbu rujak buat bapak dan adik. Jadi, masakan ini selalu bikin saya merasa dekat sama mereka.”

Mama Liora mengangguk, lalu meraih sendok kayu yang tergeletak. “Kalau begitu, biar Ibu bantu aduk. Kamu cukup siapkan sayurnya saja.”

Rumi sempat hendak menolak, tapi melihat binar semangat di mata wanita itu, ia urung bicara. Ia justru mengambil bayam dan wortel dari keranjang, lalu mulai membersihkannya di wastafel.

Suasana dapur kering itu berubah begitu hangat. Di luar, cahaya jingga senja mulai turun. Aroma bumbu yang ditumis Mama Liora bercampur dengan wangi sayuran segar, membuat ruang itu berasa seperti dapur keluarga biasa, bukan dapur dari mansion mewah.

“Bu, boleh saya yang mengaduk?” tanya Rumi setelah selesai mencuci bayam.

“Tidak usah, Rum. Kamu duduk saja. Biar Ibu yang urus ayamnya.” Mama Liora tersenyum sambil mengaduk panci. Suaranya tenang, penuh kasih. “Rasanya sudah lama sekali Ibu tidak begini. Anak laki-laki Ibu semua sibuk dengan urusan masing-masing. Kalau bukan urusan bisnis, ya, pekerjaan kantor. Jarang ada yang mau duduk di dapur sekadar menemani.”

Rumi menoleh, ikut tersenyum. “Saya senang bisa nemenin Ibu. Jujur, di rumah ini saya masih sering merasa asing. Tapi … kalau di dapur begini, saya merasa seperti di rumah sendiri.”

Mama Liora menoleh sekilas, tatapannya melembut. “Rumi, kamu jangan merasa asing di sini. Anggap saja ini rumahmu. Selama kamu menjaga diri dan Kenzo baik-baik, Ibu yakin kamu akan betah.”

Ucapan itu menenangkan hati Rumi, meski ia tahu pesan ibunya tadi siang masih terngiang,“Jangan sampai salah langkah, jangan tergoda.”

Ia tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan gundahnya. “Terima kasih, Bu.”

Sementara itu, Kenzo yang sejak tadi anteng di stroller, tiba-tiba mengoceh pelan, dan berakhir dengan rengekan.

Nia segera menoleh, mendekat. “Dede, lapar lagi, ya?”

Mama Liora menoleh sebentar. “Kalau sudah waktunya, susuin saja dulu, Rum. Biar ibunya aja yang lanjutkan masaknya.”

“Siap, Bu.”

Rumi sempat menatap anak susunya penuh sayang. “Dede, sabar ya, Nak. Bentar lagi Ibu selesai.”

Mama Liora memperhatikan interaksi itu, hatinya terasa hangat. Dalam dirinya, ada perasaan yang sulit dijelaskan—seperti menemukan kembali kehangatan keluarga yang sempat hilang. Ia tahu, Rumi bukan Tisya. Ia bukan menantu yang dulu ia kenal. Tapi justru di situlah letak perbedaannya: Rumi membuat rumah besar ini terasa lebih hidup.

“Ayamnya sebentar lagi matang. Kamu cicipi nanti, Rumi. Jangan biarkan Ibu masak asal-asalan,” ucap Mama Liora sambil tertawa kecil.

Rumi ikut tertawa. “Saya percaya masakan Ibu pasti enak. Tapi nanti saya coba sedikit, biar pas rasanya.”

Ia terlebih dahulu menyusui baby Kenzo, sebelum anak kesayangan papanya semakin rewel.

Tak lama kemudian, wangi ayam bumbu rujak mulai memenuhi ruangan. Sambal merahnya terlihat cantik, kuah kentalnya menggelegak di atas api kecil. Rumi menyiapkan sayur bening bayam dengan irisan wortel dan jagung, menambah aroma segar yang menyeimbangkan masakan pedas itu.

“Kalau sudah begini, rasanya pengin makan ramai-ramai,” kata Mama Liora sambil menuang kuah ayam ke mangkuk besar.

“Iya, Bu,” sahut Rumi. “Saya jadi ingat suasana makan di rumah kecil dulu. Meski seadanya, tapi kalau makan bareng, rasanya nikmat sekali.”

Mama Liora menatapnya, lalu mengangguk pelan. “Kamu tahu, Rum … sebenarnya yang bikin rumah besar ini hangat bukanlah lampu kristal atau kursi mewah. Tapi kebersamaan seperti ini. Kamu membuat Ibu merasakannya lagi hari ini.”

Rumi terdiam sejenak, lalu tersenyum penuh haru. “Alhamdulillah kalau begitu, Bu. Saya bersyukur bisa berada di sini.”

Suasana itu berlangsung hingga senja benar-benar turun. Lampu-lampu dapur mulai menyala, memantulkan cahaya lembut ke dinding putih. Di meja makan kecil, hidangan sederhana tersaji.

Bayi itu kembali ke strollernya. Baby Kenzo tampak tenang, pipinya merona sehat.

Mama Liora duduk berseberangan dengan Rumi, memandangi masakan yang tersaji. “Ayo, Rum. Kita cicipi. Jangan sampai capek-capek masak, tapi tidak sempat dimakan.”

Rumi tersenyum, mengangguk. “Iya, Bu.” Ia mengambil sendok, lalu menyeruput kuah sayur bening. “Hmm … segar sekali. Pas banget, Bu.”

Mama Liora mencoba ayam bumbu rujak, lalu tersenyum puas. “Ini … rasanya mirip masakan rumah jaman Ibu dulu. Pedasnya pas, bumbunya meresap. Ibu suka sekali.”

Mereka berdua saling bertukar senyum. Suasana hangat itu seperti menutup segala lelah yang Rumi bawa. Ia merasa, untuk pertama kalinya sejak semua kekacauan hidupnya, ia bisa merasakan kedamaian meski hanya sejenak.

Di saat bersamaan, di sebuah ruang kantor mewah di pusat kota, Julian duduk di kursi kulit hitamnya. Di depannya, Derry sedang menatap layar tablet, menunggu instruksi.

“Tuan, malam ini jadwal makan malam bisnis dengan relasi sudah menunggu di Hotel Aryaduta. Apakah tetap jalan?”

Julian terdiam beberapa detik, jari-jarinya mengetuk meja. Pikiran sejak tadi melayang ke rumah. Ada rasa yang tidak bisa ia abaikan—seperti dorongan untuk pulang lebih cepat.

“Reschedule,” ucapnya akhirnya, nada suaranya tegas. “Cari waktu lain minggu depan.”

Derry sempat kaget. Biasanya, Julian jarang sekali menunda pertemuan bisnis penting. Tapi ia hanya mengangguk. “Baik, Tuan.”

Julian bangkit, meraih jasnya. “Siapkan mobil. Kita pulang.”

“Tidak mampir ke rumah sakit dulu, menjenguk Nyonya Tisya?”

“Tadi pagi saya sudah menjenguknya,” jawabnya dingin.

Sementara itu, di mansion, suara tawa lembut Rumi dan Mama Liora masih terdengar dari dapur. Keakraban itu terasa tulus, mengikat mereka dalam benang tak kasat mata. Rumi mungkin hanyalah seorang perempuan sederhana yang masuk ke dalam keluarga besar penuh wibawa. Namun sore itu, ia berhasil menghadirkan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan harta—kehangatan keluarga.

Dan entah mengapa, di hati Mama Liora, ada doa kecil yang terucap dalam diam: “Semoga Allah jaga perempuan ini. Semoga dia yang mampu membuat rumah ini kembali hidup.”

Bersambung ... ✍️

1
Oktaviani Agustina
Wah mkn seruuuu
Rida Arinda
nungguin Derry ngomong 😳😳😳
Yam Mato
semakin dag dig dug mom nunggu part selanjutnya
Engkar Sukarsih
ayo...dar der dor keluar kasi tau sama ci juli rahasia yang kamu sembunyikan.biar juli tau kelakuan berengsek ci tiysu 🤪🤪🤪
Kimo Miko
aku ikutan panik karena pagi itu julian akan membahas yang sangat penting dengan derri.? julian setelah tahu siapa mamaknya baby kenzo apa reaksinya ya. semakin penasaran
juwita
pada g sabar mom nunggu Dery cerita sm pak jul. tkt tisya keburu sadar
juwita
mom bongkar dl kebusukannya tisya. Julian hrs tau smuanya jgn smpe tisya plg ke rmh Julian msh blm tau kebusukannya tisya tktnya malah rumi yg di serang sm tisya dn keluarganya
Naufal Affiq
Alasan rumi,dia gak mau jauh darimu,maka nya pak julian,cepetan datang ke kantor,tanya derry masalah rumi,pasti bapak tetkejut
nonoyy
emang yaa pak julian ni susah bgt ditebak wkwk 😅
nonoyy
yaa baguslah kalau tisya sadar biar semua cepat terungkap, 😌
Ooh derry dimana k engkau...
Kimo Miko
semua akan terkuak satu persatu. siapa rumi, baby kenzo darah daging siapa, bahkan ada apa dengan tysa. semakin penasaran pemirsa.
Mulaini
Nggak sabar lihat Julian bertanya ke Derry dan Derry mengungkapkan kebenarannya.
Mulaini
Julian pernah hilang ingatan atau benar² lupa tentang masa lalu?
Farani Masykur
ibarat amplop dan prangko maunya nempel terus
Farani Masykur
dilema mendera jika julian tau tisya sdh sadar rasa antara tetap setia atau memilih pada siapa hati berlabuh
.
tolong ya der ntar lu harus ngomong jujur sejujur jujurnya
Rosvita Sari Sari
derry where are u 🤣
❀∂я ♍𝐦𝐨𝐨𝐧 three
deri kenapa belum juga cerita kejadian yang sebenarnya, keburu sadar tisya, nanti barang bukti bisa dilenyapkqn klo sampai tidak tahu
❀∂я ♍𝐦𝐨𝐨𝐧 three: aiss jadi typo maksudnya kalau sampai tisya tahu
total 1 replies
Bunda Aish
Derry where are you?! ayolah cepat muncul membawa berita heboh yg sudah ditunggu-tunggu
Bunda Aish
waduhhh jangan sampai karena Tisya sadar Jul jadi lupa tanya ke Derry ttg rahasia yg selama ini tersembunyi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!