NovelToon NovelToon
Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Suara Wijaya menggema di ruangan itu. Semua terdiam.

Wilona hanya bisa menatap mereka dengan mata berkaca-kaca.

“Aku cuma ingin sekolah dengan tenang… aku nggak minta dipuji, aku nggak minta di perlakukan istimewa...”

“Kamu pikir kami percaya omongan kamu?” sahut Sinta dingin. “Tania anak yang baik, sopan, dan kami mengenalnya sejak kecil. Sedangkan kamu, anak dari mana? Anak kampung yang tiba-tiba muncul dan bawa masalah.”

Kata-kata itu seperti pisau menembus dada Wilona.

Air matanya akhirnya jatuh.

Galen yang berdiri di samping langsung menatap Wijaya tajam.

“Paman nggak boleh nuduh tanpa bukti.”

“Kamu jangan ikut campur, Galen. Ini urusan keluarga kami,” balas Wijaya ketus.

Wilona mencoba menahan isak.

“Kalau memang semua orang di sini percaya aku bersalah… aku akan terima. Tapi suatu hari nanti, kebenaran pasti akan terbongkar”

Ia berbalik, melangkah keluar tanpa menoleh lagi..

Di luar ruangan, Wilona berjalan tanpa arah.

Langit sore berubah kelabu, seolah ikut merasakan perih di dadanya.

Dia duduk di bangku taman, menatap tanah yang basah.

Tak lama kemudian Galen menghampirinya...

“Kamu nggak apa-apa?”

“Kamu pikir aku kelihatan baik-baik aja, Galen?” suaranya serak.

Galen diam, lalu duduk di sebelahnya.

“Aku tahu kamu nggak salah.”

“Sayangnya nggak semua orang berpikir begitu.”

“Biarin aja mereka ngomong. Aku bakal buktiin sendiri kalau kamu dijebak.”

Wilona menatapnya dalam,

“Kamu nggak harus selalu nolong aku.”

“Tapi aku mau lakuin apa aja buat kamu.”

Keduanya terdiam lama.

Hujan mulai turun pelan.

Wilona memejamkan mata, membiarkan air hujan bercampur dengan air matanya.

Dalam hatinya, ia berjanji, jika dunia terus memusuhinya, maka ia akan bertahan dengan caranya sendiri.

Sementara itu, di mobil keluarga Kusuma, Tania duduk di samping Sinta dengan senyum kecil di sudut bibirnya.

“Mama percaya aku, kan?”

“Tentu, Sayang. Mama tahu kamu nggak akan pernah lakukan hal seperti itu.”

“Aku cuma takut mama salah paham.”

“Tenang aja. Biarkan saja Wilona menanggung akibatnya sendiri.”

Tania menatap keluar jendela, melihat hujan yang jatuh deras.

Senyumnya makin lebar.

"Akhirnya satu langkah lagi, Wilona. Lo kalah, dan kali ini nggak ada yang bisa nolong lo."

Hujan sore itu seperti menelan semua suara.

Wilona berjalan pulang tanpa payung, membiarkan air turun membasahi seluruh tubuhnya. Seragamnya lembap, rambutnya menempel di pipi, tapi ia tidak peduli.

Yang ia rasakan hanya satu, rasa sakit bercampur dengan kecewa

"Mereka boleh tuduh aku sesuka hati,Tapi aku nggak akan diam saja,Aku bakal buktiin sendiri siapa yang sebenarnya bersalah. Awas aja kamu Tania."

................

Malam itu di kamar kecilnya, Wilona duduk di depan laptop yang pernah ia bawa dari kampung. Layarnya retak sedikit di sudut, tapi masih berfungsi dengan baik.

Ia menatap layar kosong itu beberapa saat, jari-jarinya menggantung di atas keyboard.

“Aku bukan penjahat…” gumamnya pelan, “jadi kenapa semua orang memperlakukanku seperti itu?”

Ia menutup mata sejenak, lalu mulai mengetik.

Tangannya bergerak cepat, seperti seseorang yang sudah terbiasa dengan dunia komputer. Di kampung dulu, ia memang sering membantu guru sainsnya memperbaiki sistem sekolah.

Malam itu, Wilona mulai menggali Jejak Digital seseorang..

Langkah pertama, ia membuka pesan-pesan yang dikirim Reno ke akun anonim yang memakai namanya.

Dengan kemampuan teknisnya, Wilona menelusuri alamat IP dari pesan itu.

Waktu berjalan, jam dinding menunjukkan pukul 01.43 dini hari.

“Aneh… alamat IP ini bukan dari rumah gue” gumamnya pelan.

“Tapi…”

Ia memperbesar tampilan di layar.

Alamat IP itu menunjuk ke wilayah keluarga Kusuma.

Wilona terdiam.

Denyut jantungnya makin cepat.

“Tante Sinta?”

Ia menggigit bibir.

Berarti seseorang dari dalam rumah mereka sendiri yang buat akun palsu itu.

Tiba-tiba suara ketukan terdengar di pintu kamarnya.

Wilona buru-buru menutup laptop dan menyembunyikannya di bawah bantal.

“Wilona?” suara Tante Sinta terdengar dari luar.

“Iya, Tante?”

“Besok kamu nggak usah ikut sarapan bareng. Tante ada tamu dari yayasan, nggak enak kalau kamu ikut.”

“Baik, Tante.”

Sinta tidak menjawab lagi, hanya langkah sepatunya terdengar menjauh.

Begitu suasana kembali hening, Wilona membuka laptop lagi.

Tatapannya tajam, kali ini bukan tatapan gadis yang ketakutan — tapi gadis yang siap melawan.

“Baik, Tante. Aku nggak akan ikut sarapan. Tapi aku bakal tahu siapa yang sebenarnya memfitnah aku.”

................

Keesokan paginya, udara masih lembap sisa hujan semalam.

Wilona berangkat ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Rambutnya diikat rapi, wajahnya tampak tenang meskipun matanya merah karena kurang tidur.

Begitu sampai di kelas, beberapa teman langsung berbisik pelan.

“Itu tuh, yang kemarin bikin ribut.”

“Masa sih dia segitu nekatnya?”

“Padahal udah juara juga, masih aja cari perhatian.”

Wilona hanya diam.

Ia sudah terbiasa dengan tatapan itu.

Kini, ia lebih sibuk memperhatikan layar ponselnya, memastikan data dari laptop-nya tersinkronisasi.

Galen tiba-tiba datang dari arah belakang, membawa dua roti tawar.

“Aku kira kamu nggak bakal masuk dulu.”

“Kalau aku ngilang, malah makin dibilang salah.”

“Kamu gak tidur?”

“Nggak. Aku kerja.”

“Kerja?”

“Nyari bukti.”

Galen mengangkat alis.

“Kamu serius?”

“Kamu pikir aku cuma diem aja waktu mereka nuduh aku?”

“Kamu mau aku bantu?”

“Belum. Aku mau lihat sejauh mana aku bisa jalan sendiri.”

Wilona tersenyum tipis, tapi di matanya ada kilatan yang berbeda — dingin, penuh perhitungan.

Sepulang sekolah, Wilona tidak langsung pulang. Ia menuju ruang komputer di lantai tiga.

Kebetulan guru IT yang biasanya jaga sedang rapat, jadi ruangan itu kosong.

Ia menyalakan komputer utama sekolah dan mulai mengakses server penyimpanan internal.

Targetnya sederhana — mencari data CCTV aula pada hari pesta kemenangan.

“Kalau benar aku dijebak, pasti ada momen Reno deketin meja minuman.”

Beberapa menit kemudian, file rekaman berhasil ia temukan.

Tangannya bergetar ketika menekan tombol play.

Dan benar saja — di layar terlihat jelas Reno mendekat ke meja minuman, menuangkan cairan ke salah satu gelas.

Tapi bukan itu yang membuatnya membeku.

Di belakang Reno, terlihat sosok perempuan mengenakan gaun merah.

Wajahnya hanya tampak sekilas, tapi Wilona tahu siapa itu.

“Tania…” bisiknya pelan.

Dadanya terasa sesak, antara lega dan marah.

“Jadi benar, lo pelakunya.”

Ia segera menyalin video itu ke flashdisk kecil dan menyimpannya di saku baju.

Namun ketika ia hendak menutup komputer—

“Kamu lagi ngapain di sini, Wilona?”

Wilona terkejut.

Di ambang pintu berdiri Pak Rudi, guru IT yang baru saja kembali dari rapat.

“Saya… cuma mau lihat data untuk tugas praktikum, Pak.”

“Oh begitu. Jangan sembarangan akses file sekolah ya, itu privasi.”

“Iya, Pak. Maaf.”

Ia menunduk cepat dan keluar dari ruangan.

Begitu sampai di koridor, langkahnya makin cepat.

Flashdisk itu terasa berat di sakunya seolah membawa separuh harga dirinya.

1
Evi Lusiana
jd tania itu wilona y thor?
Yurin y Meme
Membuat saya terharu
Call Me Nunna_Re: makasi kk sudh mampielr🙏 semoga suka
total 1 replies
Call Me Nunna_Re
makasi kk sudh mampir🙏
Tachibana Daisuke
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!