NovelToon NovelToon
Empat Mata Jatuh Cinta

Empat Mata Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Tamat
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Achmad Aditya Avery

Valda yang saat itu masih SD, jatuh cinta kepada teman dari perumahan seberang yang bernama Dera. Valda, dibantu teman-temannya, menyatakan perasaan kepada Dera di depan rumah Dera. Pernyataan cinta Valda ditolak mentah-mentah, hubungan antara mereka berdua pun menjadi renggang dan canggung. Kisah pun berlanjut, mengantarkan pada episode lain hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achmad Aditya Avery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Selamat Tinggal dan Selamat Memulai Kembali

Saat di stasiun aku bertemu Aga, kebetulan juga Pak Baya sedang mengantarkan makan-makanan untuk malam nanti. Akhirnya aku ikut membantu mengangkat makan-makanan itu bersama Aga, sekalian bersiap menitipkan barang bawaan.

Setelah semua sudah berkumpul, kami salat Magrib di stasiun. Setelah itu, kami menunggu kereta sambil menikmati makan malam. Sudah hampir jam setengah 8 malam, rasanya tidak akan sempat jika menunggu salat Isya, karena takut keretanya datang. Akhirnya aku memutuskan salat di kereta, sepertinya semua juga berpikiran sama.

Semua tetap di tempat duduk kecuali hanya untuk buang air kecil. Itu juga harus buru-buru. Akhirnya kereta yang ditunggu datang dan hanya berjarak beberapa menit, kereta kembali berangkat meninggalkan Yogyakarta.

Untung saja tidak salat Isya di stasiun, bisa-bisa ketinggalan kereta. Setelah selesai salat Isya di kereta, dengan lemas langsung menyandarkan diri di kursi dan memasang selimut yang telah disediakan. Dengan ditemani lagu kesukaan, aku pun tertidur.

Aku terbangun saat mendengar suara orang berteriak, yang ternyata itu adalah suara para guru yang sedang membangunkan kami. Peringatan ini petanda kita hampir sampai di stasiun Gambir. Nyawa yang masih belum terkumpul sepenuhnya membuatku ingin terus memejamkan mata. Namun, saat aku melihat jam ternyata sudah hampir jam 4 pagi.

Lama sekali perjalanannya. Teman-teman lain bangun dari kursi mereka dan berdiri seperti orang mabuk. Mereka berusaha mengambil dan membereskan barang bawaan dengan rasa kantuk yang masih membebani.

Setelah beberapa menit, kereta pun berhenti. Aku turun dengan mata yang masih sayu. Melihat sekeliling, mengikuti rombongan menuju bus. Aku berjalan seperti habis berlari lima putaran lapangan unggulan, menggendong tas yang sudah robek.

Aku berusaha sekuat tenaga menahan baju-baju yang hampir keluar dari tas. Napas yang terengah-engah, pandangan yang berulang kali kabur, hingga rombongan berhenti dan bus yang ditunggu datang. Akhirnya otot-ototku terasa kembali longgar. Hampir saja mati rasa.

Aku langsung duduk di bangku bus dan pergi meninggalkan stasiun Gambir. Perjalanan yang teramat singkat, entah kenapa rasanya aku mulai merindukan Yogyakarta. Terutama keramahan warga di sana.

Sampailah kami di Tangerang, tepat jam 5 lewat 20 pagi, waktu di sini. Setelah turun dari bus, langsung bergegas menuju masjid untuk salat Subuh. Akhirnya selesai, aku masih ngantuk.

Sejenak aku berbaring di atas lantai masjid yang dingin, sekadar memejamkan mata beberapa menit, menunggu langit yang sebentar lagi bersinar. Aku mengenang semua, perjalanan yang sungguh menyenangkan.

Kembali menuju depan gerbang sekolah sambil menggendong tas yang sudah terbelah. Aku menunggu Papa menjemput. Saat Papa sampai, aku kembali menggendong tas. Dengan tenaga sisa, menyempatkan diri berpamitan dengan guru-guru di sana. Tanpa sengaja aku mendengar Pak Baya membicarakan tas yang sedang aku bawa.

“Itu padahal tas yang kuat, tapi bisa hancur begitu. Begitu bersemangat!”

Aku pura-pura tidak mendengar dan langsung berlari menuju Papa yang menunggu tidak jauh dari tempatku berdiri. Aku tersenyum, entahlah tidak mengerti kenapa. Sekarang aku merasa bahagia.

Seperti biasa, hari ini aku duduk, mendengarkan musik dari handphone sambil menggambar. Kenangan di Yogyakarta saat itu makin mengotori pikiran. Bagaimana tidak? Perasaan ini makin kuat. Siapa lagi kalau bukan dia, orang yang kembali membuat hatiku bingung dan tersesat, Ferafina.

Entahlah, kali ini hatiku tersesat lagi atau tidak. Perasaan ini benar-benar menyebalkan. Tidak adakah kepastian takdir yang berkata, “Orang itu adalah jodohmu! Dekatilah dia dan berikan dia cinta yang setulusnya darimu.” Aku tahu itu hanya imajinasiku saja.

Perasaan pada Ferafina rasanya membuatku hampir meledak. Ingin cepat saja mengatakannya, setidaknya aku harus memberi tahu seseorang agar beban pikiran sedikit berkurang. Siapa lagi yang bertanya keadaanku selain teman dekatku, Riz.

Dia memang selalu ingin tahu setiap kegalauan yang aku derita. Saat itu aku mengaku padanya bahwa aku menyukai seseorang di sekolah ini. Pernyataan itu diperkecil dan makin diperkecil, hingga menjadi, “Aku sedang menyukai seseorang, dia berada di kelas ini.”

Riz benar-benar niat untuk mencari tahu siapa orang yang aku suka, sampai seluruh perempuan di kelas disebut semuanya. Nama Ferafina memang sudah disebutkan tapi aku mengelak karena belum siap mengatakannya.

Saat pulang sekolah, Riz tidak berhenti menanyakan hal yang sama. Aku yang sudah benar-benar terpojok, akhirnya memberi petunjuk: Orang yang aku suka memiliki delapan huruf!

Riz berhenti sejenak dan berpikir, aku yang saat itu berharap dia tidak menemukan jawabannya dan terus berjalan menjauh. Saat Riz selesai berpikir, dia berbisik kepadaku, “Ferafina ya, Val?”

“Ah, tidak kok, tidak!” kataku mencoba mengelak lagi. Apa yang akan terjadi jika dia mengetahuinya? Aku belum siap apalagi teman-temanku pasti akan menyebarkannya. Bagaimana ini?

“Ayo Val, benar, ‘kan? Siapa lagi yang namanya ada delapan huruf di kelas kita?” kata Riz.

“Ah tidak! Bukan! Bukan! Pikir aja sendiri,” kataku sambil mempercepat langkah, mencoba menghindari.

Aku sudah tidak dapat lagi menahan diri. Ekspresi tidak bisa ditutupi. Tanpa sadar aku tertawa dan tersenyum sendiri. Riz terlihat makin yakin bahwa Ferafina adalah orang yang saat ini aku suka.

Dia terus-menerus tersenyum dan menggodaku dengan kata-kata ‘delapan huruf’. Aku yang benar-benar sudah tidak tahan, langsung berlari dan pasrah dengan apa yang akan terjadi esok hari.

Keesokan harinya, Riz kembali padaku untuk membahas dan menggodaku dengan lelucon barunya ‘delapan huruf’. Kata-kata itu benar-benar tersebar. Erdy dan Aga juga mengetahuinya.

Celaka! Jika mereka terus membicarakan ini, Ferafina mungkin akan merasa terganggu. Itu mungkin hanya akan membuat jarak antara aku dan dia semakin lebar. Aku benar-benar menyesal. Seharusnya aku pendam sendiri saja.

Waktu makin berlalu, gosip yang beredar tidak bisa dibendung lagi. Mereka tahu bahwa aku menyukai Ferafina, meskipun tidak semuanya. Aku masih terlalu ragu untuk mengungkapkan perasaan. Karena apa? Jawabannya ada pada cinta pertama yang masih saja menghantui.

Dia teman, teman baikku, karena perasaan yang tidak jelas, kami tidak pernah bertemu lagi. Aku tidak mau itu terjadi. Terlalu takut kehilangan orang yang sudah meninggalkan jejak teramat dalam di hidup ini.

Cuplikan peristiwa yang mungkin tidak biasa dalam hidupku. Beberapa orang sibuk berbicara tentang indahnya cinta. Aku justru terjebak, apakah aku harus percaya pada keindahan tersebut atau harus tetap curiga?

Kadang di saat aku putus asa dan lelah untuk mencintai, hati kecil ini berkata, “Jika aku tidak berkelana mencintai seseorang, aku tidak akan pernah menemukan orang yang benar-benar bisa aku cintai.” Prinsip inilah yang membuatku terus mencari dan mencari walaupun mungkin aku terlihat mudah untuk jatuh cinta, tapi tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya dirasakan. Suatu hari, seseorang mengirimkan SMS kepadaku, dapat kutegaskan bahwa SMS itu dari Ferafina.

Val, maaf jika kamu benar-benar menyukaiku. Seharusnya kamu bilang langsung kepadaku. Teman-teman sudah banyak yang mengetahuinya dan aku merasa sangat malu saat ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
halofloela
cerita yang bagus
Achmad Aditya Avery: terima kasih /Smile/
total 1 replies
Zyureˋslowrest.
Hi ka, aku mampir. semangat ya!
Achmad Aditya Avery: thank you /Smile/
total 1 replies
Osmond Silalahi
dari semua lagu kenapa yg dipilih spongebobs?
Osmond Silalahi: wkwk ...
total 2 replies
Osmond Silalahi
aq mampir bro
Osmond Silalahi: sama²
total 2 replies
Y. Kasanova
Baru mampir
Achmad Aditya Avery: thank you /Smile/
total 1 replies
Osmond Silalahi
sakit kepala kalau langsung dibangunin model gitu
Osmond Silalahi: betul kan
total 2 replies
Osmond Silalahi
hayo ... salah sapa
Osmond Silalahi: wkwk ... setuju
total 2 replies
Osmond Silalahi
kali 2 weh
Achmad Aditya Avery: wkwkwkwkwk
total 1 replies
Osmond Silalahi
wah keren arti avery
Osmond Silalahi: tapi keren
total 2 replies
Osmond Silalahi
kunti jenis apa ini? wkwk
Osmond Silalahi: wkwkwk
total 2 replies
Osmond Silalahi
padahal rame matematika
Osmond Silalahi: begh ... rame lo
total 2 replies
Osmond Silalahi
mantap ini
Osmond Silalahi: sama²
total 2 replies
Osmond Silalahi
aq banget dlu
Osmond Silalahi: wkwk ....
total 2 replies
Osmond Silalahi
Dera ky nya unmood
Osmond Silalahi: nah kan
total 2 replies
Osmond Silalahi
weh ... up bab.
Achmad Aditya Avery: yoaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!