31 Days Of Chasing Love

Edgar mengikuti Bianca Dari Belakang, katanya gadis itu ingin ke toilet kenapa sekarang malah pergi ke Belakang sekolah yang banyak pepohonan yang seperti hutan.

"mau ngapain dia?"batin Edgar

taman belakang sekolah selalu sepi beberapa murid menganggap taman itu seram dan angker karena banyak pepohonan yang besar yang sangat rimbun, berapa murid yang lain malas karena taman belakang sekolah itu selalu kotor karena daun-daun tua yang berguguran tetapi bagi Bianca tempat itu adalah tempat yang paling aman nyaman buat dia mengeluarkan keluh kesahnya.

"ARKKK, JAHAT KALIAN JAHAT" teriak Bianca dari balik pepohonan yang cukup besar dan menutupi badannya. Edgar mendekat pelan agar tidak menyebabkan suara.

"Hiks hiks, tebakan gue gak pernah salah kalian udah punya keluarga baru, makanya gak pernah ada buat gue," ujar Bianca, sambil menangis tersedu-sedu.

"Kenapa sih kalian tega banget sama gue?" Bianca terus mengeluarkan kata-kata yang penuh dengan kesedihan dan kemarahan.

"Eca, salah apa mi Pi, sampai kalian lampiaskan semua nya sama Eca? Kalian pikir Eca kuat tidak? Eca gak sekuat itu," Bianca memeluk lututnya, menangis sejadi-jadinya.

"Lo, gapapa kan?" tanya Edgar, karena tak tega melihat Bianca dalam keadaan seperti itu

Ia duduk di sebelah Bianca dan meletakkan tangan di pundak Bianca. "Cerita sama gue," ujar Edgar, dengan suara yang lembut dan penuh empati.

Bianca mengangkat wajahnya, menatap Edgar dengan mata yang masih merah karena menangis. Kemudian, ia menoleh ke samping, menghapus air matanya dengan cepat.

"Lo ngapain ke sini?" ujar Bianca, mencoba untuk tersenyum meskipun masih terlihat sedih. Gadis itu tersenyum meskipun terlihat sedikit paksakan.

"Suka-suka gue, ini tempat umum lagi pula suara lo teriak gue kira lo di terkam harimau," ujar Edgar, dengan nada yang santai. Bianca tertawa.

"Hahahaha, gak mungkin lah ada harimau di sini."

"Udah kan udah ketawa kan, sekarang jawab gue kenapa lo teriak-teriak?" tanya Edgar, dengan nada yang lebih serius. Bianca menunduk, wajahnya kembali terlihat sedih.

"Gue... gue gak bisa cerita sama lo," ujar Bianca, dengan suara yang pelan.

"Okey kalo gitu, gue masuk," ujar Edgar ingin berdiri, tetapi Bianca langsung memeluknya erat.

"Gue mohon, untuk sekarang gue butuh pelukan, gue capek," ujar Bianca, menenggelamkan wajahnya di dada bidang Edgar.

Edgar tak menolak Bianca memeluk nya. Ia membiarkan Bianca menenangkan diri di dalam pelukannya.

"husss,"ujar Edgar, dengan suara yang lembut tangannya refleks mengelus kepala Bianca.

Bianca terus memeluk Edgar, menikmati kehangatan dan kenyamanan yang diberikan oleh pelukan itu. Setelah beberapa saat, Bianca mulai merasa lebih tenang. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Udah kan udah tenang kan? Gue mau tanya sama lo tentang satu hal," tanya Edgar saat Bianca melepaskan pelukannya.

Bianca menatap Edgar dengan mata yang masih sedikit merah, tetapi sudah terlihat lebih tenang.

"Apa?" tanya Bianca, dengan suara yang masih pelan. Edgar memperhatikan wajah Bianca serius

"kenapa Lo suka gue?"tanya Edgar menatap wajah Bianca dalam sedalam samudra, memojokkan Bianca di pohon besar itu

anjay sedalam samudra, wkwkwk 🤣

"G-gue..." suara Bianca tercekat, tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi.kalah Edgar mendekat kan wajahnya seperti Edgar ingin menciumnya

Edgar semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Bianca, membuat Bianca menahan napas nya

"Lo mau gue,suka Lo balik kan?" tanya Edgar, dengan suara yang lebih lembut, Bianca merasa jantungnya berdegup kencang.

Bianca gadis itu semakin memundurkan wajahnya tetapi Edgar terus mendekatkan wajahnya, Sampai Tek kepala Bianca tak bisa lagi mundur karena sudah di hadang pohon.

Bianca menegang sekaligus menahan napas, Bianca semakin memundurkan wajahnya walaupun itu percuma lantaran dia berada di pohon besar itu mau balik tapi kedua tangan Edgar memojokkan

"lo, bukan tipe gue "ujar Edgar membuat Bianca melongo tak percaya

"tapi Lo tipe gue gimana dong?"tanya Bianca sambil tersenyum lebar hingga lesung pipinya terpapar jelas di wajah cantiknya.

"terserah Lo, yang intinya Lo bukan tipe gue"ujar zefanya Edgar semakin mendekat wajahnya, dengan refleks Bianca menutup matanya.

"kenapa mau gue cium,hmm?"tanya Edgar dengan suara beratnya,

Bianca mengangguk kemudian menggelengkan kepalanya cepat, gadis itu tidak bisa berbicara lagi

"gue sama sekali gak tertarik sama bibir lo "ujar Edgar pada akhirnya memundurkan wajahnya