NovelToon NovelToon
Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Mengasuh Putra Pewaris Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Menikah Karena Anak / Ibu susu
Popularitas:624.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Dua minggu yang lalu, Rumi Nayara baru saja kehilangan bayi laki-lakinya setelah melahirkan. Lalu, seminggu kemudian suaminya meninggal karena kecelakaan. Musibah itu menjadi pukulan berat bagi Rumi. Hingga suatu ketika ia bertemu dengan bayi laki-laki yang alergi susu botol di rumah sakit, dan butuh ASI. Rumi pun menawarkan diri, dan entah mengapa ia langsung jatuh cinta dengan bayi itu, begitu juga dengan bayi yang bernama Kenzo itu, terlihat nyaman dengan ibu susunya.

Tapi, sayangnya, Rumi harus menghadapi Julian Aryasatya, Papa-nya baby Kenzo, yang begitu banyak aturan padanya dalam mengurus baby Kenzo. Apalagi rupanya Julian adalah CEO tempat almarhum suaminya bekerja. Dan ternyata selama ini almarhum suaminya telah korupsi, akhirnya Rumi kena dampaknya. Belum lagi, ketika Tisya— istri Julian siuman dari koma. Hari-hari Rumi semakin penuh masalah.

“Berani kamu keluar dari mansion, jangan salahkan aku mengurungmu! Ingat! Kenzo itu adalah anak—?”

Siapakah baby Kenzo?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3. Jangan Egois, Julian!

“Kenzo tidak mau minum susu dari botol, maunya dari sumbernya langsung ... dan anakmu kembali rewel. Mana Ibu susu yang kamu cari? Sudah dapat? Kalau sudah ... bawa wanita itu ke mansion, sebelum anakmu jatuh sakit lagi.”

Julian menarik napasnya dalam-dalam mendengar suara mama-nya lewat sambungan telepon. Dan, ia sendiri pun baru tiba di kantor setelah beberapa jam menemani Tisya—istrinya yang masih terbaring koma karena mengalami eklampsia saat hamil.

“Mah ... aku juga sedang menunggu kabar dari rumah sakit. Tolong ... bersabar dulu. Nggak mungkin secepat kilat dapat ibu susunya. Ini juga belum ada sehari.”

Di balik telepon Mama Liora berdecak. “Nah, itu kamu tahu. Lalu, mengapa kamu menolak Rumi ... yang jelas-jelas dia menyusui anakmu. Makanya kalau ngomong itu jangan seenak udelmu aja!” sergahnya.

Rumi. Ya ... mungkin ini jalan satu-satunya Julian untuk menerima Rumi terlebih dahulu, apalagi suara tangisan Kenzo pun terdengar memekik di telinganya.

“Kalau kamu benar-benar sayang dengan anakmu. Tekan egomu, Julian. Sebelum kamu menyesalinya.”

Klik! Sambungan telepon dimatikan oleh Mama Liora.

Dilema. Inilah yang dirasakan oleh pria yang begitu perfeksionis dalam segala hal. Ingin semuanya sempurna, tak ada cacat sama sekali.

Julian beranjak dari duduknya, ia melangkah menuju jendela besar. Tatapannya begitu lelah saat memandang panorama di luar sana. Lelah menanti kekasih hati siuman dari tidurnya selama dua minggu ini.

Dengan tarikan napas panjang, nomor kontak Rumi dipencet di ponselnya. Satu kali panggilan tidak terjawab, dua kali pun sama tidak dijawab. Pria itu sudah mengeram, kalau tidak ingat ini untuk kepentingan putranya ia tidak akan mencoba menelepon wanita yang tidak ia kenal.

“Halo, Assalamualaikum,” akhirnya suara Rumi yang lembut terdengar.

“Waalaikumsalam, saya Julian. Satu jam lagi nanti akan ada sopir yang menjemput kamu. Anak saya kembali rewel, dia tidak mau minum susu dari botol. Untuk selanjutnya, kita akan bicara di mansion saya saja.”

“Eh ta-tapi, Pak—“

Belum selesai Rumi bicara panggilan telepon sudah diputus oleh Julian.

“Siapa yang menelepon, Rum?” tanya Bu Ita sembari membawa teh manis untuk putrinya.

Rumi yang terlihat lemas menoleh. “Bapak-bapak yang di rumah sakit itu, Bu. Katanya anaknya nggak mau minum susu dari botol, dan nanti ada sopir mau jemput aku,” jawabnya.

Bu Ita menghela napas. “Masalahmu yang satu saja belum beres. Ibu hanya berharap ... jangan sampai kamu kena sakit mental. Ibu tetap ingin kamu waras ... jangan bersedih seperti ini. Mungkin, dengan kamu mencari kesibukan di luar rumah bisa mengalihkan kesedihanmu. Apalagi saat ibu melihat kamu menyusui anak itu, kamu tersenyum, Rumi,” imbuhnya.

Rumi menunduk sejenak, ia membayangkan saat memangku dan mengasihi Kenzo. Entah mengapa ada rasa tenang menyelimutinya. Seakan-akan ia tidak sedang kehilangan anak dan suaminya.

Kemudian, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamarnya. Kamar yang nyaman, kamar yang memiliki kenangan indah dengan Bisma. Namun, kini, apakah bisa ia pertahankan?

“Bu ... kayaknya aku juga tidak mempertahankan rumah yang dibeli sama Mas Bisma. Mungkin rumah ini dibeli menggunakan uang yang tidak halal.” Suara Rumi bergetar.

Bu Ita mengusap lembut lengan putrinya. “Rum, masih ada rumah Ibu dan Ayah ... kamu bisa tinggal di sana kapan pun kamu mau. Yang terpenting sekarang kamu harus sehat. Sehat luar dalam ... walau Ibu tahu, ini pasti sangat berat untuk Rumi hadapi. Tapi, Rumi tidak sendiri untuk menghadapinya, kamu punya Ibu dan Ayah, tempat kamu berbagi cerita, berbagi keluh kesah. Ada harta pun tidak menjamin hidup kita bahagia.”

Mata Rumi kembali berembun, “Makasih Bu ... makasih sudah selalu menemani Rumi. Kalau nggak ada Ibu, entah bagaimana keadaan Rumi saat ini.” Rumi memeluk erat ibunya dengan isak tangisnya yang kembali terdengar.

Ingat! Menangis bukan karena cengeng, tapi salah satu cara mengeluarkan isi hati yang sudah terlalu berat untuk dihadapi. Bahkan, sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

***

Satu jam kemudian.

Apa yang diucapkan oleh Julian saat ditelepon nyata. Sore itu, mobil mewah keluaran baru terparkir di depan rumah. Bu Ita menyambut sopir yang menjemput Rumi.

“Ibu ... beneran nggak mau temeni Rumi?” Mau bagaimana pun Rumi agak ragu ke rumah orang yang tidak dikenal.

“Ibu harus bantu-bantu kamu packing barang, sembari nunggu ayahmu datang. Lagi pula kamu pergi juga untuk nolong anak kecil. Jadi ... kamu juga jangan khawatir ya.” Dari raut wajah Bu Ita pun terlihat meyakinkan mengizinkan anaknya untuk pergi, demi kesehatan mental anaknya.

“Yang terpenting kamu sudah bawa barang-barang keperluanmu dan obat yang harus kamu minum, ya,” lanjut kata Bu Ita dengan menunjukkan tas kecil yang sudah ia siapkan.

“Ya, Bu ... kalau begitu Rumi berangkat.”

“Hati-hati di jalan.”

Sekitar satu jam lebih menempuh perjalanan, mobil yang membawa Rumi masuk ke kawasan elit yang ada di Jakarta Selatan. Tak lama kemudian, masuk ke dalam gerbang yang begitu tinggi. Rumi cukup tercengang melihat bangunan mewah yang ada di hadapannya.

“Mbak Rumi ... Alhamdulillah, akhirnya kamu berkenan datang. Selamat datang di kediaman kami.” Mama Liora rupanya sudah menunggu di luar lobi bangunan mewah tiga lantai itu.

Rumi tersenyum getir, saat diperlakukan bak tamu kehormatan. “Iya, Bu.” Suara Rumi mendadak canggung.

“Ayo ... mari masuk. Kenzo sejak tadi menangis dan tidak mau minum susu sama sekali.” Wanita paruh baya itu menggiring Rumi masuk ke dalam sangat pelan-pelan, dikarenakan Rumi belum bisa jalan cepat pasca operasi cecar. Dan, suara tangisan Kenzo terdengar.

Julian ternyata sudah lebih dulu tiba, pandangan mereka sempat bertemu saat Rumi berada di ruang utama, tapi sayangnya Rumi langsung memutuskan tatapannya.

“Bu, saya izin mau cuci tangan dulu sebelum pegang dede-nya. Bisa tunjukkan kamar mandinya?”

“Oh ... bisa, kita langsung ke kamar cucu saya saja. Biar kamu juga leluasa.”

“Baik Bu.”

Dengan menggunakan lift, mereka ke lantai dua di mana kamar Kenzo berada. Julian dengan ekspresi masamnya menyusul ke lantai dua.

Dan, beberapa menit kemudian tangisan bayi itu tak terdengar lagi.

“Anak Ibu kenapa menangis, Sayang? Dede lapar ya? Lain kali nangisnya jangan kencang-kencang ya. Nanti ... anak Ibu yang ganteng ini sakit. Kasihan sama Oma dan Papa-nya nanti khawatir,” ucap Rumi begitu lembut sembari mengasihi baby Kenzo.

Jemari baby Kenzo bahkan bergerak menyentuh dada Rumi seakan tak ingin dilepaskan.

Tanpa terasa air mata jatuh di ujung mata Mama Liora. Ia lantas bergerak keluar dari kamar cucunya, dan siapa sangka ada anaknya berdiri di ambang pintu.

“Kamu sudah lihat ‘kan dengan matamu sendiri. Anakmu langsung berhenti menangis dengan wanita itu. Mama tak pernah bohong padamu.”

 Bersambung ... ✍️

1
Liasna Tarigan
semangat thoor up yg byk ya thorrrr,,,
Asri Yunianti
🩵🩵🩵
Mulaini
Kenzo tahu kalau ibunya pingsan makanya rewel dan begitu dalam dekapan ibunya langsung tangisannya reda. Kenzo kangen ya sama ibu mu.
Bu Kus
Rumi jangan pulang rum kasihan juga sih Julian biar bagimana pun Julian juga papanya Kenzo juga sama sama korban dari kebohongan dan penghianat rum masak kamu tega rum
Bu Kus
harus kuat Rumi demi Kenzo anak harus kuah hadapin kenyataan
Cicih Sophiana
Rumi knp kamu harus pulang... kan Julian jg mau anak nya kamu tetap di mansion Rum... awas aja Tisya dan keluarnya akan mengganggu kamu... krn mereka jelas tdk suka liat kamu...mereka menganggap kamu telah merebut ATM berjalan mereka
Cicih Sophiana
setelah sekian lama Rumi menyangka klo baby Kenzo anak Tisya... sekarang dia tau klo baby Kenzo darah daging nya yg di kira sdh meninggal..
Bunda SalVa
kamu dan baby Kenzo lebih aman di mansion Rum, jangan berbuat hal2 yang malah akan membuat celaka kalian berdua

ingat mantan istri dan mantan mertua Julian pasti tidak akan membiarkan kamu hidup dengan tenang 😌😌😌
Kimo Miko
jika rumi minta pulang biarkan aja jul. rumi masih terguncang. dekati rumi secara perlahan jul pasti rumi akan menerimamu dengan ikhlas bagaimanapun kamu bapak biologisnya kenzo
Eni Istiarsi
semoga Bu Ita mampu menenangkan dan menyadarkan Rumi bahwa sesungguhnya tempat paling aman buat mereka adalah di sisi Julian
Dessy Sugiarti
Terima kasih kak, mauu selesaikan cerita Rumi sampai Tamat😍😍😍😍
Rida Arinda
hayo Julian Rumi mo plg ituh😳😳😳
Nar Sih
rumi jgn buru,,mau pulang,tunggu dulu penjelasan julian ,biar jls dulu semua nya,siip momy lanjutt👍🥰
Karennina
siap menunggu
semangat rummm pasti nggak mudah jdi kaamu
Esther Lestari
mau pulang kemana Rumi ?
jangan pulang dulu demi keselamatanmu dan Kenzo
Yam Mato
👍👍👍👍
Yam Mato
👍👍👍
Yam Mato
terimakasih othor
Isda Wardati K
semakin menarik ceritanya dan membuat penasaran. Selalu tidak sabar dg menggu up nya.
Terima kasih mommy Ghina.
Tetap semangat, sehat dan bahagia selalu.
efridaw995@gmail.com
jangan pernah Rumi membawa Kenzo pergi Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!