NovelToon NovelToon
Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Titisan Darah Biru 2 Singgasana Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Mengubah Takdir / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan
Popularitas:21k
Nilai: 5
Nama Author: Ebez

Setelah Mahesa Sura menemukan bahwa ia adalah putra seorang bangsawan yang seharusnya menjadi seorang raja, ia pun menyusun sebuah rencana untuk mengambil kembali hak yang seharusnya menjadi milik nya.


Darah biru yang mengalir dalam tubuhnya menjadi modal awal bagi nya untuk membangun kekuatan dari rakyat. Intrik-intrik istana kini mewarnai hari hari Mahesa Sura yang harus berjuang melawan kekuasaan orang yang seharusnya tidak duduk di singgasana kerajaan.




Akankah perjuangan Mahesa Sura ini akan berhasil? Bagaimana kisah asmara nya dengan Cempakawangi, Dewi Jinggawati ataupun Putri Bhre Lodaya selanjutnya? Temukan jawabannya di Titisan Darah Biru 2 : Singgasana Berdarah hanya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hak Atas Tahta Kertabhumi

Mahesa Sura menoleh ke arah Nyai Landhep dan ketika Nyai Landhep menganggukkan kepala nya sebagai isyarat agar Mahesa Sura bicara, pendekar muda berjuluk Iblis Wulung ini pun segera menghela nafas panjang.

"Benda ini adalah peninggalan dari orang tua ku, Kisanak..

Ia sudah ada bersama ku sejak aku masih bayi dan diselamatkan oleh orang tua angkat ku. Kata mereka, ketika benda ini dalam genggaman tangan ku ada sebuah bendera berwarna merah dengan lambang api di tengah-tengah. Itu saja yang aku tahu tentang benda ini Kisanak. Apakah Kisanak mengetahui sesuatu tentang bandul perak ini? ", tanya Mahesa Sura segera.

" Apa boleh aku melihatnya lebih dekat? ", tanpa pikir panjang, Mahesa Sura melepaskan kalungnya setelah Rakai Pamutuh berbicara.

Begitu tangannya menyentuh bandul perak ini, mata tua Rakai Pamutuh langsung nanar seketika.

" I-ini ini huhuhu...

Setelah sekian lama akhirnya aku melihat lagi bandul kalung ini huhuhuhuhu... ", tangis haru Rakai Pamutuh pecah seketika.

" Kakang Pamutuh, kenapa kau malah menangis? Apa sebenarnya rahasia dari kalung perak itu? ", tanya Nyai Landhep segera.

" Ini adalah kalung milik Dyah Pitaloka yang merupakan barang pemberian dari istri Mapatih Gajah Mada, Landhep...

Dengan adanya benda ini dulu, orang yang memegang nya akan dianggap sebagai kerabat dekat Mapatih Gajah Mada dan tak seorangpun yang akan berani mengusiknya. Ini adalah hadiah pernikahan Dyah Pitaloka dengan Dyah Mahisa Rangkah cucu Raden Cakradhara dari selirnya", ucap Rakai Pamutuh yang membuat semua orang terkejut mendengarnya.

"Jadi maksud Kakang Pamutuh pemuda ini adalah anak Dyah Pitaloka dengan Raden Mahisa Rangkah? ", tanya Nyai Landhep segera. Rakai Pamutuh pun segera menganggukkan kepala.

" Tidak salah lagi, anak muda ini adalah putra dari Dyah Pitaloka dengan Raden Mahisa Rangkah. Wajahnya sangat mirip dengan Raden Mahisa Rangkah saat ia masih muda", jawab Rakai Pamutuh penuh keyakinan.

Wajah Mahesa Sura memerah mendengar omongan Rakai Pamutuh. Dia pernah mendengar cerita orang tentang sebuah keluarga bangsawan Daha yang di bantai oleh perampok setelah sepekan kelahiran anak semata wayang mereka. Tak dinyana bahwa keluarga bangsawan yang dia dengar beberapa tahun yang lalu adalah keluarganya sendiri.

Api dendam yang sempat mendingin beberapa waktu lalu kini seolah membara kembali. Dia ingin menuntut keadilan atas nasib kedua orang tuanya yang telah melahirkan nya ke dunia ini.

Rakai Pamutuh lalu menceritakan tentang kisah masa lalu nya kala ia masih menjadi pengikut setia Mahisa Rangkah. Selama bertahun-tahun, Rakai Pamutuh terus mendampingi hidup sang majikan hingga akhirnya sang majikan menikahi putri sulung Bhre Kertabhumi yang bernama Dyah Pitaloka.

Setelah majikannya menikah, Rakai Pamutuh memutuskan untuk juga memulai hidup baru dengan istrinya di kampung terpencil ini atas seizin Bhre Kertabhumi dan Dyah Mahisa Rangkah. Ia baru mendengar kabar mengejutkan dari bekas majikannya itu setelah berdagang ke Pakuwon Wilangan. Berpuluh-puluh tahun ini ia menyesali tindakan nya memulai hidup baru dengan meninggalkan majikannya itu.

"Andai aku tahu bahwa di kemudian hari nasib buruk akan menimpa majikan ku Raden Mahisa Rangkah, aku pasti akan tetap bersama nya hingga maut menjelang", pungkas cerita Rakai Pamutuh sembari menyeka air mata nya.

" Jadi aku benar-benar anak dari Dyah Pitaloka dengan Raden Mahisa Rangkah, Ki Rakai?", tanya Mahesa Sura sembari menatap kedua mata tua Rakai Pamutuh seperti sedang berharap bisa mendapatkan apa yang ia cari selama ini.

"Benar, Anak Muda..

Kau adalah putra semata wayang dari Dyah Pitaloka dan Dyah Mahisa Rangkah. Bandul kalung perak bergambar kepala gajah itu adalah bukti nya", jawab Rakai Pamutuh seraya menganggukkan kepalanya.

" Jika Ki Rakai Pamutuh tahu, siapakah sebenarnya nama asli ku? Nama Mahesa Sura adalah nama pemberian orang tua angkat ku Mpu Randu dan Nyai Ringgit, aku juga ingin menggunakan nama asli pemberian dari orang tua kandung ku Ki..", lanjut Mahesa Sura kemudian.

"Dulu aku pernah mendengar nama anak dari majikan ku itu, Anak Muda.

Seingat ku, nama anak Raden Mahisa Rangkah itu adalah Dyah Mah... sebentar aku ingat ingat dulu, Dyah Mah.. Ya, Dyah Mahisa Danurwenda. Ya itu nama asli mu, anak muda. Dyah Mahisa Danurwenda, kau adalah titisan darah biru yang sebenarnya....", ucap Rakai Pamutuh penuh keyakinan.

Semua orang yang ada disitu langsung menatap ke arah Mahesa Sura penuh arti. Sungguh, terbukanya jati diri Mahesa Sura yang selama ini menjadi misteri bagi sang pendekar merupakan sebuah titik terang tentang asal usul dari pendekar yang berjuluk Si Iblis Wulung ini.

"Dyah Mahisa Danurwenda...

Kanjeng Romo Mahisa Rangkah, Biyung Dyah Pitaloka. Aku Dyah Mahisa Danurwenda pasti akan mencari keadilan untuk kalian. Aku bersumpah atas nama Hyang Batara Siwa, mereka yang sudah mencelakai kalian akan ku balas berkali-kali lipat!!", ucap Mahesa Sura sambil mengepalkan tangannya erat-erat.

"Aku akan mendukung mu, Raden..

Puluhan tahun aku hidup dengan penyesalan yang selalu menghantui setiap malam ku. Apapun yang Raden inginkan, saya akan ikut serta. Termasuk jika Raden Dyah Mahisa Danurwenda ingin meminta hak yang seharusnya menjadi milik Raden", lanjut Rakai Pamutuh kemudian.

"Hak? Hak apa Ki? ", Mahesa Sura menatap Rakai Pamutuh penuh pertanyaan.

" Tentu saja hak atas tahta Kerajaan Kertabhumi.. "

Kembali ucapan Rakai Pamutuh mengejutkan Tunggak, Cempakawangi, Nyai Landhep dan Sempani. Jelas bahwa jika Mahesa Sura ingin meminta hak nya sebagai putra dari Dyah Pitaloka sang putri mahkota Kerajaan Kertabhumi, maka ini juga merupakan sebuah pemberontakan melawan penguasa Mandala Kertabhumi yang sekarang, Dyah Sindupati.

"Kita mau memberontak Ki? ", sela Cempakawangi seolah-olah mengungkapkan perasaan semua orang yang ada disitu.

" Kalau itu adalah jalan satu-satunya untuk mendapatkan hak yang seharusnya menjadi milik Raden Dyah Mahisa Danurwenda, kenapa tidak?

Dyah Sindupati Bhre Kertabhumi sekarang adalah penguasa yang lalim dan sewenang-wenang dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara. Sudah banyak rakyat dan orang yang tidak bersalah menjadi korban dari kelaliman nya. Dia terlalu mendengarkan omongan Werdhamantri Gajah Mungkur yang merupakan penjahat sebenarnya dari semua tindakan busuknya. Kalian sendiri sudah merasakan kesewenang-wenangan nya bukan? "

Nyai Landhep pun langsung teringat akan peristiwa yang baru saja dialaminya. Pemusnahan Padepokan Bukit Rawit dengan alasan akan memberontak yang jelas-jelas itu hanyalah sebuah rekayasa para penguasa Kertabhumi untuk menghancurkan perguruan silat yang sudah ada selama ratusan tahun ini. Rasa marah pun langsung membara di hatinya.

"Aku juga akan mendukung mu jika kau ingin memberontak melawan kekuasaan paman mu, Nakmas..

Dengan pengaruh ku dan para lulusan dari Padepokan Bukit Rawit yang sudah membaur dengan masyarakat, aku bisa mengumpulkan ratusan pendukung untuk rencana mu dengan cepat", ucap Nyai Landhep segera.

Cempakawangi pun segera menoleh ke arah Sempani yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.

"Paman Sempani, apakah kita bisa meminta bantuan pada Romo Dewa Pedang untuk membantu niat Kakang Mahesa Sura ini? ", Cempakawangi menatap wajah Sempani penuh harap.

" Jika Iblis Wulung menginginkan hal ini, aku pasti akan membujuk Pimpinan untuk ikut serta. Tumpaksuru tidak boleh mati sia-sia. Aku akan ikut serta jika Iblis Wulung ingin memberontak terhadap Bhre Kertabhumi ", jawab Sempani penuh semangat.

" Kakang Mahesa, kau dengar sendiri bukan? Lembah Seratus Pedang akan turun tangan jika kau ingin meminta hak mu atas tahta Kertabhumi.

Apakah kau benar-benar ingin mengambil kembali tahta yang seharusnya menjadi milik mu? ", pertanyaan Cempakawangi ini seolah-olah mewakili semua orang yang ada. Sebab sejak ucapan Ki Rakai Pamutuh ini terucap, Mahesa Sura diam dan terus mendengarkan omongan mereka. Sepertinya ia sedang berpikir keras.

Ruangan itu menjadi sunyi, semua mata tertuju pada Mahesa Sura. Semuanya menunggu setiap kata yang akan terucap dari bibirnya.

Hemmmmm...

Helaan nafas panjang terdengar dari mulut Mahesa Sura memecah keheningan ruang pendapa sanggar pamujan yang juga merupakan rumah Rakai Pamutuh, kepala Kampung Widas. Usai menghela nafas, Mahesa Sura pun segera berkata,

"Selama ini kita sudah kerap dianiaya oleh para pejabat pemerintah Kertabhumi karena kita tidak memegang tampuk kekuasaan. Maka mulai hari ini dan seterusnya, aku Dyah Mahisa Danurwenda putra Dyah Pitaloka dan Dyah Mahisa Rangkah, penerus sah dari penguasa Kertabhumi sebelumnya...

Akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik ku!!!!"

1
Ali Gilih
sabar dulu kang ebeezz..
Windy Veriyanti
makin seru aja nih ceritanya 👍
dibikin series kolosal pasti bagus
saniscara patriawuha.
coba pake WA cepet nyampe tuhhh surat...
Muhammad Haidir
perang perang tumpas seluruh prajurit kertabuhumi yg datang ke wilanggan jangan sisakan satu pun . /Panic//Panic//Panic//Panic/
Rafly Rafly
daya juga udah menggerakkan jari buat komentar../Grin/
Camad Pener
wah jadi perang nih antara wilangan dengan anjuk ladang seru nih...
rajes salam lubis
mantap abiieezzz
Ebez: terimakasih atas dukungan nya ya bang Rajes🙏🙏 😁😁
total 1 replies
y@y@
⭐👍🏿💥👍🏿⭐
Ebez: terimakasih atas dukungan nya ya kak Yaya 🙏🙏😁😁
total 1 replies
y@y@
🌟👍🏻👍🏾👍🏻🌟
Tarun Tarun
SDH ku duga bahwa kmampuanya hanya s
Ebez: hehehe ya memang segitu aja Bang Tarun🙏🙏 😁😁
total 1 replies
Ali Gilih
selalu mendukungmu kang ebeezz..
Ali Gilih
sangat bagus sekali
Noni Mdp
mantap thoorr
Abdus Salam Cotho
target selanjutnya 💪💪💪
Ebez: menahan serangan Kertabhumi bang Abdus 🙏🙏😁😁
total 1 replies
saniscara patriawuha.
wessss kelemmmm gajahhhh mungkurrrnyaaa......... dadiii wadukkkkk....
Ebez: wkwkwk beda penafsiran kang Saniscara🙏🙏 😁😁
total 1 replies
Adi Dwiyono
gajah Mungkur ini ternyata penjahat ya....kenapa di zaman sekarang malah di jadikan nama bendungan besar...
Ebez: beda orang beda cerita ya bang Adi 🙏🙏😁😁
total 1 replies
🗣🇮🇩Joe Handoyo🦅
Akhirnya sampai juga beritanya ke Gajah Mungkur, bakal adu strategi perang nih 😁
Ebez: hehehe iya tuh Bang Joe 😁😁
total 1 replies
Thomas Andreas
mantaap
Thomas Andreas
gagal deh tunggak
Muhammad Haidir
waduh gajah Mungkur ini kayak nya masih dua pupu sama gajah Mada dua mamak dua bapak kayak nya .pasti bapak nya laki laki. dan mamak nya perempuan ini .ya dak kang ebes/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Sleep//Sleep//Sleep/
Ebez: wkwkwk nama gajah dalam masa itu digunakan untuk para pejabat tinggi suatu pemerintah, jadi meskipun bukan satu keluarga tetapi nama gajah akan di sandang Bang Haidir😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!