Kepergok berduaan di dalam mobil di daerah yang jauh dari pemukiman warga membuat Zaliva Andira dan Mahardika yang merupakan saudara sepupu terpaksa harus menikah akibat desakan warga kampung yang merasa keduanya telah melakukan tindakan tak senonoh dikampung mereka.
Akankah pernikahan Za dan Dika bertahan atau justru berakhir, mengingat selama ini Za selalu berpikir Mahardika buaya darat yang memiliki banyak kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34.
Mahardika mengajak Za masuk ke dalam ruangannya Sementara asisten Bimo memilih masuk ke ruang kerjanya, tak ingin mengganggu kebersamaan tuannya itu dengan istri tercintanya.
Ini kali pertama Zaliva menginjakan kaki di ruang kerja suaminya. Mahardika mengajak Za duduk di sofa ruang kerjanya.
"Apa itu sayang?." Mahardika salah fokus dengan tentengan yang diletakkan Zaliva di atas meja sofa.
"Oh iya, aku hampir lupa, tadi aku mampir ke toko kue." jawab Za.
"Kayaknya enak cake nya...." Ujar Mahardika dan Za langsung tersenyum mendengarnya. Ia tahu suaminya itu tak begitu doyan dengan makanan manis, mungkin terpaksa berkata demikian karena tak mau mengecewakannya. Ya, Za baru tahu dari mang Dodo jika Mahardika tidak suka mengkonsumsi makanan manis, demi menjaga kesehatan serta bentuk tubuhnya. Yang membuat Za sedikit sebal pada pria paruh baya tersebut, mang Dodo baru menyampaikannya setelah ia mengatakan jika cake tersebut dibelinya untuk Mahardika, setelah mereka kembali ke mobil.
"Kalau memang mas nggak doyan nggak perlu dipaksa, lagian aku juga nggak mau kalau tubuh sek-si suamiku berubah akibat mengkonsumsi makanan manis." Ujar Za sambil menekan-nekan manja da-da bidang Mahardika dengan jari telunjuknya. Sungguh, tindakan berani Za tersebut sedikit banyak membuat Mahardika tertegun. Pasalnya, selama ini ia lebih mendominasi dibanding istrinya itu, terlebih di saat mereka sedang berci-nta, tetapi kali ini Za menunjukkan sikap yang berbeda, Lebih manja bahkan terkesan genit. Tapi Mahardika suka dengan perubahan sikap Istrinya itu.
Jika di tanya mengapa Za tiba-tiba bersikap seperti itu, tentu saja jawabannya karena penyampaian secara tidak langsung dari kedua pegawai Mahardika tadi yang membuat hati wanita itu lega. Di mana keduanya secara tidak langsung menyampaikan jika suaminya itu bukanlah tipikal pria mata keranjang. Sangat berbanding terbalik dengan pemikirannya dahulu tentang Mahardika si lelaki buaya darat. Satu fakta baru lagi yang didapatkan oleh Za jika dugaannya tentang Mahardika tidak benar, ternyata suaminya itu bukanlah lelaki buaya darat.
Tadinya mancing, giliran Mahardika menggenggam tangannya, menatap intens kedua bola mata indahnya, Za jadi panik sendiri.
"Ini di kantor loh mas, jangan macam-macam!." Za berusaha menarik tangannya dari genggaman Mahardika dan hal itu membuat pria itu jadi gemas sendiri.
"Memangnya salah macam-macam sama istri sendiri, hm?."
"Salah sih enggak, tapi nggak dikantor juga, mas." balas Za sambil mengerucutkan bibir hingga Mahardika yang dibuat gemas langsung mencubit pelan pipi istrinya itu.
"Dari dulu sampai detik ini, kamu tetap menggemaskan, Zaliva." batin Mahardika.
"Oh iya mas, tadi Om Abi sempat protes ke aku, katanya kenapa nggak pernah ngajak kamu berkunjung ke rumah Om Abi."
"Nanti kita berkunjung ke rumah Om Abi." balas Mahardika sambil menyelipkan anak rambut milik Za ke belakang telinga wanita itu.
"Makasih mas." kata Zaliva.
"Terima kasihnya nanti di rumah saja jangan di sini." Mahardika mengedipkan sebelah matanya. Za hanya bisa mendengus napas mendengarnya, ia tahu betul terima kasih seperti apa yang dimaksud oleh suaminya itu.
*
Di tempat yang berbeda, Dokter Yuli sedang berjalan menuju mobilnya, secara tidak sengaja wanita itu bertemu dengan mama Livia yang juga ingin pulang ke rumah. Ya, Setelah Abil kembali dari kantor mama Livia pamit pulang ke rumah sebentar untuk sekedar mandi dan berganti pakaian.
Mama Livia yang awalnya akan mengendarai mobilnya sendiri lantas mengurungkan niatnya ketika tak sengaja bertemu dengan dokter Yuli di area parkiran.
"Tante juga mau pulang?." tanya dokter Yuli sekedarnya.
"Rencananya begitu nak Yuli, tapi sepertinya suami Tante belum datang menjemput." Demi memiliki kesempatan berbicara empat mata dengan dokter Yuli, mama Livia terpaksa berdusta.
"Kalau Tante nggak keberatan, bareng Yuli saja, Tante! Kebetulan daerah rumah Tante searah dengan daerah rumah Yuli." Kata Yuli tulus ingin menawarkan tumpangan bukan hanya sekedar basa-basi.
"Apa nggak merepotkan nak Yuli nantinya?." dalam hati ingin bersorak karena mendapat kesempatan ini, tapi mama Livia berusaha menunjukkan raut wajah biasa saja didepan Yuli.
"Sama sekali tidak merepotkan kok, Tante." Jawab dokter Yuli.
"Terima kasih sebelumnya, nak Yuli."
"Sama-sama, Tante."
Dokter Yuli membukakan pintu mobil untuk mama Livia. Setelahnya, dokter Yuli berjalan mengitari mobil, masuk ke mobil dan duduk di balik kemudi. Menghidupkan mesin mobilnya sehingga mobil sedan berwarna hitam milik wanita itu pun mulai bergerak meninggalkan area parkiran rumah sakit.
Sekitar lima menit perjalanan, mama Livia mulai buka suara.
"Apa nak Yuli sudah memiliki kekasih?." pertanyaan mama Livia sekaligus memecah keheningan di mobil. Dokter Yuli menolehkan pandangan pada mama Livia. Dokter Yuli bukanlah anak ABG yang tidak bisa menebak ke mana arah pertanyaan mama Livia, terlebih pagi tadi Zaki mengutarakan suatu permintaan kepadanya. Namun, tidak menjawab pun rasanya tidak sopan hingga pada akhirnya dokter Yuli menjawab jujur.
"Belum punya Tante."
"Ibu kandung Zaki meninggal beberapa saat setelah melahirkan Zaki. Sejak lahir Zaki tidak merasakan bagaimana kasih sayang seorang ibu. Awalnya kami berpikir kasih sayang dari kami semua bisa menggantikan kasih sayang seorang ibu di hati Zaki, tapi akhir-akhir ini Tante baru menyadari bahwa sebesar apapun kasih sayang yang kami berikan, Zaki tetap menginginkan sosok seorang ibu." Mama Livia sedikit bercerita.
"Apa dokter Yuli bersedia menjadi ibu sambung untuk Zaki?." Tanpa banyak basa-basi lagi, mama Livia langsung melontarkan pertanyaan demikian kepada Dokter Yuli.
"Tante rasa kamu adalah orang yang paling tepat menjadi mama sambung untuk Zaki. Jujur nak Yuli, cucu Tante bukan tipikal anak yang mudah dekat dengan siapapun, terlebih dengan orang baru. Tetapi, yang Tante lihat Zaki sangat nyaman dengan nak Yuli. Mungkin Permintaan Tante ini cukup mengejutkan nak Yuli, tapi nak Yuli tidak perlu menjawabnya sekarang, Pikirkan saja dulu, nak!." imbuh mama Livia penuh harap.
Sebenarnya sudah dua hari terakhir dokter Yuli dibuat kepikiran dengan sikap adiknya yang tiba-tiba ingin menunda pernikahannya. Alasan adiknya menunda pernikahannya tak lain karena tak tega melangkahi sang kakak menuju pelaminan. Walaupun dokter Yuli telah mengatakan jika ia tak masalah dilangkahi oleh adiknya, namun adiknya sudah bulat dengan keputusannya sehingga dokter Yuli tak tega pada calon adik iparnya, terlebih kemarin malam calon adik iparnya mendatangi dokter Yuli, gadis itu menangis saat kekasihnya (adiknya dokter Yuli) berencana menunda hari pernikahan mereka padahal persiapan sudah hampir tujuh puluh persen.
Jujur, dokter Yuli senang dengan karakter dan sikap Zaki. Di tambah lagi dengan story hidup bocah itu yang tidak merasakan kasih sayang dari seorang ibu, membuat dokter iba pada Zaki. Tetapi, Dokter Yuli juga tidak tega karena faktanya secara tidak langsung ia menjadikan permintaan Zaki dan mama Livia sebagai jalan keluar atas permasalahannya saat ini, Meski setelah menjadi ibu sambung bocah itu, ia pasti akan menyayangi Zaki dengan sepenuh hati.
semoga rajin up nya ya ka
lope2