“Menikahlah denganku, Kang!”
“Apa untungnya untukku?”
“Kegadisanku, aku dengar Kang Saga suka 'perawan' kan? Akang bisa dapatkan itu, tapi syaratnya kita nikah dulu.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Adik Seayahmu
Naura mengayuh sepedanya pelan saat memasuki jalan kecil menuju rumahnya rumah permanen sederhana dengan cat krem yang mulai pudar di beberapa sisi. Angin dari arah perkebunan teh masih terasa lembut, membawa aroma tanah dan bunga liar yang menenangkan. Namun, ketenangan itu sirna begitu ia melihat sesuatu yang tak biasa.
Pintu rumahnya terbuka. Padahal jika sudah sore seperti ini, ibunya jarang membuka pintu.
Keningnya langsung berkerut. Ia memarkirkan sepeda di depan teras dan memperhatikan sepasang pantofel perempuan berwarna putih di depan teras. Bukan milik ibunya. Naura yakin betul itu.
“Eh, siapa ya…?” gumamnya pelan. Ia menegakkan tubuh, menatap sekeliling, tapi suasana di luar tampak sepi.
Dengan napas yang mulai tak tenang, Naura melangkah cepat menuju pintu.
“Ibu! Bu, aya tamu ya?” serunya sambil masuk, suaranya agak meninggi karena rasa khawatir.
Tak ada jawaban. Hanya aroma melati dari ruangan dalam yang samar tercium.
Langkahnya terhenti ketika pandangannya jatuh pada sosok perempuan asing yang duduk di ruang tamu. Perempuan itu tampak berpenampilan rapi, berblazer putih dan celana panjang hitam. Rambutnya hitam panjang, kulitnya cerah. Tatapannya tenang, terlalu tenang untuk ukuran orang asing yang tiba-tiba ada di rumah orang lain.
Perempuan itu menoleh, lalu tersenyum kecil.
“Oh, kamu pasti Kak Naura, ya?” katanya lembut, tapi entah kenapa justru membuat Naura merinding.
Naura menatapnya tajam. Tapi sebelum sempat bicara, matanya menangkap sosok ibunya yang duduk di kursi dan menunduk dengan tangan gemetar.
“Ibu?” Naura langsung menghampiri dengan wajah khawatir. “Ibu kenapa? Siapa dia, Bu?”
Bu Windi tak menjawab, hanya menggeleng pelan. Air matanya jatuh begitu saja, membasahi ujung kerudung yang ia kenakan. Tubuhnya mulai goyah dan wajahnya pucat pasi.
“Ibu! Astagfirullah.” Naura buru-buru menopang ibunya, lalu memapah masuk ke kamar. “Bu, istirahat dulu ya. Aku bikinin teh anget.”
“Teu perlu, Teh,” ucap Bu Wind lemah. “Ibu… cape, ibu mau istirahat aja.”
Perempuan itu mengangguk cepat, menatap ibunya dengan cemas. Ia menyelimuti tubuh ibunya, menepuk-nepuk pelan tangannya sambil menatapnya bingung.
“Ibu Istirahat dulu, ya. Jangan mikir aneh-aneh. Aku juga enggak bakal nanya apa-apa, aku ambilin air minum.”
“Enggak usah, Teh. Ibu mau sendiri dulu.”
Semakin aneh saja tingkah ibunya membuat Naura semakin menerka-nerka.
Begitu ibunya memejamkan mata, Naura berdiri dan menghela napas panjang.
Namun pikirannya belum tenang. Perempuan asing itu masih di luar.
Ia melangkah ke ruang tamu lagi, kali ini dengan wajah yang lebih tegas karena ingin meminta penjelasan.
Eh, ketika Naura menatap perempuan itu dengan tatapan sinis, perempuan itu justru membalasnya dengan senyum.
“Sekarang saya mau tanya,” katanya sambil melipat tangan di dada. “Kamu siapa, dan kenapa bisa ada di rumah saya?”
Perempuan itu berdiri perlahan, lalu merogoh tasnya. Ia mengeluarkan sebuah amplop putih dan selembar foto. “Sebelum aku jelaskan, mungkin kamu harus lihat ini dulu.”
Naura mengerutkan alis, mengambil foto itu dengan hati-hati. Tapi begitu matanya jatuh pada gambar di sana, tubuhnya menegang.
Itu… foto ayahnya.
Jerry Wibowo.
Pria yang dengan sesuka hati datang dan pergi seenaknya, berdiri di samping perempuan lain dalam balutan pakaian pengantin. Seketika Napas Naura tercekat. Tangan yang memegang foto tersebut pun gemetar.
“Ini… ini apa-apaan?!” pekiknya marah
“Kamu mau fitnah ayah saya?”
Bahkan setelah dibentak, Perempuan itu masih tenang. “Namaku Nanda,” katanya lembut. “Dan aku… anak dari Ayah Jerry. Adik kamu, Kak Naura.”
“Apa?” Naura terpaku beberapa detik sebelum akhirnya tertawa hambar.
“Adik? Hah… kamu gila, ya?”
Matanya mulai memerah. “Ayah saya memang bajingan, tapi saya tahu dia nggak akan sampai segininya. Kamu siapa sebenarnya? Kamu itu bukan orang kaya, Tanah kami juga tidak seberapa kamu mau apa dari kami?”
Nanda menghela napas panjang, lalu mendorong amplop putih di tangannya lebih dekat.
“Kalau kamu nggak percaya, buka aja ini.”
Pada saat itu, Naura menatap amplop itu lama, antara marah dan penasaran. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa takut.
Tangannya bergetar saat membuka lipatan kertas di dalamnya. Huruf-huruf tegas di atas kertas itu segera menyayat logikanya.
Hasil Tes DNA.
Nama: Jerry Wibowo.
Nama: Nanda Dewinta Wibowo.
Hasil: Positif — hubungan biologis ayah-anak.
“Kak Naura…” panggil Nanda perlahan, “aku cuma mau kenal. Aku nggak datang buat rebut apa pun.”
“Diam!” seru Naura, matanya mulai berkaca-kaca. “Kamu pikir aku bakal percaya semua ini? Kamu pikir gampang, hah, lihat nama ayahku di surat kayak gini?!”
Ia memejamkan mata, kepalanya pusing. Napasnya memburu. Sekalipun ayahnya bajingan, tapi masa sih, harus menghianati ibunya sampai sejauh ini.
“Pergi,” katanya pelan, tapi cukup tegas. “Pergi sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran.”
“Kak, aku enggak bisa ke mana-mana. Almarhumah Bunda udah enggak ada. Aku enggak punya siapa-siapa. Bundku sebatang kara, aku diminta ayah buat ke sini. Kita ini satu darah, Kak. Tolong terima aku di sini?”
Kedua tangan Naura mengepal sangat kuat, matanya sudah Bukan berkaca-kaca tapi menggenang siap untuk menitipkan bulir-bulir benig. Dadanya sesak dan hatinya benar-benar hancur.
“Ya Allah, Aku tahu aku tidak pantas bertanya kenapa aku yang mendapatkan ujian seperti ini? Aku tidak pantas bertanya kenapa aku harus memiliki Ayah bajingan? Tapi ya Allah ....” Naura membatin dengan segala keresahan hatinya.
“Aku janji, aku bakal bantu apapun di rumah ini, aku nggak akan diem aja aku minta tolong, Kak? Aku enggak punya siapa-siapa lagi.” Nanda mulai terisak.
“Nanda?” Naura kembali membatin. Air matanya mengalir dengan cepat dan dia buru-buru mengusapnya kemudian berpaling sambil terkekeh kecil. Semakin lama perempuan itu tergalak semakin keras meskipun air matanya tidak bisa dibendung. Bahkan namanya saja hampir sama dengan namanya, sebetulnya apa yang ada di pikiran Ayah brengseknya itu.
lanjut lah kak othor,,💪🥰
resiko anak cantik ya Nau JD gerak dikit JD tontonan...
😄😄😄🤭
Nanda kah... entah lah hanya emk yg tau ..
teman apa lawan 🤔