Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Ellena menangis dengan tubuh meringkuk di dalam tempat itu.
"Aku takut, aku takut," gumamnya dengan suara lirih.
Sejak tadi tubuhnya terus merasa merinding. Di tambah tempat itu yang cukup dingin, membuat suasana semakin mencekam.
Berbagai hal menyeramkan bermunculan dalam benaknya, membuatnya semakin takut.
"Maxim, kenapa kamu jahat sekali? Kenapa aku dikurung di tempat begini?" gumamnya melihat sekitar.
Tempat itu memang terang, cahaya lampu di mana-mana, namun suasana horor tetap terasa.
Suara deritan pintu membuatnya menajamkan indra dengarnya. Ia yang menutupi wajah, perlahan mengangkatnya dan melihat sekitar tempat itu.
"Siapa yang datang? Itu manusia kan?" gumamnya.
Ellena menunggu, dengan perasaan tegang, dan benaknya yang mengomel. "Awas saja kau Maxim. Jika adikku sudah sampai. Aku pasti akan menghajarmu nanti," batinnya entah ia benar-benar akan melakukan atau tidak.
Langkah itu semakin mendekat. Ellena semakin was-was. Hingga akhirnya muncul dua sosok yang dikenalinya, menampakkan diri.
"Hay," sapa Johny ekspresi datar, namun terdengar cukup ramah.
"Ini makanan untukmu," timpal Liam yang tengah mendorong troli yang penuh dengan beberapa makanan.
Bola mata Ellena melebar, melihat beberapa jenis makanan itu.
Apa benar itu untuknya?
Ia ragu, mengingat sebelumnya. Sesuap roti saja sangat sulit di dapatkan di rumah itu.
Johny membuka pintunya dan membiarkan Liam mendorong masuk makanannya.
"Ini untukku?" tanya Ellena mengerjapkan matanya cepat.
Ia perlahan bangkit dari duduknya, menatap hidangan di depannya dengan rasa lapar yang membuncah.
Rasa lapar yang juga membuatnya lupa dengan rasa takutnya.
"Hm, dan tenang saja, ini Maxim yang menyuruh," sahut Johny bersedekap dada.
Ellena mengulum senyum. Ia segera mengambil kursi kayu yang ada di tempat itu, menariknya ke arah troli.
Tanpa basa-basi, wanita itu memulai mengambil sup hangat dan menikmatinya, di susul memakan jagung rebus dan makanan lainnya.
Johny dan Liam saling menatap selama beberapa detik, lalu menatap Ellena.
Johnya menyandarkan tubuhnya di jeruji lalu berucap. "Aku tidak mendengar dan tidak melihat apa yang terjadi di balik air terjun itu. CCTV tidak menangkap posisi kalian. Apa yang terjadi, antara kamu dan Maxim?" tanya Johny ingin mengorek informasi, setelah dibuat heran dengan sikap Maxim yang sangat berubah.
Ellena menatap mereka bergantian sembari mengunyah. "Yang pasti aku berhasil sedikit membujuknya."
Liam mengerutkan keningnya. "Oh ya? Dengan apa kamu membujuknya?" tanyanya ikut penasaran.
"Aku membantunya balas dendam dengan Felix Willson," jawab Ellena, kedua pria itu terkejut.
Liam dan Johny saling memandang. Ekspresi mereka sama, dan Ellena mencoba membaca ekspresi keduanya.
Liam lalu menyahut dengan tegas. "Ellena, aku tidak tau, bagaimana kamu bisa membujuk Maxim. Apa yang kamu katakan sehingga Maxim percaya. Tapi, jika kamu mencoba menipunya, demi bisa kembali pada Felix dengan selamat. Ku pastikan kamu akan menyesal. Dendam adalah dendam. Dendam nyonya Maxim Harington harus di balas!"
Ellena diam mengangguk pelan menanggapi. Belum sempat ia bicara, Johny ikut menimpal. "Itu benar. Aku memang cukup kasihan denganmu. Tapi, Nyonya kami terlalu baik, untuk membuatku ingin membantumu sedikitpun!"
Ellena kembali mengangguk. "Ya ya kalian tenang saja. Sudah ku bilang kan, aku bukan istrinya!" ucapnya menekan kalimat terakhirnya, seolah menegaskannya.
Dua pria itu terdiam beberapa saat. Menatap tajam pada Ellena.
"Lalu kamu siapa?"
"Hanya wanita yang diperalat Felix untuk melindungi istrinya," jawab Ellena santai, dan justru membuat banyak tanda tanya di kepala dua pria itu.
"Mereka bukan orang Felix. Harusnya tidak masalah aku mengatakan ini," batin Ellena merasa cukup lega, karena dua orang kepercayaan Maxim, benar-benar bisa dipercaya.
"Bisa katakan lebih jelas? Sebenarnya apa yang terjadi antara kamu dan Maxim?" tanya Johny ingin tau.
Ellena tersenyum dengan penuh arti lalu menyahut. "Aku akan ceritakan, asal kalian mau menemaniku di sini sampai Maxim datang, karena di sini sangat menyeramkan," pintanya.
***
Sementara itu, Maxim dan Axel telah sampai di kota di mana Ellena pernah tinggal dan dugaan di mana Haven berada.
Keduanya saat ini berada di depan rumah yang sesuai dengan alamat yang diberikan Ellena.
"Kita sudah satu jam di sini, dan tidak ada anak dengan wajah seperti itu. Apa kamu yakin, ini rumahnya?" sahut Axel mulai mengeluh.
"Sabarlah, ini juga jam sekolah. Tapi Ellena bilang, adiknya tentu masuk sekolah," sahut Maxim yang tetap tenang dan sabar menunggu.
Axel meliriknya dengan cukup malas dan menyahut. "Baru kali ini aku melihatmu begitu sabar."
Maxim tidak membalas membuat Ares melanjutkan. "Sepertinya benar, anak dikandungnya benar anakmu, makanya kamu bisa mematuhinya begitu," celetuknya membuat Maxim seketika mendengus sebal.
"Diamlah!"
aku pembaca setia mu😁
nah ini baru elena nya ngelawan, jgan diem aja sm maxim atau felix klo lgi di ancam...
update lgi thor....
bikin penasaran nih😁
knapa maxim gk peka sih klo elena hamil anaknya ?? jangan felix terus dong yg menang , kasiah maxim😑