NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Juan Kembali

"Mau makan apa sayang?" Calvin tidak melepaskan tangan Jani yang duduk di sebelahnya. Genggaman tangannya membuat tangan Jani sedikit berkeringat.

Pelayan memasuki ruang VIP yang mereka tempati, berdiri di depan mereka membawa buku menu yang cukup tebal dengan senyum ramah.

"Bisa saya bacakan dan jelaskan satu persatu menunya Pak?" Calvin mengangguk.

Jani masih malu menatap wajah orang lain. Wajahnya pasti saat ini sembab karena dirinya menangis cukup lama. Jani memilih bersembunyi di balik punggung Calvin yang bidang.

Dengan seksama Calvin menyimak satu persatu menu andalan yang pelayan bacakan. Semua menu bisa dirinya nikmati, sejauh ini Calvin juga tau Jani tidak pemilih soal makanan.

"Mau udang bakar madu Jan?" Jani mengangguk. "Apalagi sayang? Mau coba yang lain?"

Jani menggeleng, Calvin akhirnya memutuskan memilih beberapa menu yang mungkin akan Jani sukai. Restoran yang dirinya datangi cukup terkenal dan megah.

Pelayan segera keluar menyiapkan makanan yang sudah Calvin pilih.

Hmmmmm....

Helaan nafas yang terdengar begitu lega di telinga Jani.

"Bau mu enak Jan, aku suka wangi rambutmu ini.” Jani diam saja, padahal mereka memakai shampoo yang sama.

Calvin terus saja memainkan rambut Jani, sesekali menghirup aroma wangi yang sekarang sering membuatnya rindu saat jauh dari Jani.

“Kau ini tujuan hidup ku saat ini Jan, kau tau bagaimana perasaan ku saat Juan bilang kau terluka?" Jani menggeleng. Tatapan mata Calvin lelah sekali di mata Jani.

Calvin menyalipkan rambut Jani ke belakang telinganya. "Kaki dan sekujur tubuhku kaku Jan, aku tidak bisa berfikir dan hanya takut kau terluka dan kesakitan. Aku sejenak tidak bisa berfikir dengan benar Jan."

"Aku sangat berterimakasih karena kau baik-baik saja sekarang. Aku akan menghapus luka ini sampai tidak membekas lagi. Kau tidak boleh mengingat ingat luka ini ya Jan." Jani mengangguk. Jemari Calvin mengusap pelipis Jani yang terbungkus kasa dengan lembut.

“Maaf karena Jani tidak hati-hati Mas.” Calvin mengangguk, pelukkan hangat kembali Jani rasakan dari laki-laki yang ternyata begitu takut kehilangan dirinya.

"Tapi bagaimana dengan Pak Juan Mas? Apa dia akan di pecat juga? Ini salah Jani, Pak Juan tidak salah Mas." Calvin mengendurkan pelukannya, menyipitkan matanya menetap Jani dengan heran.

"Berani sekali kau membela laki-laki lain di depan ku." Jani melihat bibirnya ke dalam. Dia sangat tahu Calvin tidak suka dirinya menyebut nama laki-laki lain apalagi berusaha membelanya.

"Jani cuma....." Calvin meraih dagu Jani. Tanpa aba-aba Calvin tiba-tiba saja mengecup bibir Jani.

Debaran jantung Jani jangan di tanya sekarang.

"Itu hukuman karena berani menyebut nama Juan brengsek." Sambil tersenyum remeh.

Jani meremas jemarinya sendiri sambil menahan diri agar tidak bicara yang aneh-aneh lagi. Tapi…..

"Aku harap Mas tidak bersikap seperti dulu, Jani tidak mau ganti-ganti supir terus Mas." Calvin kali ini menegakkan duduknya.

"Apa kau mau aku hukum lebih dari tadi?" Jani menggeleng.

Jani segera menunduk mencoba menghindar dari tatapan mata Calvin yang menakutkan.

“Good girl.” Ucapnya dengan tatapan puas.

Jani tidak bisa berkata-kata jika lawan bicaranya menghukum dirinya dengan tindakan yang begitu aneh.

Diam saja Jan! Kau harus memilih jalan aman daripada kau di hukum suami mu sendiri seperti tadi.

Jani meneriaki dirinya sendiri merasa ingin meluapkan kekesalannya tidak bisa membantah perintah Calvin.

***

"Bengkak matamu Jan." Jani menggeleng meminta Naya tidak bicara keras-keras. "Kenapa?" Berbisik dan duduk di samping Jani penasaran.

"Gak papa Nay, kemaren aku jatuh terus nangis sendiri, hehehehe…..." Axel yang mendengarnya sampai menengok ke belakang ke arah Jani dan Naya. "Cuma tergores dikit kok Nay." Jani membuka rambut yang menutupi pelipisnya.

"Ya Tuhan....sampai luka ya Jan?." Axel berdiri sambil membawa dokumen pura-pura ingin memberikan Jani dokumen padahal penasaran.

"Kecil kok Nay, gak papa ini. Hehehehe……" Jani bicara sambil tertawa.

Tanganya perlahan menutup kembali luka gores yang tertutup handsaplast dengan rambut.

"Gimana bisa jatuh Jan?" Tanya Axel dengan wajah serius. "Kau bodoh yah bisa jatuh?"

Plakkkkk…..

Tangan Naya mendarat di perut Axel yang rata.

“Benar kan?” Jani hanya tersenyum.

“Kenapa semua orang marah sih lihat Jani luka begini? Namanya juga musibah loh Kak.” Axel menggeleng lalu berlalu kembali ke tempat duduknya.

“Dia gengsi saja itu Jan, padahal mah perhatian itu takut kamu terluka. Dasar Axel bucin….” Naya kembali ke tempat duduknya setelah menggeser kursinya ke tempat semula.

“Jani….Jan….” Bu Sasa berjalan dengan cepat ke arahnya. “Tolong hari ini temani Pak Calvin mengerjakan dokumen ini ya Jan di ruangannya. Cepat Jan….sudah di tunggu Jan.” Jani dengan cepat meraih dokumen yang Sasa sodorkan.

“Jani jalan ya Bu.” Sasa sedikit mendorong tubuh Jani agar segera pergi dari tempatnya. Naya dan Axel memperhatikan Sasa yang mengusap dadanya sendiri terlihat lega.

“Kenapa Bu?” Sasa yang tersadar hanya tersenyum, dia menggeleng sambil berlalu kembali ke meja kerjanya. “Kaya ada yang di sembunyikan gak sih Xel?” Axel mengedikkan bahunya. “Kakak nya Jani Xel….kamu kenal kan sama Mas Angga?” Axel mengangguk ragu.

“Nah….dia itu pas datang saja di suruh naik ke ruangan Pak Calvin. Padahal kan kamu tahu kan? Ruangannya itu tidak di masuki orang sembarangan. Aku curiga nih Xel….Jangan…jangan….” Axel mendengarkan dengan serius. “Jani itu anak konglomerat yang menyamar.” Axel menggeleng kesal sudah percaya dan merasa penasaran.

“Mana mungkin, dia gadis biasa Kak.” Naya menyipitkan matanya tidak setuju dengan ucapan Axel yang di anggapnya tidak sejalan dengan pikirannya.

“Kau mungkin saja tertipu Xel….kita tunggu saja kebenaran itu terungkap.”

Kau akan terperangah Nay, Jani bukan sekedar konglomerat. Dia sekarang sudah menjadi Istri pemilik perusahaan tempatmu bekerja Kak.

Ucap nya dalam hati sambil membayangkan wajah Naya yang terkejut saat kebenaran benar-benar terungkap.

***

Tok....tok...tok....

"Masuk Jan." Jani segera memutar handle pintu membukanya perlahan. Ada Pak Ara yang juga sedang memegang dokumen di ruanga Calvin.

"Sini sayang." Calvin menepuk sofa di sebelahnya. "Bagaimana lukanya?" Calvin sejak tadi tidak tenang membiarkan Jani tetap bekerja dalam kondisi nya yang tidak baik-baik saja.

“Masih memar loh ini Jan.” Wajah suaminya masih seperti pagi tadi, tidak bersemangat.

"Udah gak sakit Mas....eh...Pak." Jani malu memanggil Calvin Mas di depan Pak Ara. Meskipun Ara sudah tahu hubungan mereka.

"Tidak perlu sungkan Nona." Jani mengangguk malu. Lega Ara tidak keberatan dengan keberadanya yang selalu saja menggangu mereka pastinya.

"Jadi apa yang bisa Jani bantu Pak?" Calvin memanyunkan bibirnya. "Malu Kak." Bisik Jani lirih. Calvin memiringkan tubuhnya lebih dekat dengan Jani.

"Kau bersikeras tetap bekerja setelah terluka seperti ini. Kau tidak ingat saat aku sakit dan memaksakan untuk bekerja?" Jani malu sekali suaminya membawa bawa urusan rumah tangga mereka ke perusahaan.

"Gak bisa di samakan dong Kak, ini kan sakitnya bukan yang demam seperti Kakak kemarin." Jani menggeleng meminta Calvin tidak mendebatnya lebih jauh.

"Tetap saja sakit Jan, dan seharusnya sama saja, kau juga harus istirahat." Jani ingin sekali melawan, tapi rasa malu nya membuat Jani sadar sedang berada di mana dirinya sekarang. "Aku ingin kau hari ini istirahat saja di sini."

Jani menggaruk tengkuknya, untuk apa dirinya duduk diam di sisi Calvin yang sedang sibuk dengan segudang pekerjaan.

"Tapi Jani gak papa Kak."

Kali ini Ara yang menggeleng memberi isyarat pada Jani. Dia pasti tahu betul sifat Calvin.

"Aku cuma tidak mau kau merasa sendirian saat seperti ini Jan, ku mohon jangan membantah ya Jan." Suaranya terdengar sangat memelas. Jani mengangguk, dirinya sepertinya harus mengalah demi kedamaian semua orang.

Sesekali Calvin tersenyum ke arahnya yang sibuk memainkan ponsel. Jani mencoba menyibukkan diri meski sebenarnya sejak tadi Jani sudah merasa bosan tidak melakukan apapun selain bermain ponsel.

Tok…tok…tok….

“Masuk…” Jani menegakkan duduknya, tidak mau orang lain melihat dirinya terlihat santai di sisi Pak Calvin. Mata Jani membola dengan sempurna melihat laki-laki yang sejak kemarin dirinya cari.

“Pak Supir….” Jani lari ke arah Juan. “Akhhhh……Akhirnya Bapak kembali.” Jani memegangi erat tangan Juan yang terulur ke arahnya.

“Kau senang?” Tanya Calvin lega melihat Jani begitu antusias dengan kembalinya Juan, Jani mengangguk dengan wajah berbinar.

Calvin mengalah demi Jani, dirinya tidak mau membuat luka baru yang bisa menyakiti Jani yang memang begitu lembut hatinya.

“Apa ini hadiah itu?” Calvin mengangguk.

Pagi tadi Calvin bilang jika Jani akan suka dengan hadiah yang dirinya siapakan untuknya. “Terimakasih banyak Mas, Jani sayang Mas Vin.” Calvin tersipu, bisa-bisanya Jani menggodanya di depan bawahannya seperti ini.

“Terimakasih Nona.” Jani mengangguk pada Juan.

Bukan hanya Jani yang bahagia Juan kembali, Juan juga lega di beri kesempatan setelah merusak kepercayaan Calvin dan hampir saja membuat Jani terluka.

Bekerja dengan orang seperti Calvin membuat Juan merasa punya peluang untuk hidup lebih layak. Dirinya ingin membuat keluarga yang sudah meremehkannya berbalik bangga pada pencapaian yang sudah dirinya raih.

Aku akan bekerja keras Nona. Aku tidak akan mengecewakan kalian lagi seperti sebelumnya, aku tidak akan menyia-yiakan kesempatan ini, aku tidak akan membuat Bos kecewa dengan keputusannya memberiku kesempatan.

Aku janji.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!