kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEJADIAN YANG MENGEJUTKAN
...***...
Acara perdamaian istana masih berlanjut, mereka masih dalam tahap mengenal satu sama lain, meskipun mata mereka tertuju pada meja pendekatan yang tidak biasa. Nona muda Xin Qian duduk diantara Lingyun Kai dan pangeran Shoi-ming, keduanya tampak menebarkan aura perebutan wanita kepemilikan yang sangat kental.
"Kakak pertama." Pangeran Chaoxiang melirik ke arah pangeran Jun Hie. "Hari ini? Semoga saja bukan hari yang buruk."
"Apa maksudmu berkata seperti itu?." Pangeran Jun Hie heran.
"Apakah kakak tidak lihat di sana?." Ucapnya sambil memberi kode. "Adik shoi-ming duduk dekat dengan nona muda tertua xin qian, dan sedang menebarkan hawa kepemilikan bagi lawannya."
"Itu hanya perasaanmu saja." Pangeran Jun Hie mencoba bersikap cuek.
"Kakak pertama." Rengek putri selir putri Lien-hua. "Bagaimana bisa kakak pertama membiarkan adik shoi-ming dekat dengan wanita itu?." Ucapnya aneh. "Begitu banyak gosip aneh tentangnya, seperti tidak mau disentuh oleh laki-laki." Ada perasaan jengkel. "Saya tidak mau memiliki kakak ipar seperti dia."
Deg!.
Putri Lien-hua menelan ludah paksa ketika ditatap tajam oleh pangeran Jun Hie.
"Kalian jangan memandang rendah orang lain." Sorot matanya tampak tajam. "Apakah ayahanda kaisar? Ibunda permaisuri? Mengajarkan kalian seperti itu?."
"Maafkan saya kakak pertama."
Pangeran Chaoxiang dan putri Lien-hua memberi hormat.
"Kalau begitu kalian lanjutkan saja." Pangeran Jun Hie berdiri. "Rasanya sangat membosankan sekali." Setelah itu pergi meninggalkan tempat.
"Apakah saya salah dalam berbicara?." Putri Lien-hua hampir menangis.
Pangeran Shoi-ming mengetuk pelan kening adiknya. "Kita tidak bisa berbicara dengan kakak pertama dalam tiga hari ini."
"He? Kenapa kakak pertama seperti itu kalau merajuknya?." Ia benar-benar ingin menangis. "Itu aneh sekali."
"Hm." Pangeran Chaoxiang hanya bisa menghela nafas. "Di mana adik liangyi?." Matanya mencari ke segala arah. "Kenapa tidak bersamamu?."
"Katanya mau ke taman belakang." Jawabnya. "Mau bertemu dengan seseorang." Ia sedikit cemberut. "Saya dilarang ikut."
"Kalau begitu kau di sini saja, temani saya." Pangeran Chaoxiang mengusap sayang adiknya. Walaupun beda ibu, tapi mereka satu ayah, yaitunya Kaisar.
"Memangnya kakak kedua tidak mencari pasangan?." Godanya. "Apakah kakak kedua tidak mau menikah?."
"Bocah nakal." Ucapnya sambil mengetuk kening adiknya. "Berani sekali kau berkata seperti itu pada kakakmu ini?."
"Aduh!." Putri Lien-hua meringis kecil. "Saya tidak berani." Ia terlihat manja sekali.
"Kalau begitu makan ini." Ia ambil kue berbentuk bunga, dan ia serahkan pada adiknya. "Nanti akan saya carikan pasangan yang baik untukmu."
"Terima kasih kakak kedua." Putri Lien-hua tersenyum lebar. Hatinya sangat senang, karena diantara anak-anak selir lainnya, hanya ia yang dekat dengan anak-anak permaisuri.
Sementara itu Lingyun Kai dan pangeran Shoi-ming.
"Hari ini lebih ramai dari tahun lalu." Lingyun Kai mengambil salah satu manisan yang tersaji di depannya, di letakkan di piring, dan di serahkan tepat di hadapan nona muda Xin Qian. "Dan rasanya lebih berbeda." Ia tersenyum kecil, sambil memberi kode pada nona muda Xin Qian agar memakan kue manis yang ia ambil.
"Kau benar." Respon pangeran Shoi-ming sambil mengambil manisan, dan di letakkan di piring yang sama. "Rasanya tahun ini, saya lebih bersemangat untuk segera mendapatkan pendamping."
"Bagaimana menurutmu nona muda tertua xin qian?." Lingyun Kai mengambil kue manisan itu, hendak menyuapi nona muda Xin Qian. "Apakah hari ini terasa berbeda?."
"Eh?." Nona muda Xin Qian sangat gugup, apalagi melihat wajah Lingyun Kai sedekat itu, dan duduk sangat dekat sekali. Ditambah duduk diantara dua pria yang memiliki kedudukan tinggi. Dua pemuda yang sangat tampan, pewaris tahta dari keluarga masing-masing. Kaisar dan jendral, kedudukan yang sangat menjanjikan masa depan. Namun ada perasaan minder di hatinya saat itu.
"Apakah tahun ini, nona muda tertua xin qian? Menikmati acara ini?." Pangeran Shoi-ming juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Lingyun Kai.
Deg!.
Nona muda Xin Qian benar-benar gugup, ia merasa pusing dengan perlakuan keduanya. Pemuda berumur 18 tahun, dan berumur 20 tahun sedang mencari celah untuk mendapatkan hati wanita berusia 28 tahun?.
"Apakah mereka masih sehat?." Dalam hati nona muda Xin Qian benar-benar gugup tidak karuan.
Namun saat itu nona muda chuanli nona dari kediaman menteri pangan datang dengan raut wajah yang marah.
"Nona muda tertua xin qian." Ia sengaja menekankan nama nona muda Xin Qian. "Jika kau masih tahu diri, tolong menyingkir dari samping pangeran ketiga." Ia tersenyum lembut. "Berikan kesempatan pada kami, agar bisa mendapatkan pangeran shoi-ming." Ia memberi hormat pada Pangeran Shoi-ming. "Kau boleh memiliki dia." Tunjuknya ke arah Lingyun Kai. "Kami tidak keberatan, karena kau sangat pantas untuknya." Menatap rendah pada Lingyun Kai. "Setiap malam kau bisa diberikan kenikmatan batin olehnya." Ia mendengus kecil.
Lingyun Kai berdiri, dan memberi hormat pada Pangeran Shoi-ming.
"Hm." Pangeran Shoi-ming memberi kode.
Plak!.
Sebuah tamparan keras ia layangkan, membuat semua orang yang melihat itu terkejut.
"Lingyun kai! Berani sekali kau memukul saya?!." Nona Chuanli sangat marah. "Kau berbuat kasar di hadapan pangeran ketiga?!."
"Heh!." Pangeran Shoi-ming mendengus kesal. "Saya yang telah mengizinkan dia menampar kau!."
Deg!.
Mereka semakin terkejut, dan berbisik-bisik atas apa yang dikatakan oleh Pangeran Shoi-ming.
"Berani sekali kau berkata kurang ajar di saat acara perdamaian istana?." Pangeran Shoi-ming menatap tajam. "Apakah kau lupa aturan tutur bahasa ketika acara perdamaian istana berlangsung?." Suaranya terdengar tinggi.
Ya, aturan tutur bahasa selama acara perdamaian istana berlangsung di larang merendahkan orang lain. Jika ada dendam pribadi?. Atau rasa tidak suka pada seseorang?. Jangan sampai mengucapkan kata-kata kasar pada orang itu, meskipun kenyataannya dia seperti itu?.
Deg!.
Mereka semua menunduk takut, karena memang acara perdamaian istana. Walaupun tidak pernah akur?. Ada masalah dendam pribadi?. Dilarang keras menunjukkan pertentangan itu selama acara perdamaian istana berlangsung.
"Pengawal!." Suara Pangeran Shoi-ming terdengar keras.
Saat itu ada dua orang pengawal yang bergegas datang.
"Usir wanita tak bermoral ini!." Perintahnya.
"Ampuni hamba pangeran!." Nona muda Chuanli sangat ketakutan. "Hamba khilaf! Ampuni hamba!."
"Mulai hari ini umumkan! Bahwa ia dilarang seumur hidupnya! Untuk mengikuti acara ini!."
Deg!.
"Tidak! Ampuni hamba!." Nona muda Chuanli semakin ketakutan. Ia berusaha berontak, tapi nasib sudah tidak bisa diubah lagi.
"Wah? Sangat mengesankan sekali Gusti pangeran." Lingyun Kai mengacungkan jempolnya.
"Heh!." Pangeran Shoi-ming mendengus kecil. Mencoba mengurangi perasaan gugupnya dengan minum. "Pasti dia sangat terkesan padaku." Dalam hatinya merasa bangga, matanya melirik ke arah nona muda Xin Qian yang kebingungan.
...***...
Sementara itu di taman istana belakang.
Jianhong dan Junfeng sedang mengamati keadaan sekitar.
"Bagaimana kak?." Ia mengeluarkan sebutir pil. "Putri liangyi telah menuju taman istana, apakah sudah saatnya?."
"Minumlah obatnya." Jawabnya dengan yakin. "Aku sangat yakin, putri liangyi juga telah meminum obat itu."
Junfeng buru-buru minum obat itu.
"Bagus." Jianhong tampak senang. "Segera susul, dan bawa masuk ke ruangan itu."
"Baik kak." Ia menyentuh leher belakangnya, merasakan dampak dari obat perangsang yang telah ia minum tadi.
Sementara itu Putri Liangyi yang hampir sampai di depan pintu ruangan istirahat taman bunga.
"Kegh! Panas sekali." Ia meringis sakit. "Kenapa bisa seperti ini?." Ia hampir kehilangan kesadarannya.
Tenaganya terasa melemah, pandangannya agak kabur, ia berusaha masuk ke ruangan itu, akan tetapi saat itu ia merasakan sebuah pukulan di leher belakangnya hingga tidak sadarkan diri.
"Maafkan hamba tuan putri." Pemuda itu menggendong Putri Liangyi agar menjauh dari ruangan itu.
"Apakah dia sudah masuk?."
Junfeng baru saja sampai di depan ruangan itu, ia berusaha mengendalikan dirinya, merasa panas pada tubuhnya setelah minum obat perangsang. Ia dorong pelan pintu itu, dan masuk ke dalam.
...***...
Seorang pelayan berlari sangat kencang menuju lokasi acara perdamaian istana.
"Gawat! Gawat sekali Gusti pangeran!."
Ia berhenti tepat di hadapan Pangeran Shoi-ming yang masih menyajikan beberapa makanan manis pada nona muda Xin Qian.
"Apanya yang gawat?." Pangeran Shoi-ming jengkel. "Jangan membuat kegaduhan di sini!."
"Bfuh!." Lingyun Kai hampir saja tertawa.
"Hm?." Pangeran Shoi-ming melirik tajam.
Lingyun Kai berpura-pura tidak mengetahui maksud kode itu.
"Katakan!." Pangeran Shoi-ming benar-benar kesal.
"Hamba tidak sengaja melihat Gusti putri liangyi menuju ke ruangan istirahat di taman belakang istana." Jawabnya panik. "Setelah itu hamba melihat tuan muda junfeng menyusul masuk."
Brakh!.
Pangeran Shoi-ming spontan menggebrak meja, membuat mereka semua terkejut.
"Sungguh, hamba melihatnya!."
Tanpa banyak bicara pangeran Shoi-ming langsung meninggalkan tempat, hendak melihat apa yang dikatakan oleh pelayan wanita itu.
"Mari." Lingyun Kai mengulurkan lengannya.
Nona muda Xin Qian menyambut itu, ia jalan berdampingan dengan Lingyun Kai.
"Heh!." Dalam hati Lingyun Kai mendengus dingin. "Permainan akan dimulai." Ia merasa berdebar-debar. "Maaf saja, yang kalian lihat nanti bukan putri liagyi, tapi nona muda mingmei."
Sementara itu Pangeran Chaoxiang melihat ke arah adiknya Putri Lien-hua.
"Kita juga ke sana kak." Hatinya merasa cemas.
Pangeran Chaoxiang mengangguk kecil, mengulurkan lengannya, pertanda ia ingin jalan berdampingan dengan adiknya.
Dalam ingatan masa lalu Lingyun Kai, kejadian itu telah direncanakan oleh Jianhong dan Junfeng untuk lebih leluasa masuk ke istana. Mendekati pangeran bungsu, saat itu juga mereka mulai merencanakan hal buruk lainnya. Dalam kejadian memalukan itu Putri Liangyi dan Junfeng melakukan hal yang tidak senonoh di acara perdamaian istana. Semua orang menggerebek keduanya sedang bercumbu dengan ganasnya. Kaisar sangat marah, dan merasa malu, terpaksa menikahkan Putri Liangyi dengan Junfeng. Hidupnya menderita, disiksa oleh Junfeng, berakhir dengan bunuh diri yang mengenaskan.
"Di kehidupan kali ini, aku harus mencegah itu." Dalam hati Lingyun Kai sangat membara. "Tidak akan aku biarkan itu terjadi." Hatinya terasa sakit jika ingat dengan kejadian masa lalu yang telah ia alami.
Mereka semua menuju taman istana belakang, memastikan apakah benar yang dikatakan oleh pelayan wanita itu?.
"Tunggu dulu adik shoi-ming." Putri Lien-hua menahan lengan Pangeran Shoi-ming agar tidak menerobos masuk. "Jangan gegabah, mana mungkin kakak liangyi melakukan hal bodoh di acara ini." Ia terlihat ketakutan.
"Benar yang dikatakan oleh adik lien-hua." Pangeran Chaoxiang juga panik. "Jangan terburu-buru, dan jangan marah dulu."
"Kalian mau menyembunyikan sesuatu dariku?!." Amarahnya keluar begitu saja. "Apakah kalian merencanakan sesuatu dari kami?!."
"Aiya." Pangeran Chaoxiang berusaha kalem. "Mana mungkin seperti itu."
"Ah! Pelan-pelan."
Deg!.
Bulu kuduk mereka merinding mendengarkan suara desahan itu.
"Walah!." Dalam hati Lingyun Kai. "Panas sekali permainan mereka di dalam." Ia gigit bibirnya.
"Bajingan!." Umpat pangeran Shoi-ming penuh amarah.
Brakh!.
Pangeran Shoi-ming tidak bisa menahan diri, menendang pintu itu dengan keras. Masuk ke dalam dengan amarah yang membara.
"Tunggu dulu adik shoi-ming!."
Pangeran Chaoxiang dan putri Lien-hua berusaha menghentikan Pangeran Shoi-ming.
"Pertunjukan seru akan segera dimulai." Dalam hati Lingyun Kai merasa senang, ia juga masuk ke dalam bersama nona muda Xin Qian yang masih bejalan berdampingan dengannya.
Begitu dekat dengan tempat tidur yang ditutupi oleh kelambu, Pangeran Shoi-ming langsung menyibak paksa kain tipis itu.
Saat itu juga Jianhong datang, ia langsung ikut dengan mereka. Padahal selama acara perdamaian istana berlangsung ia tidak terlihat dekat dengan siapapun?. Kenapa ia tiba-tiba saja muncul?.
"Bajingan! Berani sekali kalian melakukan perbuatan tidak senonoh di sini?!." Teriaknya penuh amarah.
Deg!.
Pasangan yang sedang memadu kasih itu terkejut, langsung menutupi tubuh dengan selimut, menepi di pinggiran tempat tidur. Namun ada hal yang membuat mereka terkejut saat itu.
"Nona muda daxia?."
Mereka semua sangat kenal siapa itu nona muda Daxia, nona muda sarjana hebat dari kediaman menteri pendidikan. Junfeng dan Jianhong ketakutan, karena bukan putri Liagyi yang terkena jebakan?.
"Junfeng!." Pangeran Shoi-ming menunjuk kasar. "Berani sekali kau melakukan hal tidak senonoh di ruangan istirahat taman istana?!."
"Ampuni hamba pangeran shoi-ming." Junfeng sangat panik. "Hamba dijebak seseorang."
"Dijebak?!." Respon pangeran Shoi-ming.
Mereka mulai berbisik-bisik, membuat ruangan itu gaduh.
"Sungguh! Hamba juga dijebak." Nona muda Daxia menangis. "Hamba merasa ada yang aneh dengan minuman yang hamba minum." Ia berusaha menjelaskan.
"Itu benar Gusti pangeran shoi-ming." Junfeng mencoba membela diri.
"Apa?!." Dalam hati Lingyun Kai heran. "Kenapa bukan kakak mingmei?." Hatinya merasa gelisah.
"Kakak kedua." Bisik Putri Lien-hua. "Sepertinya pelayan tadi-."
"Kita cari dia." Pangeran Chaoxiang segera meninggalkan kerumunan itu.
"Untung saja bukan kakak liangyi." Dalam hati Putri Lien-hua merasa lega. "Aku akan mencari keberadaannya di mana."
"Saya tidak mau mendengarkan alasan bodoh kalian!." Pangeran Shoi-ming benar-benar marah. "Segera berpakaian! Pergi ke pengadilan!." Setelah berkata seperti itu pangeran Shoi-ming segera meninggalkan tempat.
"Pangeran ketiga!." Junfeng berusaha ingin mengejar, tapi ia tidak mengenakan sehelai pakaian apapun, membuat wanita yang melihat itu langsung menjerit dan berhamburan keluar.
"Bajingan kau junfeng!." Umpat Lingyun Kai dalam hati, tangannya segera menutupi mata nona muda Xin Qian, agar tidak melihat area terlarang milik Junfeng. "Ayo pergi." Bisiknya, ia membimbing nona muda Xin Qian meninggalkan tempat. "Akan aku potong burung mu itu! Berani sekali kau!." Dalam hatinya sangat marah.
Sedangkan nona muda Xin Qian berusaha tenang, karena ia tidak sengaja melihat hal yang belum boleh ia lihat.
"Junfeng!." Jianhong berteriak keras. "Kenapa malah seperti ini?!."
"Aku tidak tahu kak!." Hatinya sangat panik.
"Segera kenakan pakaianmu!." Tunjuknya kasar. "Segera ke pengadilan! Atau kau akan mati!." Memberi kode leher di penggal.
"Baik kak." Junfeng hanya pasrah saja.
Setelah itu Jianhong juga pergi meninggalkan tempat, hatinya sedang dikuasai oleh amarah yang membara.
"Maafkan saya tuan muda junfeng." Nona muda Daxia menangis sedih. "Saya-." Tatapan matanya menyimpan luka yang sangat dalam.
Junfeng tidak berkata apa-apa, ia memungut pakaian nona muda Daxia. Ia akui memang menaruh hati pada nona muda Daxia.
"Tapi kenapa harus seperti ini?." Dalam hatinya terasa sakit. "Maafkan saya." Air matanya menetes begitu saja. Ia membantu mengenakan pakaian nona muda Daxia. "Maafkan saya." Ia peluk erat tubuh nona muda Daxia. "Saya akan bertanggungjawab, maafkan saya." Ia menangis sesenggukan. "Saya terlalu ceroboh, maafkan saya."
"Tuan muda junfeng." Nona muda Daxia juga ikut menangis. "Jangan tinggalkan saya."
"Tidak akan, saya tidak akan meninggalkan mu." Hatinya terasa hancur, dan sesak. "Saya pasti akan bertanggungjawab." Ia menangis dalam perasaan yang sesak. "Kenapa ini bisa terjadi? Saya tidak mau seperti ini padamu." Dalam hatinya merasa sakit. "Kenapa malah kau yang ada di sini?!." Perasaannya berkecamuk, kepalanya terasa sakit memikirkan hal yang tidak pernah ia duga sama sekali.
Keduanya menangis dalam kesakitan, merasa berdosa telah melakukan hal yang tidak seharusnya. Tangisan pilu yang tidak bisa diobati begitu saja, hati dan perasaan mereka telah terluka dengan disaksikan oleh banyak orang atas pembuatan tidak senonoh itu?. Bagaimana kelanjutannya?. Temukan jawabannya.
...***...
Tadinya kupikir Wu Xian beneran saudara lainnya Kai pas baru ngucapin nama, rupanya oh rupanya....
Waduh, kayaknya aku jadi salah fokus dan gak terlalu peduliin Si kai kenapa dan malah lebih fokus mengagumi kekuatan Si mbak! 😌🗿