Meluluhkan Hati Istri Dinginku

Tok! Tok! Tok!

Suara pintu diketuk begitu jelas terdengar dari luar rumah. Asriati yang baru saja menyelesaikan bolu kukusnya itu segera menuju pintu untuk membukanya.

" Selamat pagi mbak, apa kabar?"

Asriati sangat terkejut melihat siapa yang datang. Sapaan hangat dari orang tersebut malah membuat tubuhnya merinding. Dengan gugup dan sedikit tidak senang sebenarnya, ia terpaksa mempersilahkan tamu-tamu itu masuk.

" Pagi, alhamdulillah kabar kami sekeluarga baik." Asriati menjawab sewajarnya. Ia lalu izin ke belakang dulu hendak memanggil suaminya. Dan tak berselang lama Aryo keluar dari kamar. Ia begitu terkejut melihat siapa yang duduk di ruang tamu.

" Kamu, apa yang kamu lakukan di sini? Ooh maaf, Tuan dan Nyonya Gunawan. Selamat pagi, ada keperluan apa Tuan dan Nyonya ke rumah saya."

Rima langsung menunduk saat Aryo menatapnya dengan begitu dingin. Sedangkan kedua orang tua Rima saling pandang, mereka terkejut melihat dan mendengar nada bicara Aryo yang terkesan asing. Padahal dulu mereka begitu akrab, tapi sekarang seperti tidak saling mengenal.

" Aah ini, kami ... kami datang untuk ..."

Tuan Gunawan bingung mau berkata apa. Tapi kedatangan mereka ini sebenarnya atas ide Rima. Dia mengatakan kepada kedua orangtuanya untuk kembali menjalin hubungan dengan keluarga Suseno.

" Mas, ada tamu ya. Lho, bukannya ini Rima."

Mendengar ada suara asing di rumah, Sekar yang baru saja terbangun dan hendak ke dapur memilih untuk membelokkan langkahnya ke ruang tamu. Mata Sekar menyipit melihat pegawai yang baru saja dia terima berkunjung ke rumah. Padahal Sekar tidak pernah memberikan alamat rumah sang suami kepada siapapun.

Aryo yang melihat datangnya Sekar langsung meraih pinggang sang istri. Sekar sedikit terkejut, dia tidak paham dengan apa yang dilakukan oleh Aryo itu. Sekar hanya pasrah dengan tindakan sang suami.

" Aah sayang, ini ada tamu. Nah bapak sudah datang, maaf kami undur diri dulu."

Aryo membawa Sekar kembali masuk ke dalam kamar. Sedangkan di luar jelas terpancar wajah kekecewaan dari Rima juga kedua orang tuanya. Apalagi saat Suseno menjelaskan siapa Sekar.

" Mas, apa kamu mengenal Rima?"

" Lho, kok kamu tahu Rima?"

Pertanyaan yang dijawab pertanyaan oleh Aryo. Sekar kemudian menjelaskan bahwa Rima adalah karyawan baru di RSMH. Aryo langsung menepuk keningnya pelan. Mengapa dunia ini begitu sempit. Mantan istrinya bekerja di tempat istrinya.

" Sayang, dengarkan aku. Rima, dia adalah mantan istriku."

" He?? Sebentar, pantas saja rasanya begitu familiar. Aku seperti pernah melihatnya, aah iya di foto yang masih kamu pajang saat aku pertama kali masuk kamar ini. Beuuh mana galak sekali pas aku minta untuk disingkirkan."

Cup

Aryo tidak tahan dengan bibir Sekar yang bicara nerocos itu. Dan seketika Sekar terdiam saat Aryo menciumnya.

" Tck, mencuri kesempatan. Oh iya mas, kenapa kamu terkesan tidak suka dengan dia. Bukannya kamu masih begitu penasaran, bahkan setelah kita menikah pun kamu masih sangat peduli dengannya."

Aryo terdiam, dia lalu mengajak Sekar untuk duduk. Aryo mengambil nafasnya dalam dan membuangnya perlahan. Ia harus mengatakan apa yang terjadi.

" Belum lama aku pernah bercerita padamu kan soal dia yang mengajakku bertemu lalu meneleponku. Dan itu dilalukannya terus menerus. Aku menjadi risih, karena begini lho, dia kan tahu aku sudah menikah tapi kok dia masih terus memintaku bertemu. Itu kan tidak etis. Kita tidak ada hubungan kerja juga, benar-benar hanya mantan yang kembali bertemu. Rasa penasaranku terjawab ketika dia bercerita mengapa pergi meninggalkanku. Sekarang, ya sudah kita benar-benar punya kehidupan sendiri. Lagi pula, aku kalau dengan orang lain emang gitu, dingin. Kecuali dengan kamu, aku selalu bisa hangat."

" Mas!!! Aku belum mandi ini."

" Meskipun tidak mandi kamu tetap enak."

Aryo tidak peduli, dia sudah kembali mengungkung Sekar di atas ranjang dan mengulang kembali surga dunia bagi pasangan halal. Aryo sama sekali tidak menghiraukan bahwa Rima dan kedua orang tuanya yang masih ada di rumah mereka. Itu jelas bukan urusan dia. Kali ini dia sedang berada dengan Sekar, untuk apa mempedulikan orang lain yang sudah tidak memiliki hubungan.

" Baiklah Mas Seno, kami pamit undur diri dulu. Sekali lagi, kami minta maaf atas kejadian masa dulu itu. Mungkin ini sangat terlambat, tapi kami baru ada keberanian sekarang untuk meminta maaf. Semoga hubungan kita masih berlanjut dengan baik."

Gunawan merasa sangat bersalah. Mungkin kedatangannya ini tidka lagi berarti. Setahun lebih dan baru datang untuk minta maaf, adalah hal yang sangat terlambat.

" Sudahlah, yang lalu biarkanlah berlaku. Tentu, hubungan pertemanan kita tetap masih akan berlanjut. Semoga Rima segera bisa mendapatkan pendamping hidup."

Deg!

Dada Rima bergemuruh saat Suseno mengatakan hal tersebut. Wanita itu seakan tidak suka dengan ucapan Ayah dari Aryo.

" Terimakasih prof untuk doanya," jawab Rima berusaha untuk tetap tenang. Ia tidak mungkin menampilkan wajah tidak senang nya.

Mereka bertiga segera naik mobil. Di perjalanan pulang, kata umpatan dikeluarkan oleh Gunawan. Baru kemarin dia berdamai dengan sang putri dan kini putrinya itu malah kembali membuat ulah. Rima hampir membuatnya kehilangan muka di depan Suseno.

" Apa otak kamu sudah tidak dipakai hah? Kamu tahu Aryo sudah menikah kembali bukan? Dan kamu malah meminta kami untuk meminta lagi hubungan diantara kalian. Kamu gila ya Rima!"

Sambil memegang setir kemudi, Gunawan terus marah-marah. Rima hanya diam tanpa bisa menjawab setiap ucapan yang terlontar dari bibir sang ayah, karena semua memang benar adanya.

" Pa, sudah. Kita bicarakan ini di rumah ya. Dan kau Rima, kami tunggu apa yang akan kamu katakan nanti. Hampir saja kedua kalinya kau mencoreng muka kami."

Nyonya Gunawan merasa begitu kecewa dengan sang putri. Dibalik ucapannya mencoba menenangkan sang suami, sesungguhnya ia amat marah dengan sikap putrinya itu. Tapi jika semua tersulut emosi, ia khawatir perjalanan pulang ke rumah ini akan berakhir menjadi tragedi. Maka dari itu Nyonya Gunawan memperbesar rasa sabarnya.

Rima tertunduk, ia meremass kedua tangannya yang ada di pangkuan. Ia tidak menyangka jika kedua orang tuanya akan sangat marah. Entah seperti apa lagi kemarahan keduanya saat sudah sampai di rumah nanti.

Tapi bukan sepenuhnya rasa takut yang ada di dirinya, tapi juga sedikit kesal. Melihat bagaimana Aryo merangkul pinggang Sekar dengan mesra membuat hati Rima terbakar. Ada rasa tidak suka di sana.

Apa sungguh mereka tidak malu menampilkan kemesraan begitu di depan orang lain. Huh!

TBC