NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suka

Tatapan itu tidak lagi tajam, hanya saja tidak mengenakkan. Walaupun terlihat datar, tetapi ada hal lain yang tidak Bhaskar pahami. Terdapat air mata yang tertahan di sana.

"Gua... gua gagal jagain There sejak kecil dan saat gua mau dia bahagia sama cowok lain, lo malah cuekin dia." Tarikan di kerah baju Bhaskar terlepas. "Gua bingung mau ngapain biar buat dia balik ke moodnya biasanya. Bahkan Linsi sendiri mau There bunuh diri yang justru buat dia tertekan di rumah."

"Bunuh diri? Gua lihat There bunuh diri sebulan yang lalu di jembatan dekat restoran wilayah sini. Tapi gua gagalin."

Erga terdiam. Ternyata Theresia pernah melakukan tindakan yang begitu nekat tanpa sepengetahuannya.

"Gua juga nggak mau jauhin There, tapi ini cara gua biar beritanya tenggelam dulu dan barulah gua sama There lagi," ucap Bhaskar dengan nada rendah.

"Seharusnya lo jagain dia, selalu bikin dia seneng, balas postingan itu dengan perasaan lo sebenarnya ke There biar murid-murid yang lain nggak menghina There yang lebih memilih diam. Makanya dia nggak balas karena dia juga nggak mau memperpanjang masalah ini. Cara pikir kalian hampir sama, yang udah terjadi ya udah terjadi. Kayak nggak ada aksi buat ngelawan."

Ucapan Erga ada benarnya. Namun ketakutan Bhaskar juga sangat besar saat mengungkapkannya ke Theresia. Ia seolah-olah terkena kutukan jika mengutarakan perasaannya, orang itu akan hilang dari kehidupannya.

"Gua takut."

"Pecundang," sahut Erga.

Bhaskar meremas tangannya saat mendengar satu kata yang memuakkan sehingga membuat dirinya naik darah lagi. "Lo nggak tahu! Dan nggak usah langsung ngatain orang seenaknya. Gua takut There kenapa-napa kalau gua ngungkapin perasaan gua, semua orang yang pernah gua cintai hilang! Nggak ada yang selalu di sisi gua selain pembantu di rumah dan juga om gua yang kalian kenal sebagai kepala sekolah!"

"Nyokap bokap lo di mana?" Kini Erga berubah menjadi serius.

"Udah nggak ada. Tepat setelah pulang dari acara hari ibu saat gua umur delapan tahun. Gua bilang cinta dan sayang sama nyokap dan juga bokap gua, tapi waktu pulang sekolah ada kecelakaan. Di situlah nyokap gua peluk gua dalam keadaan tidak bernyawa. Gua juga pernah jatuh cinta waktu SMP, tapi setelah gua ungkapin, dia tertabrak dan udah nggak ada."

Tentu saja Erga tidak tahu kehidupan Bhaskar sebenarnya. Namun setelah laki-laki di depannya bercerita, kini ia tahu ketakutan pengungkapan perasaan yang seakan-akan menjadi sebuah kutukan untuk Bhaskar.

"Maaf, tapi gua tetap nggak mau The-"

"Udah, cukup!"

Kedua laki-laki itu terkejut saat Theresia tiba-tiba muncul di ambang pintu kelas dengan air mata yang turun membasahi kedua pipinya.

"Biarin masalah ini gua urus sendiri sama Bhaskar, makasih untuk perhatian lo. Tapi untuk yang ini tolong jangan ikut campur," ucap There dengan mengusap pipinya.

"Kalau gitu... maafin gua yang ikut campur. Gua cuman mau lo bahagia di orang yang bener-bener tepat." Erga keluar melewati Theresia dan saat akan melewatinya juga, ia mengatakan sesuatu. "Gua tunggu di parkiran."

Selepas Erga pergi. Theresia menatap Bhaskar yang menundukkan kepalanya dengan sendu. Ia langsung menghampiri laki-laki itu dan menarik kepalanya ke pundaknya. Tangannya juga mengelus rambut Bhaskar sembari air mata yang masih turun mendengar laki-laki itu bercerita tentang ketakutannya barusan.

"Seharusnya lo cerita, bukan cuman senengin gua doang, tapi gua juga mau senengin lo," ucap Theresia dengan tersendat-sendat karena menangis.

"Re, gua boleh peluk lo?" tanya Bhaskar dengan keadaan kepalanya yang masih bersandar di pundak gadis itu.

Theresia mengangguk. Dan betapa terkejutnya saat Bhaskar memeluknya dengan erat, bahkan terdengar suara-suara menarik napas untuk menahan tangisan.

"Nangis aja kalau mau nangis, nggak usah sok tegar di hadapan gua."

Bhaskar tertawa kecil walaupun ia juga menangis. Sedikit aneh, tetapi inilah perasaan campur aduk keduanya.

"Ciee.. ada yang baikan nihh."

Saat Bhaskar membuka mata, ia langsung terkejut dan berbalik dari Theresia dengan mengusap matanya. Tentu tidak hanya dirinya, Theresia hanya diam dan bingung harus melakukan apa.

"Jadi udah baikan beneran apa enggak ini?" tanya Mona dengan tersenyum usil dan alis yang naik-turun menggoda keduanya.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Bhaskar.

"Ambil tas lah, gua barusan dari ruang guru dan tas gua masih di kelas. Noh, belakang lo ada tasnya. Tas siapa lagi?" Mona menunjuk dengan dagunya.

"Ohh..."

"Ehm... gua duluan, Erga udah tungguin gua di parkiran, byee." Theresia melesat pergi dengan memegangi pipinya karena malu.

Kenapa ia bertindak gegabah? Bahkan ia berbicara jika dirinya juga ingin menyenangkan Bhaskar. Lalu ia juga mengizinkan Bhaskar untuk memeluknya.

Secara tidak langsung itu membuktikan perasaannya kepada Bhaskar. Tidak hanya itu, ia juga sudah tahu tentang perasaan Bhaskar karena ia menguping sebelumnya.

"Nunggu lama ya?" tanya Theresia di belakang Erga yang sedang bersandar di gerbang.

"Enggak juga, kenapa wajah lo merah? Lo nggak di apa-apain sama cowok itu, kan?" Theresia menggelengkan.

"Enggak, enggak apa-pa. Ayo pulang."

Erga bersiap membonceng Theresia yang entah kenapa mood gadis itu berubah dengan drastis.

"Sekali lagi maaf, gua terlalu berlebihan ke elo," ucap Erga saat di perjalanan.

"Tapi gua juga berterimakasih karena lo dan keluarga lo perhatian ke gua. Setidaknya gua juga harus bersyukur karena ada yang masih perhatian sama gua sampai sekarang. Makasih, Ga."

Laki-laki itu tersenyum tipis sembari menikmati udara dingin setelah hujan siang tadi. Sore kali ini dingin. Dan moodnya kembali karena melihat Theresia setidaknya sedikit tersenyum senang, bukan dipaksakan.

"Lo suka sama Bhaskar?"

"Kalau gua jujur... iya. Tapi gua masih belum tahu apa-apa soal Bhaskar, bahkan gua kaget waktu dia ngomong soal orangtuanya. Pantesan aja dia kadang keluyuran dan bilang kalau nggak ada yang nungguin di saat dia keluar kemana-mana."

"Ohh, iya. Lo nguping pembicaraan gua sama dia, kan?"

"Ya... awalnya gua nungguin lo di bawah, tapi nggak turun-turun jadinya gua balik. Terus kalian lagi omong-omongan dan gua dengerin."

"Itu namanya nguping," balas Erga.

"Bukan, tapi mencoba mencari berbagai informasi dengan cara diam-diam."

Erga tidak bisa membalasnya jika gadis itu menjawabnya lain. Perempuan memang punya banyak cara, contohnya seperti memanipulasi pembicaraan.

...••••...

Bhaskar baru saja keluar dari kamar mandinya setelah membersihkan tubuhnya. Ia berdiri sebentar di balkon untuk melihat langit yang masih mendung dan menutupnya karena udaranya dingin.

Tiba-tiba ia jadi teringat Theresia yang memeluknya tadi sore. Bhaskar langsung tersenyum, apalagi mengingat ucapan Theresia yang manis.

"Seharusnya lo cerita, bukan cuman senengin gua doang, tapi gua juga mau senengin lo."

Ucapan itu mulai terngiang-ngiang di benaknya. Jika diingat-ingat lagi, Theresia memberikan buku yang belum selesai ia baca.

Haii, karena postingan itu ya lo jaga jarak sama gua?

Tapi gua nggak suka lo kayak gini, karena gua mau kita kayak biasanya. Setidaknya balas chat gua. Katanya bukan people come and go, tapi lo malah ngelakuin itu ke gua. Apa itu juga yang namanya orang favorit?

Dan apa permintaan lo? Gua kalah waktu itu, tapi belum ada permintaan dari lo sampai sekarang.

Di sisi lain, Theresia juga menceritakan bahwa dirinya menulis surat untuk Bhaskar sebelumnya di tepi kolam ikan yang berdekatan dengan kamar Erga. Ia menceritakan dengan wajah yang bersemu kemerahan.

"Gua kasih surat kayak gitu ke Bhaskar," ucap Theresia.

"Lo bener-bener jadi cewek yang terang-terangan yang Re sekarang. Tapi dengan begitu kalian bisa lebih dekat tanpa ada pengutaraan secara blak-blakan."

"Ha? Emang gitu ya? Gua cuman sedikit perhatian aja. Iya, gua suka, tapi masa kayak gitu?" Erga mengangguk dengan tersenyum saat melihat Theresia bingung dengan dirinya sendiri.

"Terus? Gua harus ngapain besok? Bersikap seolah-olah nggak ada kejadian apa-pa?" Kali ini Erga menaikkan bahunya tidak tahu.

"Nggak tahu, itukan urusan lo."

"Ya, maksudnya lo bantuin kek."

"Tapi kali ini gua beneran nggak tahu, udah deh. Sekarang mending tidur, besok sekolah dan mau ujian." Erga mendorong tubuh Theresia ke dalam.

"Tap-"

"Percaya sama gua, besok nggak ada apa-apa. Bersikap seperti biasa aja, tapi jangan dianggap kalau kemarin itu nggak ada apa-apanya karena sikap dia bakal berubah ke elo."

"Beneran?" Erga mengangguk.

Theresia melompat kegirangan sembari tersenyum bahagia dengan mata yang tidak berbohong lagi. "Makasih."

Pikiran Erga mungkin Theresia langsung naik menuju kamar gadis itu, tetapi Theresia mengambil selimut tambahan untuk Erga karena malam ini sangat dingin.

Theresia mengendap-endap menuju belakang untuk memberikan selimut itu tanpa sepengetahuan orang lain, terlebih-lebih lagi Mamanya ataupun Linsi yang akan memperpanas suasana.

Ia mengetuk pintu Erga dan memanggilnya dengan pelan. "Ga? Lo udah tidur?"

"Kenap-"

Theresia langsung melempar selimutnya ke Erga dan memberikannya sesuatu. "Sshht, jangan keras-keras. Itu selimut tambahan biar nggak kedinginan dan juga losion ini biar nggak digigit nyamuk. Gua tinggal, ya?"

Gadis itu langsung kembali dengan langkah kaki pelan seperti sebelumnya. Saat ia di kamar, Theresia kembali teringat soal Bhaskar dan malah memukuli bantalnya karena gemas seraya tersenyum malu.

Tidak berbeda dengan Theresia, Bhaskar pun sudah siap tidur dengan selimut yang sudah menutupi separuh tubuhnya. Akan tetapi, masih senyum-senyum dengan kondisi mata yang terpejam mengingat gadis itu.

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!