NovelToon NovelToon
Athena

Athena

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Isekai / Balas dendam. / Perubahan Hidup / Peningkatan diri-Perubahan dan Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:956k
Nilai: 5
Nama Author: Quin

MISI KEPENULISAN NOVELTOON

Terbangun karena cekikan yang membuatnya susah bernapas. Athena mendapati dirinya ternyata masuk ke dalam novel yang dia baca sebelum dia tidur. Ternyata dia menjadi seorang pemeran antagonis yang lemah dan manja yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan dirinya.

Bisakah Athena bertahan di dunia yang asing itu baginya? bagaimana caranya dia kembali? apa saja dia temui di sana? adakah cinta yang mengubah dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34. Arabella! seumur hidupmu, kau tidak akan pernah menang dariku.

“Eh? Kakak sedang memikirkan apa?” tanya Arabella yang penasaran dengan apa yang sudah membuat Edward tidak fokus dengannya.

“Tidak,” jawab Edward. “Kau tadi mengatakan apa?”

“Oh, iya. Sekarang sudah siang. Sudah waktunya makan siang. Bagaimana jika kita makan siang? Di sini nasi hainan-nya terkenal,” ujar Arabella kembali menjelaskan apa yang dia inginkan.

“Baiklah,” jawab Edward setuju.

“Benarkah?” tanya Arabella masih tidak percaya Edward setuju begitu saja. Dia kira Edward akan begitu susah untuk diajak makan siang. “Ya, ayo kak.” Arabella langsung ingin memulai langkahnya.

“Tapi aku tidak ingin makan di sini,” kata Edward. Membuat Arabella langsung mengurungkan langkahnya.

“Eh? Maksudnya kak?” tanya Arabella.

“Jika ingin makan siang. Aku yang menentukan di mana kita akan makan siang, bagaimana?” ujar Edward yang langsung memulai langkahnya.

“Baiklah, aku akan ikut dengan keinginan kakak saja,” ujar Arabella. Tentu saja Edward tidak ingin makan di kantin biasa. Dia adalah pria yang berkelas. Bahkan dia sampai menutupi dirinya begitu ketat agar tidak diketahui oleh orang-orang. Mana mungkin dia akan makan di kantin kampus ini, Arabella menggelengkan kepalanya kecil. Entah apa yang dipikirkannya. Lagi pula dia bukannya sudah menjadi anak orang kaya. Mentraktir Edward di restoran ternama juga bisa dia lakukan.

Edward segera berjalan keluar dari aula itu. Dan bagaikan anak kuncing yang mengikuti induknya. Arabella hanya mengikuti Edward yang menuju ke arah mobilnya. Pintu mobil sedan itu sudah dibukakan oleh seorang supir. Edward berdiri di samping pintu yang terbuka.

Arabella merasa langsung tersipu berpikir Edward menunggunya untuk masuk ke dalam mobil itu. Dia sampai tersenyum manis karenanya.

“Masuklah,” ujar Edward

“Ya, kak,” jawab Arabella patuh. Tentu dia masuk dengan seanggun mungkin seraya terus melihat ke arah Edward. Saat dia sudah duduk. Pintu mobil itu langsung di tutup oleh supir yang segera bergerak ke arah kemudi. Arabella tampak melihat Edward yang dia kira akan duduk di sampingnya. Dia sudah gugup karena akan bersebelahan dengan Edward. Tapi nyatanya. Edward malah membuka pintu bagian depan dan duduk langsung di sebelah supir. Arabella langsung kaget. Kenapa malah duduk di samping supir?

Edward memang tidak biasa duduk di depan apalagi di samping supir. Tapi demi menjaga agar Arabella tidak terlalu banyak mengajaknya berbicara. Edward lebih memilih duduk di samping supir.

Mobil mereka segera melaju meninggalkan tempat itu. Edward membawa Arabella ke restoran mahal yang ada di kota itu. Arabella hanya diam memperhatikan Edward yang malah sibuk dengan tabletnya. Karena terlalu serius hingga Arabella sungkan untuk memulai obrolan hingga makanan mereka datang dan juga makan itu habis. Edward benar-benar tidak membuka sedikit pun jalan untuk Arabella berbicara dengannya.

“Ini bill-nya,” ujar pelayan yang langsung memberikan tagihannya begitu Edward meletakkan garpu dan juga sendoknya dengan tanda dia sudah selesai makan.

Arabella yang melihat itu tentu kaget. Tidak ada yang memanggil pelayan untuk menyerahkan tagihannya. Tapi tiba-tiba saja pelayan itu datang. Padahal Arabella sudah berharap setelah makan ini dia bisa berbincang sejenak dengan Edward.

“Eh? Siapa yang ….” Tanya Arabella yang bingung.

Tanpa basa basi, Edward langsung mengeluarkan kartu kreditnya. Pelayan langsung menggesek kartu itu dan Edward memberikan PINnya. Transaksi itu langsung berhasil.

“Terima kasih Tuan dan Nona,” ujar pelayan itu dengan ramah. Arabella hanya berwajah bengong.

“Eh, kakak, bukannya aku yang ingin mentraktir kakak untuk berterima kasih pada kakak?” tanya Arabella bingung. Kenapa semua terasa begitu terburu-buru. Seolah Edward hanya menerima makan siang ini karena terpaksa.

“Tidak apa, aku tidak suka di traktir. Aku punya kerjaan yang lain. Maaf tidak bisa mengantarmu. Aku pergi dulu,” ujar Edward yang melihat jamnya kembali. Tidak melihat Arabella sama sekali dia langsung saja berdiri dan melangkah pergi.

“Ha? Kakak?” tanya Arabella bingung. Tapi pria itu sudah cukup jauh darinya dan tanpa ragu langsung keluar dari restoran itu.

Arabella langsung berwajah masam dan kesal. Kenapa pria itu malah begitu cuek dengannya. Bukannya rencananya sudah berhasil, tapi kenapa tetap saja Edward sama sekali tidak memperhatikannya. Kenapa malah jadi begini?

...****************...

Keesokan harinya, Rektor memanggil Arabella datang ke ruangannya. Dengan senang hati Arabella langsung datang ke ruangan Rektor dan menganggap bahwa Rektor mungkin saja ingin memberitahukannya bahwa dialah yang dipilih oleh Edward untuk menjadi pasangan duetnya.

Arabella langsung mengetuk pintu ruangan rektor itu. Setelah mendapat izin untuk masuk. Arabella langsung masuk dengan senyumannya yang sumringah.

“Nona, Arabella, silakan duduk dulu,” sambut rektor dengan senyuman ramah. Arabella tentu langsung duduk di kursi tepat di depan rektor itu.

“Ya, ada apa Pak?” tanya Arabella dengan senyuman yang tidak bisa dia tutupi. “Apakah saya terpilih?”

“Nah, itu yang ingin saya bicarakan dengan Anda. Nona, sepertinya kita belum bisa tahu siapa yang dipilih oleh Tuan Edward karena Tuan Edward masih harus memikirkannya lagi. Jadi saat ini, kita belum tahu siapa yang akan dipilih olehnya. Saya harap Anda maklum,” ujar Rektor yang merasa sungkan. Tuan Jullian sudah menyerahkan beberapa uang untuknya agar memastikan nilai Arabella tinggi sehingga Edward bisa memilihnya. Tapi pria itu terlalu pemilih, dan belum memutuskannya.

Mendengar itu senyuman senang yang dari tadi disunggingkan oleh Arabella langsung pupus. Dia tampak tak terima dengan apa yang baru dia dengar. Arabella yang terkenal dengan kelemah lembutannya langsung lupa dengan semua hal itu. Wajahnya langsung tampak kesal dan marah sehingga tampak bengis. Dia bahkan memukul meja itu karena geram dengan keputusan Edward! Bagaimana bisa dia masih ingin memikirkannya! Bukannya nilainya paling tinggi dan juga dia sudah mengakui bahwa dia adalah adik kecilnya! Sial! Pikir Arabella sambil menekan rahangnya keras dan juga mengepalkan tangannya erat.

Rektor yang melihat hal itu tentu kaget. Arabella biasanya berprilaku lembut dan jarang sekali terlihat marah. Tapi kali ini wanita itu tampak begitu menakutkan.

“Nona Arabella. Jangan kesal atau marah. Aku yakin dia akan memilihmu, hanya saja Tuan Edward tidak ingin terburu-buru,” semangat Rektor itu melihat wajah Arabella yang penuh amarah.

Mendengar kata-kata dari Rektor itu membuat Arabella langsung tersadar dan langsung mengubah raut wajahnya menjadi Arabella yang biasanya menggunakan topeng lemah lembutnya. Arabella langsung tersenyum pada Rektor yang hanya membalasnya dengan senyuman canggung. Bagaimana wanita ini bisa berubah begitu cepat, Rektor semakin merasa Arabella begitu menakutkan.

“Aku baik-baik saja, terima kasih,” ujar Arabellla dengan senyuman manisnya. Kontras dengan wajah bengisnya tadi. “Kalau tidak ada apa-apa lagi, saya harus kembali ke kelas Pak, terima kasih.”

Rektor itu hanya mengangguk pelan saat Arabella berdiri dan segera keluar dari ruangan kepala sekolah itu. Arabella mengepalkan tangannya erat dan berpikir apa yang salah dengan rencananya kemarin. Padahal jelas-jelas kemarin semuanya sudah berjalan sangat lancar.

Saat sampai di luar ruangan rektor. Arabella langsung kaget ketika melihat Athena yang sedang berdiri di depan ruangan itu. Dari gayanya sepertinya Athena memang sengaja untuk menunggu dirinya.

Arabella langsung memasang senyuman munafiknya. “Athena? Kenapa kau ada di sini?”

Athena yang tadinya bersandar dan melipat tangannya di depan dada segera menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekati Arabella. “Aku ke sini karena aku mencarimu.”

Athena tiba-tiba langsung saja mencengkram pergelangan tangan Arabella dan menariknya langsung tanpa persetujuan Arabella ke tempat lain. Arabella yang tidak menyangka Athena menyeretnya begitu hanya bisa pasrah walaupun dia terkadang mencoba untuk menolak. Arabella tentu merasa tidak tenang, dia takut dengan kelakuan Athena ini.

Tapi dia juga percaya, Athena tidak mungkin menyakitinya. Lagi pula jika Athena menyakitinya, Arabella akan semakin senang. Karena dengan begitu orang-orang akan mengasihinya dan membenci Athena. Jadi kerena itu Arabella pasrah saja diseret. Dia berharap ada orang yang bisa melihat kelakukan dari Athena ini.

Athena ternyata membawa Arabella ke dalam ruangan piano dan segera melepaskan cengkeraman tangannya. Arabella mengerutkan dahinya karena bingung kenapa Athena malah membawanya ke sini.

“Kenapa kau membawaku ke sini?” tanya Arabella.

Athena tidak menjawab pertanyaan dari Arabella dan segera bejalan lalu duduk di depan piano itu. “Bagaimana dengan pengambilan nilai kemarin? Aku dengar kau adalah orang yang paling hebat dalam bermain piano,” tanya Athena.

“Eh, tidak. Aku hanya memainkan lagu sesuai kemampuanku. Dan mungkin memang kemarin adalah hari keberuntunganku. Sebenarnya masih banyak orang lain yang lebih baik dari pada diriku,” ujar Arabella merendah.

“Jika di antara kita berdua, lalu siapa yang lebih hebat?” tanya Athena dengan senyuman yang penuh percaya diri.

Melihat kepercayaan diri yang terpancar dari wajah Athena membuat Arabella membesarkan matanya. Entah kenapa tiba-tiba merasa panik dengan hal itu.

“Athena, bukannya kau tidak bisa memainkan piano?” tanya Arabella balik.

“Benarkah? Aku tidak bisa bermain piano? Tapi bukannya kau sudah dengar tentang berita bhawa aku pernah memainkan lagu Choppin- Etude Op. 25 No. 6 G in G minor waktu itu?” Athena kembali membalikkan pertanyaan.

Arabella langsung terdiam dengan mata membesar mendengarkan pertanyaan Athena. Athena melihat itu mengembangkan senyuman licik nan percaya dirinya.

“Dan di sini aku ingin kau tahu dengan jelas bahwa, Arabella! Selama hidupmu! Kau tidak akan pernah menang dariku!” ujar Athena dengan sangat percaya diri dan langsung memainkan pianonya yang langsung membuat Arabella gemetar.

1
Wangintowe Tundugi
quin jgn terlalu lama ya nyimpan kelicikan arabela
Santi.can
wah gak ada lanjutannya
Santi.can
baca ulang
Kecek Cuy
mana nih,ga ada lanjutannya lagi pada hal udah lama sekali
Umi Umi
Luar biasa
Dewi Rima
👍
Susilawati
nih cerita masih ada lanjutannya apa nggak ya 🤔🤔🤔
Nur Kediri
kak author kemana ini
Nur Kediri
up kak
Nur Kediri
cerita bagus pasti buatnya lama.
ada apakah dengan kak author kok lama up nya
Ima Ika WarsidiKiki
kapan up lagi, udah lama banget nggak ada lanjutannya
Patrish
di dunia nyata.. banyak loh yang seperti Arabella... 😀
Patrish
bohong kan... simulut ular banyak dramanya.. 😠😠
S R I WAHYUNI
wahhh baru baca langsung tertarik, tapi sayang bgt ceritanya harus berhenti nggak dilanjut
Patrish
waaaa... jadi kaya' cenayang ya... bisa tahu mada depan.. 👍🏻👍🏻👍🏻😀😀😀
Rambu Amy
kak ceritanya dilanjutin donggg
Siti Salamah
semangat, baru buka ternyata ad novel baru ka Quin, auto favorit 💪
Wong Urip
membagong kan
Wong Urip: insya alloh
total 1 replies
Anna Nur Yanti
kk di tunggu up nya...
Waslia Wasliana
kok sampai sekarang gak ada kabar sih😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!