ISTRI KANDUNG

“Kamu sudah melewati batas, Karina. Kau masih bisa di mansion ini hanya karena Galen masih terikat pernikahan denganmu. Aku sendiri sudah sangat muak dan begah dengan sikapmu. Galen, Mama mau kamu menceraikan Karina detik ini juga. Istri tidak tau diri seperti ini tidak pantas mendampingi kamu,” berang Gita pada Karina.

Karina menatap suaminya yang masih duduk dengan tenang sembari menunduk. Lama tidak ada respon dari Galen hingga Karina sendiri sangat muak.

“Baik, aku akan mengurus perceraian sendiri. Tidak perlu menyuruh putramu ini, aku permisi.” Karina meninggalkan ruang makan dengan tenang dan santai lalu melirik Liona sambil tersenyum, seakan mengatakan bahwa inilah kehidupan seorang menantu di rumah ini.

“Galen, istrimu adalah orang lain yang menyerahkan hidupnya untuk melayani kamu sepenuh hati. Siapa pun dia, apa pun pekerjaannya dan bagaimana latar belakangnya. Dia adalah wanita yang kamu nikahi karena cinta, kenapa kamu sangat sulit mengambil keputusan untuk istrimu sendiri? Kamu yang menentang restu orang tua dan membawa dia masuk ke dalam hidupmu tapi kamu sia-siakan dia dan kamu biarkan dia berjuang seorang diri melawan semuanya? Itu sangat pengecut,” terang Liona yang membuat semua yang ada di sana terkejut. Termasuk para pelayan dan juga Leander sendiri.

Gita berjalan ke arah Liona dengan tenang namun tatapannya mematikan.

“Kamu mulai menentang di rumah ini, Liona?” tanya Gita penuh kekecewaan.

“Aku tidak menentang, Ma. Hanya saja ini semua sangat aneh untuk kehidupan kami sebagai menantu. Kenapa Mama mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak Mama terhadap istrinya? Kalau Mama ingin anak yang patuh, jangan nikahkan mereka, biarkan saja mereka menjadi bujangan sampai mati,” jawab Liona dengan berani.

“Kamu, berani bicara omong kosong pada saya, Liona?”

“Tidak. Apa yang saya katakan bukanlah omong kosong. Semua sesuai dengan fakta.” Gita mengangkat tangannya untuk melayangkan tamparan pada Liona.

Plak!

Liona merasakan panas di pipinya, Leander membawa Liona ke balik tubuhnya dan ia berhadapan langsung dengan Gita.

“Liona aku nikahi dengan cara yang baik dan sakral. Aku bersumpah atas nama Tuhan untuk menjaga dia dengan baik, perlakuan Mama selama ini pada Karina dan Katty sudah sangat keterlaluan. Hanya saja kedua saudaraku ini yang terlalu bodoh menutup mata atas penderitaan istri mereka. Bagus kalau Karina berniat untuk menceraikan Galen, dengan begitu dia bebas dan semoga dia bisa menemukan pria yang keluarganya normal tanpa aturan gila ini. Karina tidak akan pernah menjadi Katty yang lemah dan memilih bunuh diri.” Leander berkata dengan lantang terdapat Gita, Tristan dan Galen seakan disadarkan dengan ucapan Leander barusan.

“Jangan mentang-mentang kamu dibebaskan, kamu bisa seenaknya, Leander.”

“Bukankah uang, harta, kekuasaan yang membuat keluarga kita sedingin ini? Bagaimana kalau aku menarik semua dana milikku dari perusahaan besar Papa dan kalian semua hidup miskin? Apakah keangkuhan ini masih berlaku? Ingat, Ma, kalian hidup dari belas kasihanku dan kalian tidak berhak menghina siapa pun yang tidak sepadan dengan kita. Hanya itu yang aku minta, aku menghargai Mama dan Papa sebagai orang tua tapi aturan kalian sudah sangat menyesatkan. Kalian membuat aturan hanya untuk mengikat kami tanpa peduli dengan sumber kebahagiaan kami.” Leander menarik tangan Liona agar pergi dari sana.

“Satu hal lagi, cukup kali ini Mama melayangkan kekerasan pada istriku. Kalau terjadi lagi, aku benar-benar akan membakar mansion ini,” ancam Leander.

Seketika Gita terduduk lemas saat anak dan menantunya itu keluar dari rumah. Gibran tak bisa menjawab apa pun karena memang aturan ini sangat merugikan menantu perempuannya.

Karina datang dengan satu koper di tangannya, dia bahkan tidak pamit atau menoleh pada mereka semua.

Galen menyusul Karina dan menahan tangan istrinya itu.

“Ayo kita liburan. Hal kecil yang selalu kamu minta dalam pernikahan kita, aku ingin mengabulkannya, Karina. Aku tidak ingin menyia-nyiakan semua ini dan ingin membangun kenangan bersama denganmu,” kata Galen dengan suara bergetar, Karina menitikkan air mata dan memeluk Galen.

Gita dan Gibran begitu muak dengan pemandangan itu.

“Aku juga ikut kalian, lagian kita tidak pernah liburan bersama selama ini, kan.” Tristan ikut menyahut dan dibalas anggukan oleh Zion.

Gita dan Gibran tak bisa menentang hal itu dulu, mereka membiarkan semua anak dan menantunya liburan setelah itu memikirkan cara kembali untuk membuat mereka patuh.

...***...

Di dalam mobil, Leander mengusap pipi Liona yang memerah karena tamparan Gita yang cukup kuat. Ditambah kulit Liona yang putih bening, sehingga tanda merah itu terlihat jelas.

“Apa aku keterlaluan? Aku tidak tega melihat Karina. Dia sangat mencintai Galen dan hubungan mereka baik-baik saja sejauh ini,” ujar Liona pada Leander karena merasa sungkan.

“Kamu tidak keterlaluan, Liona. Aku hanya berharap ada kebahagiaan dalam keluarga itu, selama ini hanya ketegangan dengan aturan yang mengisi hari-hari kami. Kamu sudah bagus dalam memulainya.” Leander mencium kening Liona.

Ponsel Leander berdering dan itu panggilan dari Galen. Ia segera menjawab panggilan tersebut.

Leander tersenyum setelah panggilan berakhir.

“Tampaknya honeymoon kita akan dikawal oleh Tristan dan Zion,” kata Leander.

“Maksudnya?”

“Galen dan Karina mau ikut liburan dengan kita. Tristan dan Zion tidak mau ketinggalan dan kita akan pergi bersama ke Varamesh.” Senyuman di wajah Liona langsung merekah indah, deretan gigi putihnya tampak menawan dan kebahagiaan itu langsung meliputi hati Liona.

Liona dan Leander menunggu Galen, Karina, Tristan, dan Zion di kafe dekat bandara Belvara. Semuanya memasang wajah bahagia saat berkumpul.

Karina langsung memeluk erat Liona dan menitikkan air matanya.

“Terima kasih Liona, aku sangat beruntung mengenal kamu,” ucap Karina, Liona membalas pelukan Karina dengan hangat.

“Kita bisa, semua hanya butuh sedikit rombakan, benarkan?” Karina tersenyum dan mengangguk.

“Kita lupakan kesedihan, mari sarapan dengan tenang sambil menikmati cokelat panas dan roti panggang ini,” timpal Zion dengan gembira.

Galen merangkul Karina dan menyuapi roti selai ke mulut Karina. Untuk pertama kalinya, Karina merasakan kehangatan seorang suami dari diri Galen.

Leander juga tidak mau kalah, dia menyuapi sup hangat pada Liona dan tertawa saat sup itu masih panas dan Liona membuka mulutnya karena kepanasan.

Leander meniup mulut Liona dan mencium pipi istrinya dengan gemas.

“Maaf, Sayang,” ucapnya sambil terkekeh kecil.

Tristan melihat kemesraan kedua saudaranya jadi teringat dengan Katty. Istri yang memilih untuk bunuh diri karena tidak kuat dengan tekanan demi tekanan yang diberikan oleh Gita selama ini.

Bahkan pertemuan antara Tristan dan Katty sampai diatur oleh Gita. Pada saat kehamilan Katty, Gita bahkan meminta istri Tristan untuk menggugurkan kandungan itu karena Tristan masih harus fokus pada bisnisnya dan tidak boleh membagi perhatian pada siapa pun.

“Maaf, Katty. Aku terlambat menyadari tekananmu hingga kamu memilih untuk pergi selamanya dariku. Maafkan aku,” ucap Tristan dalam hati lalu menghapus air mata yang menitik perlahan.