UNLUCKY

"Cain? kau bilang dia alvaudenku?" tanya Felix.

"Tentu saja ... dia memiliki tanda Alvauden walau tidak terlihat jika di Mundclariss tapi jika di Mundebris tanda itu akan terlihat."

"Apa menjadi Alvauden bisa membahayakan seseorang?" tanya Felix khawatir.

"Membahayakan? menjadi Alvauden adalah menjadi seseorang yang sangat dipedulikan olehmu dan akan selalu aman."

"Apa maksudnya?" Felix tidak mengerti.

"Alvauden adalah seseorang yang tidak bisa asal kau pilih dan langsung menjadi Alvauden tapi harus seseorang yang benar-benar kau pedulikan ... aku tidak punya tanda sebagai Alvauden tapi karena dekat dengan Sang Caldway, jika berada dalam bahaya dia akan memperingatkanku ...."

"Jadi yang waktu di bus itu benar aku yang membangunkan Cain?" kata Felix dalam hati.

"Kenapa kau tinggal melamun?" Cain datang menghampiri.

"Lama aku tidak melihat batu permata Sapphire yang jadi ciri khas keluargaku ...."

"Ciri khas keluarga?" tanya Felix.

"Kau sedang berbicara dengan siapa?" tanya Cain.

"Dia tidak bisa melihatku karena memakai gelang ini ...." tunjuk Hyacifla.

"Jadi dia bisa melihatmu jika melepasnya? apa semua orang memiliki hal seperti ini? jadi tidak bisa melihat hantu?" tanya Felix beruntun.

"Bisa tidak kau sentuh dia? aku jadi penasaran kau berbicara dengan siapa ...." kata Cain tertawa kecil.

"Tidak ... dia memang bisa melihat hantu makanya ada yang memakaikan gelang ini supaya dia tidak bisa melihat hantu."

"Jadi Cain bisa melihat hantu juga?" tanya Felix dalam hati.

"Jangan khawatir ... aku selalu saja kagum dengan bagaimana kalian begitu peduli dengan Alvauden masing-masing ... Sang Caldway yang rela melakukan apa saja asalkan para Alvaudennya bisa hidup damai dan aman ... kau juga tidak jauh berbeda ... dia ini adalah anak yang spesial walau bukan keturunan murni Viviandem."

"Dia keturunan Viviandem?" tanya Felix kaget.

"Viviandem?" tanya Cain juga.

"Baunya mengatakan begitu ...." Hyacifla mengendus Cain.

Cain langsung berbalik kearah Hyacifla itu, "Lihat dia juga bisa merasakan kehadiranku ...." kata Hyacifla yang kaget Cain berbalik, "Asalkan dia tidak melepas gelang itu ... dia akan menjalani hidup normal seperti manusia kebanyakan ...."

"Sudah keputusan benar aku tidak jujur soal gelang itu kepada Cain jika dia tahu soal ini pasti akan langsung dia lepas gelangnya agar bisa ikut membantu mencari tahu siapa aku sebenarnya ...."

"Kalau kau tinggal melamun dan tidak mau mengobrol lagi dengan Alexavier disini ... ayo pulang!" Cain malas terus diabaikan.

"Aku akan datang lagi besok ...." kata Felix pamit.

"Tentu saja, aku sudah melihatmu datang dengan memakai jaket berwarna kuning ...."

"Jaket berwarna kuning? aku tidak punya jaket berwarna kuning ... apa dia tidak salah lihat ...." kata Felix dalam hati sambil tersenyum bingung.

***

Felix dan Cain menyusuri jalan dan turun tangga menuju stasiun kereta bawah tanah, "Apa disini tidak ada hantu?" tanya Cain sambil tertawa.

"Apa kau ingin bisa melihat hantu juga?" tanya Felix serius.

"Tentu saja, dengan bisa melihat hantu aku bisa ikut membantumu ...." jawab Cain seperti yang dikhawatirkan Felix.

"Sudah kuduga, tapi misalkan tanpa kau harus membantuku apa kau tetap ingin bisa melihat hantu?" tanya Felix.

"Dulu sih takut tapi setelah bertemu Alvauden waktu itu dan Alexavier rumah Ibu Daisy ... mereka tidak terlihat semenakutkan itu ...." jawab Cain santai.

"Mungkin kita hanya beruntung tidak bertemu yang berpenampilan seram ...." kata Felix.

"Dan ... semua hantu juga takut sama kamu jadi rasanya tidak ada yang perlu dikhawatirkan ...." Cain mulai tertawa keras.

"Katanya dulu kau sering bepergian dengan menggunakan kereta bersama ...." tidak selesai kalimat Felix, "Bibiku ... aku tidak pernah membicaraknnya karena dia menyuruhku merahasiakannya juga ... aku juga lebih nyaman begitu," kata Cain.

"Kenapa kau tidak tinggal bersamanya?" tanya Felix.

"Aku juga baru tahu dia bibiku, kakak dari Ibuku setelah berumur 6 tahun dia mengajakku bepergian ... aku juga sudah tidak terlalu ingat jelas ...."

"Berarti bibi Cain adalah keturunan Viviandem juga ...." kata Felix dalam hati.

"Uang tabunganmu jadi berkurang karena membelikan Demelza kacamata ...." kata Cain tiba-tiba.

"Jangan kesal begitu ... aku juga merasakan yang sama denganmu yang tidak suka dengan Demelza tapi aku hanya tidak suka berhutang saja dengan seseorang ...." kata Felix.

Sampai di halte bus Felix duduk dan Cain yang datang dengan dua gelas coklat hangat dari mesin otomatis.

"Kita jadi kemalaman pulang ...."

"Gara-gara Si Mata Empat. ..." Cain menyesap coklat hangatnya sambil mengumpat dalam hati.

"Besok begini lagi ... karena masih harus datang mengambil kacamata ...." kata Felix.

Bus pun datang dan mereka berdua langsung naik sambil memegang coklat hangat masing-masing tapi saat sampai di dekat supir bus, "Hahh??? Kenapa dia ada disini ... ah, sial tidak jadi deh ...." Perempuan yang berkisaran akhir 20'an sambil mengarahkan tangannya pada supir dan supir itu terlihat sedang mengantuk sambil menguap. Felix melihat semua penumpang bus juga tertidur, "Jadi kau yang membuat bus kecelakaan?" tanya Felix berteriak.

"Felix? apa maksudmu? dan pelankan suaramu ...." Cain meraih tangan Felix.

Hantu perempuan itu pun langsung menghilang dan supir bus langsung terlihat segar, penumpang bus juga langsung bangun semua.

"Silahkan scan kartu kalian ...." kata Supir Bus itu seketika dengan wajah cerah.

Felix dan Cain kemudian duduk paling belakang, "Apa maksudmu tadi?" Cain penasaran.

"Ada hantu perempuan yang sepertinya membuat supir dan penumpang bus tertidur ...." Felix masih tidak bisa tenang.

"Malexpir? kenapa kau tidak mencegahnya pergi untuk bisa ditanyai ... tungguu ... bisa jadi kecelakaan waktu di bus juga karena perbuatannya ...." Cain mulai kesal.

"Dia langsung menghilang ...." Felix menghabiskan coklat hangatnya, "Apa pekerjaan yang harus Caldway cepat lakukan adalah untuk menangkap Malexpir? tapi bagaimana caranya?" Felix bergumam dalam hati.

Setelah turun dari halte bus kemudian lanjut menaiki bus yang menuju ke panti, Cain selama didalam bus hanya tertidur. Felix yang juga ingin tidur tapi takut ada hantu perempuan itu datang lagi dan membuat bus kecelakaan, akhirnya meminum kopi yang sempat dibeli di Vending Machine dekat halte tadi.

Tiba-tiba penumpang dalam bus berteriak histeris membuat Cain juga ikut terbangun. Felix pun menyadari ada bus yang sedang menuju arah busnya dengan kecepatan tinggi ingin menabrak.

"Felix ... lakukan sesuatu!" Cain panik.

"Aku bisa apa?" Felix juga panik.

Supir bus langsung menghentikan bus dengan tiba-tiba mengerem dan menyarankan agar semuanya turun dari bus. Untung saja jalan bus pelan jadi bisa dikendalikan dengan mudah.

Setelah mereka semua turun dengan terburu-buru, bus kosong itu langsung ditabrak dan bus yang menabrak terlihat banyak penumpang yang sedang tertidur dan supir bus yang juga tidur di stirnya.

Felix hendak berlari tapi ditahan oleh Cain, "Kita harus melakukan sesuatu ..." kata Felix.

"Tadi katamu sendiri tidak tahu harus berbuat apa?"

Kedua bus itupun terbalik dan langsung terdengar teriakan dari penumpang yang ada didalam. Supir bus tadi dan penumpang yang lainnya pergi semua hendak menolong. Felix dan Cain juga ikut.

"Tunggu ...." kini Felix yang menahan Cain.

Bus kemudian langsung meledak dan terbakar membuat semua orang menunduk.

"Lagi-lagi aku tidak bisa berbuat apa-apa ... sebenarnya aku ini bisa apa?" Felix merasa bersalah sambil memandangi bus yang terbakar.

Cain langsung menutup mata Felix dan menarik Felix untuk berbalik. Terdengar bunyi klakson dari mobil yang kini membuat macet jalanan.

...-BERSAMBUNG-...