Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan
Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.
Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.
“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.
Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Rencana Pulang ke Indonesia.
...**************...
"Apa?!"
Seruan kaget itu meluncur serempak dari mulut Bryan dan juga Dokter Elibrech.
" Apa maksudmu? Dari mana Kau tahu kalau Tantri diganggu... oleh Iblis?" tanya Dokter Elibrech sekali lagi. Namun, rasa tidak percaya masih jelas terpancar di raut wajahnya. Dia sulit menerima kabar buruk semacam itu. Tapi, wajah anak baptisnya yang dipenuhi ketakutan itu mengatakan segalanya.
Dia juga tahu, Adam sangat posesif terhadap adiknya. Mustahil baginya untuk mengucapkan sesuatu yang tidak masuk akal.
"Aku... Aku mendapat penglihatan... tadi. Saat Aku pergi menyelamatkan Bryan, Aku melihat sesuatu," jawab Lanang terbata-bata.
Dadanya masih terasa sesak, napasnya belum sepenuhnya pulih setelah ia terlambat kembali ke dalam tubuh Adam.
"Penglihatan seperti apa maksudmu? Bagaimana mungkin Tantri bisa diganggu iblis?" kali ini Bryan yang bertanya dengan panik. Meski baru beberapa kali bertemu adiknya Adam, ia langsung menyayangi gadis manis yang selalu ceria dan berhati lembut itu.
Lanang pun menjelaskan secara singkat, hanya menyampaikan bagian-bagian pentingnya saja. Selebihnya, ia simpan untuk dirinya sendiri.
Sebenarnya, ia sangat ingin jujur dan menceritakan semuanya kepada mereka berdua. Tentang pertarungan antara dua makhluk supranatural yang sangat menakutkan itu, juga tentang pesan Kwangim yang memintanya melindungi Tantri.
Namun, ia urungkan niatnya untuk saat ini. Ia masih takut untuk membongkar jati dirinya yang sebenarnya di hadapan Dokter Elibrech. Pasti hati dokter tua itu akan hancur jika mengetahui anak baptisnya sesungguhnya telah tiada. Karena itu, Lanang memutuskan untuk menunda penjelasan itu, entah sampai kapan.
"Kalau memang begitu ceritanya, maka malam ini kalian harus pulang ke Indonesia. Akan kupesankan tiket pesawat dengan penerbangan tercepat untuk kalian berdua," ucap Dokter Elibrech yang langsung membuka ponselnya, hendak memesan dua tiket pesawat untuk Adam dan Bryan.
"Bagaimana dengan izin dari kantor pusat? Dokter tidak lupa kan, kalau kami tidak diizinkan meninggalkan negara ini sembarangan, kalau bukan demi misi resmi?" Bryan mengingatkan.
"Hah... masalah itu, biar aku yang mengatur. Akan kutemui petinggi kalian untuk mengeluarkan surat izin. Kalau dia terlalu banyak bertanya, maka akan kuancam dengan membongkar satu dari segudang rahasianya yang selama ini kusimpan rapat-rapat," ujar Dokter Elibrech dengan suara mantap.
Dia pun lanjut memesan tiket pesawat untuk dua orang. Sementara Bryan langsung bangkit dari jongkoknya. Dia mengeluarkan koper dari dalam lemari Adam, dan bersiap mengepak beberapa baju mereka berdua. Tapi Lanang malah terlihat kebingungan.
"Kau kenapa? Kenapa tidak cepat-cepat siapkan bajumu? Perjalanan ke bandara saja memakan waktu cukup lama! Cepat masukkan baju-bajumu!" ujar Dokter Elibrech menatapnya heran, tapi kemudian dia langsung pergi meninggalkan kamar itu.
Tapi bukannya melakukan apa yang diperintahkan, Lanang malah mendekati Bryan, dan langsung bertanya dengan berbisik.
"Bryan... Pesawat itu apa? Dan bandara itu binatang apa?"
Bryan langsung sadar, kalau jiwa Lanang yang saat ini ada di tubuh Adam memang berasal dari tiga abad lalu. Jadi jelas sekali kalau Lanang sangat ketinggalan zaman dengan teknologi masa kini. Dia pun menarik napas berat, lalu menjelaskan secara singkat, dengan menyesuaikan pengetahuannya di masa lalu. Kalian jangan lupa, Bryan itu sejatinya adalah Saloka yang usianya sudah sangat tua.
"Pesawat itu... Burung Besi, bisa kita naiki untuk perjalanan lintas pulau dengan cepat, bahkan lintas negara. Kau ingatkan, dulu serdadu Belanda pernah mengangkat peluru kendali pakai benda itu? Dan kau pernah menjatuhkannya, lalu menyembunyikannya ke dalam Alam Jin, di Hutan Larangan?" ujar Bryan.
Lanang langsung ternganga, tidak menyangka dia akan menaiki benda seperti itu. Dia juga sedikit kebingungan karena Bryan menjelaskan terlalu detail. Bahkan Bryan sampai tahu di mana pesawat itu dia sembunyikan.
"Bryan... Apa kau benar-benar sudah melihat semua ingatanku? Maksudku, ingatanku di hidupku yang sebelumnya?" tanya Lanang dengan suara mencicit, bibirnya bahkan ia gigit.
Bryan yang sedang memasukkan baju langsung menegang, begitu mendengar pertanyaan itu. Astaga! Dia keceplosan.
Ingatan Lanang tentang masa lalunya tidaklah terlalu detail ia lihat, apalagi bagian ketika Lanang menyembunyikan pesawat di alam Jin. Semua itu hanyalah informasi yang dia dapat ketika dirinya masih menjadi Saloka di masa lalu, dan Lanang sendirilah yang menceritakannya pada Saloka seperti dongeng menjelang tidur. Lanang memang pernah menceritakan banyak hal tentang pengalamannya menghadapi Belanda, ketika Saloka sakit parah akibat pengaruh buruk dari sang Entitas.
"Bryan, kenapa diam? Jadi benar kau sudah melihat semuanya? Pantas saja begitu sadar kau langsung berubah seperti orang linglung."
"Maafkan aku. Aku tahu... hidupku di masa lalu memang mengerikan. Dan kau malah terpaksa melihat semua itu, padahal aku saja ingin melupakan semuanya," ujar Lanang getir.
Bryan menarik napas panjang, baru menjawab.
"Yah... Aku memang sudah melihat semuanya. Dari masa kecilmu yang indah di Pademangan Tirta Wisesa, lalu dibantai oleh serdadu Belanda. Dan menjadi Dukun Santet untuk melawan Belanda dengan ilmu itu. Hingga... menjelang kematianmu... Aku juga ada di sana."
Di penghujung kalimatnya, sebenarnya Bryan salah bicara. Seharusnya yang dikatakan adalah 'aku juga sudah melihatnya'. Bukanlah 'Aku juga ada di sana.'
Dia langsung menutup mulut begitu sadar salah bicara.
Tapi untungnya Lanang tidak sadar. Dia malah mengartikan itu sebagai penglihatan yang tidak baik untuk di ingat.
"Maafkan aku ya. Semua salahku yang memaksamu melakukan Ritual Intra Pati. Aku terlalu terburu nafsu, ingin cepat menyelesaikan kasusnya Adam. Tapi malah menyeretmu dalam ritual mematikan, dan hampir saja kau benar-benar mati gara-gara terpapar oleh ingatanku yang mengerikan," ujar Lanang dengan nada menyesal.
"Sebelum minta maaf padaku, kau harus memaafkan dirimu sendiri lebih dulu. Aku tahu sampai sekarang kau masih menyesal dan menyalahkan dirimu. Padahal mereka semua mati, bukan karena kau. Tapi karena takdir, dan karena Entitas itu yang diperalat oleh dukun wanita dari Afrika," ujar Bryan.
"Apa? Dukun Afrika? Jadi maksudnya, kau sudah tahu dukun wanita itu berasal dari mana? Bagaimana bisa?" tanya Lanang terkejut.
"Dengar Lanang, sekarang tidak penting aku tahu dari mana. Lebih baik kau cepat bersiap-siap. Dan semuanya, segalanya... akan ku ceritakan dalam perjalanan kita kembali ke Indonesia. Bagaimana, deal?" ujar Bryan.
"Dil? Apa itu dil?" tanya Lanang kumat lagi kebodohannya.
Bryan langsung geleng-geleng kepala. Mengambil sehelai handuk dari gantungannya, menutupkannya ke kepala Lanang, dan menendang sahabatnya itu untuk pergi mandi.
Sementara Bryan masih sibuk mempersiapkan beberapa barang yang akan dibawa, Lanang pergi mencari Dokter Elibrech.
Pak tua itu terlihat tengah berbicara dengan sebuah benda gepeng berwarna hitam di tangannya, membuat Lanang nyengir miris, tapi malas banyak tanya karena takut membuat Pak Tua itu curiga. Sejatinya Lanang tidak tahu kalau benda itu disebut ponsel.
"Kau sudah selesai packing?" tanya Dokter Elibrech begitu melihat kedatangan Lanang yang sedang menenteng handuknya.
Huh... Peking? Apa lagi itu? Kenapa namanya seperti nama bebek? batin Lanang tetap dalam hati. Dan malah menyampaikan sesuatu yang membuat Dokter Elibrech langsung sakit kepala.
"Tabib... Sebaiknya kau juga ikut kami pulang. Karena aku tidak mau perhatianku terbagi menjadi dua tempat. Aku punya firasat, kalau Iblis itu sengaja menyasar orang-orang penting dalam hidupku. Pertama Bryan, tapi tidak berhasil, dan sekarang langsung menyasar Tantri."
"Maka itu, aku minta kau juga ikut. Aku tak mau memberi mereka kesempatan untuk melukai kalian! Pokoknya, kalian tidak boleh jauh-jauh dariku!" ujar Lanang dengan nada mantap.
Bagaimana reaksi Dokter Elibrech?
Pak tua itu cuma bisa melotot, dan hampir pingsan.
...************...
lanjut Thor 😍
gimana itu kalau Lanang nggak bisa balik. kasian tubuh nya Adam Thor
tapi cuma dikit
Thor ada nggak mantra yang bisa bikin cepat kaya???🤣🤣
seru dan menyeramkan.
tapi suka