NovelToon NovelToon
Jati Pengantin Keramat

Jati Pengantin Keramat

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Tumbal
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Gendhis Banuwati, wanita berusia 20 tahun itu tidak percaya dengan penyakit yang dialami sang Ayah saat ini. Joko Rekso, dinyatakan mengalami gangguan mental, usai menebang 2 pohon jati di ujung desanya.

Hal di luar nalar pun terjadi. Begitu jati itu di tebang, darah segar mengalir dari batangnya.

"KEMBALIKAN TUBUH KAMI KE TEMPAT SEMULA!"

Dalam mimpi itu, Pak Joko diminta untuk mengembalikan kayu yang sudah ia tebang ke tempat semula. Pihak keluarga sempat tak percaya. Mereka hanya menganggap itu layaknya bunga tidur saja.

Akan tetapi, 1 minggu semenjak kejadian itu ... Joko benar-benar mendapat balak atas ulahnya. Ia tetiba menjadi ling lung, bahkan sampai lupa dengan jati dirinya sendiri.

2 teman Pak Joko yang tak lain, Mukti dan Arman ... Mereka juga sama menjadi gila.

Semenjak itu, Gendhis berniat mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan tempat yang di juluki dengan TANAH KERAMAT itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jati Keramat 15

Semua orang sudah di kejutkan dengan keberadaan mereka berdua. Orang-orang berbondong menuju kebun milik Juragan Wisnu, seakan tengah menangkap basah keberadaan kedua muda mudi itu.

Gendhis dan juga Wira tak kalah terkejut. Mereka berdua saat ini tengah menghadapi banyaknya warga, saling beragam menatapnya. Ada yang meminta penjelasan, ada pula yang menilai Gendhis gadis murahan.

"Saya tidak nyangka sama sikap diammu, Ndis! Rupanya kamu itu gadis gampangan!" Celetuk Ibu-Ibu berdaster.

Wanita di sebelahnya juga ikut menyahuti. "Iya, nggak kasihan sama Ibunya. Malam mau saja dibawa Wira ke pondok! Apa namanya kalau bukan wanita murahan?!"

"Kita bawa saja mereka berdua ke balai desa!" Sahut pria tua yang sudah membawa cangkul.

Wira menatap beberapa warga dengan sorot mata cemas. Sementara Gendhis, wanita itu hanya diam dibelakang Wira. Rasanya Gendhis ingin menghilang saja dari desa itu. Padahal mereka berdua tidak berbuat apapun.

"Anda semua tidak perlu mengarak saya, karena memang saya tidak melakukan apapun pada Gendhis. Jika memang keberadaan kami mengotori desa, maka secepatnya saya akan menikahi Gendhis! Kalian lihat saja, nanti malam saya akan melamar Gendhis!" Wira spontan langsung memegang lengan Gadis dibelakangnya.

Semengata Bu Siti, dia yang baru saja tiba di kebun itu, kini tersentak mendengar keputusan Wira.

'Apa yang mereka lakukan?' Bu Siti kini langsung menghampiri putrinya. "Ya Allah, Gendhis! Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa di pondok dengan Nak Wira?" Sorot mata Bu Situ sudah mengembun, menatap kedua orang didepanya dengan frustasi.

Wira menoleh. "Bu Siti tidak perlu cemas. Setelah ini saya akan melamar Gendhis untuk menjadi istri saya. Nanti saya jelaskan ketika di rumah!"

Gendhis menatap sendu ketegasan Wira. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Bagaimana dengan kisah cintanya dengan Nandaka. Dan ... Gendhis juga tidak dapat menolak lamaran Wira, karena memang mereka berdua jelas-jelas tertangkap satu pondok bersama. Bagaimana jika masalah ini sampai ke telinga Nandaka?

Sebenci apa Nandaka kepadanya nanti.

Dan benar sana sesuai ucapan Wira. Malam ini ia mengajak kedua orang tuanya untuk menemui orang tua Gendhis perihal lamaran yang ia ucapkan tadi pagi. Meskipun semuanya dilakukan secara mendadak, namun Wira tetap menghargai keberadaan Gendhis. Disana, ada beberapa barang perlengkapan barang wanita, dari atas kepala sampai ke ujung kaki. Dan tak lupa satu set perhiasan sudah Wira beli.

Meskipun tidak ada kemistri di antara mereka berdua, namun kemantaban hati Wira menegaskan, bahwa Gendhis bukanlah sosok gadis biasa. Entah mungkin takdir juga sudah menuliskan ketetapan untuk mereka berdua.

Juragan Wisnu duduk dengan tenang. Penampilanya pun sangat jauh berbeda dengan penampilan Pak Joko. Ayah Gendhis itu hanya diam, duduk di samping istrinya.

Sementara Bu Minah, ia sejak tadi tampak menelisik kediaman Gendhis, hingga sorot mata itu naik turun menatap kurang suka. Namun karena paksaan dari sang putra, mau tidak mau Bu Minah hanya dapat pasrah saja.

"Bu Siti, Pak Joko ... Saya sebagai orang tua Wira sebelumnya meminta maaf atas kejadian yang disebabkan putra saya tadi malam. Namun Putra saya juga sudah menepati ucapanya untuk datang ke sini. Lebih baik kita percepat saja pernikahan mereka, agar tidak menjadi omongan miring warga desa." Jabar Juragan Wisnu.

Bu Minah juga ikut menengahi, "Saya ikut saja bagaimana baiknya. Saya hanya nggak ingin, putra saya menjadi bulan-bulanan warga."

Bu Siti menatap putrinya sekilas. Namun tak lama itu ia menatap kedua calon besanya. "Jika memang seperti itu, saya juga hanya dapat mengikuti saja, Juragan, Mbak Minah. Namun kalau untuk pernikahan, saya meminta kelonggaran waktu untuk dapat mengumpulkan uang terlebih dahulu." Pinta Bu Siti berbicara apa adanya.

"Untuk masalah biaya, Bu Siti tidak perlu khawatir. Semua sudah kami yang menanggung. Nanti satu minggu setelah ini, Wira akan datang untuk memberitahu tanggal berapanya. Tapi yanh jelas, saya usahakan bulan ini pernikahannya." Putus Juragan Wisnu.

Semntara Wira, pria itu sejak tadi hanya diam, karena ucapanya sudah terwakilkan oleh sang Ayah. Bukanya menatap Gendhis, Wira sejak tadi menatap Pak Joko yang kini hanya diam bak patung hidup.

'Aku harus membebaskan jiwa Pak Joko. Aku yakin jika jiwanya bukan berada ditempatnya sekarang.'

Pertemuan malam itu akhirnya membawa kejelasan. Setelah semua selesai, keluarga Juragan Wisnu segera pamit untuk pulang.

Gendhis menatap Ibunya. Sorot mata itu penuh rasa sesal, begitu ia membuat keluarganya malu karena ulah dirinya. "Ibu percaya 'kan sama Gendhis? Demi Allah Gendhis dan Mas Wira tidak berbuat apa-apa. Ada sesuatu yang harus Gendhis cari, dan Mas Wira berhasil membantu Gendhis."

Bu Siti mengangguk lemah. Tangan keduanya saling tergenggam erat, "Ibu sangat percaya dengan kamu Ndis! Sudah, jangan di pikir lah lagi. Nak Wira juga sudah mau bertanggung jawab. Ibu yakin jika Nak Wira dapat menjadi suami yang baik buat kamu."

Gendhis tersenyum, meskipun hati kecilnya menolak itu. "Amin, semoga saja ya Bu."

Sementara di kediaman Juragan Wisnu. Sesampainya di rumah, Bu Minah masih terus saja mencerca putra sulungnya sebab hal bodoh yang telah Wira lakukan dengan Gendhis kemarin malam.

Wanita tua itu sejujurnya kurang suka, sebab Gendhis hanyalah orang biasa dan Ayahnya sudah terkenal dengan gangguan jiwanya. "Kamu itu ada-ada saja, Wira! Ibu biayai kamu sekolah tinggi, biar bisa jadi menantunya Pak Lurah. Ini malah dapetnya Gadis muda yang nggak jelas pendidikannya."

Juragan Wisnu yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di atas sofa, hanya dalat menengahi. "Sudahlah, Bu! Mungkin Gendhis sudah menjadi takdirnya Wira. Masalah status sosial Bapak tidak pernah mempermasalahkan. Yang terpenting, Gendhis nantinya jadi Istri penurut, sayang sama Wira, dan kita, Bu!"

Dulu, Bu Minah sangat ingin menjodohkan Putranya-Wira, dengan putri sulung Pak Woyo, yakni Bintari. Namun karena Wira tidak menyukai gadis itu, ia selalu menolak perjodohan orang tuanya. Kalau Bintari, wanita mana yang tak ingin menajadi istri sosok Wira. Pemuda tampan yang sudah sukses dengan usahanya di bidang pertanian. Namun karena Wira menolak, jadi Bintari merasa kecewa, hingga ia terpaksa menerima perjodohan yang dilakukan kedua orang tuanya.

Wira yang tak terlalu banyak bicara, kini ia hanya bangkit, dan langsung melenggang masuk kedalam menuju kamarnya.

Juragan Wisnu melirik istrinya. "Tu kan, Bu, gara-gara kamu." Ucapnya sambil melirik kearah tangga.

Bu Minah mendengus kesal. "Anakmu itu memang keras, Pak! Huh ...." desahnya dalam.

Sementara di kamarnya, Wira kini hanya dapat duduk termenung ditepi ranjang. Ia tatap dalam-dalam lantai ubin putih itu. Pikiran Wira terbang jauh, mengingat hal yang ia lakukan dengan Gadis muda itu. Padahal, umur mereka terpaut 15 tahun. Namun, entah dorongan dari mana seakan Wira ingin melindungi Gendhis lebih dari dirinya sendiri.

1
Lucas
seru banget lo ceritanya
Septi.sari: Kak terimaaksih🙏❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!