NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta King Mafia

Obsesi Cinta King Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Karena menyelamatkan pria yang terluka, kehidupan Aruna berubah, dan terjebak dunia mafia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Undangan Kematian

Pagi itu, apartemen terasa aneh. Sunyi yang biasanya menenangkan kini terasa seperti jebakan. Aruna duduk di meja makan, menatap secangkir kopi yang sudah dingin. Malam sebelumnya masih menghantuinya—tatapan kosong Leonardo, cerita masa lalunya, dan kata-kata penuh obsesi yang membuatnya sulit bernapas.

Ia menghela napas. Aku tidak tahu sampai kapan aku bisa bertahan. Tapi… mengapa aku tidak bisa pergi?

Suara ketukan keras di pintu membuat Aruna tersentak. Tubuhnya menegang, instingnya mengatakan sesuatu yang buruk akan datang.

Tak lama, salah satu anak buah Leonardo masuk sambil membawa amplop hitam besar, segelnya terukir lambang singa emas—lambang keluarga Mancini.

“Don,” ujar pria itu dengan nada waspada, “ini dikirimkan langsung ke gerbang apartemen. Mereka menyebutnya ‘undangan.’”

---

Leonardo, yang baru saja keluar dari ruang kerja, meraih amplop itu tanpa ekspresi. Ia menatap segel singa emas tersebut, matanya menyipit.

“Mereka akhirnya bergerak terang-terangan,” gumamnya.

Aruna menelan ludah. Ada hawa dingin yang merambat begitu amplop itu dibuka. Di dalamnya, terdapat sebuah kartu undangan berlapis emas. Tulisannya indah, elegan, namun kata-katanya bagaikan racun.

> Keluarga Mancini dengan hormat mengundang King Leonardo dan pendampingnya untuk menghadiri jamuan perdamaian di Villa Rosetta, tiga hari lagi. Kehadiran Anda wajib. Absen berarti perang terbuka.

Di bawahnya, tertulis sebuah kalimat kecil dengan tinta merah:

> Bawalah wanita yang kau sembunyikan. Kami ingin melihat siapa yang berani kau lindungi dengan darahmu.

---

Aruna merasakan bulu kuduknya berdiri. “Mereka tahu tentang aku…” bisiknya.

Leonardo mengepalkan tangan, wajahnya muram. “Sialan. Mereka mengendus kelemahanku lebih cepat dari yang kukira.”

Ia merobek amplop itu menjadi potongan-potongan kecil, namun kata-kata ancaman itu sudah terukir di benak Aruna. Untuk pertama kali, ia benar-benar merasa menjadi bidak dalam permainan maut.

“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Aruna, suaranya bergetar.

Leonardo menatapnya lama. “Kita akan datang.”

---

Aruna terbelalak. “Apa kau gila? Itu jelas-jelas perangkap! Mereka bisa membunuh kita kapan saja di sana.”

Leonardo berjalan mendekat, matanya membara. “Jika aku tidak datang, mereka akan menganggapku pengecut. Itu berarti mereka akan menyerang lebih cepat, di tempat dan waktu yang mereka pilih. Setidaknya, di jamuan itu aku tahu kapan perang dimulai.”

Ia mengangkat dagu Aruna dengan lembut, tapi tatapannya keras. “Dan soal kau… mereka ingin melihatmu, karena mereka tahu kau adalah alasan semua keputusan gilaku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi sendirian. Kau akan datang denganku.”

Aruna menggeleng cepat. “Tidak! Aku tidak bisa, Leo! Aku tidak sanggup berada di tengah mereka. Aku hanya akan jadi kelemahanmu.”

Leonardo meraih wajahnya, mencengkeram lembut namun tak memberi ruang untuk lari. “Kau sudah jadi kelemahanku sejak pertama kali aku menatapmu, Aruna. Tapi aku lebih memilih hidup dengan kelemahan itu daripada hidup tanpamu. Jadi, kau akan ikut. Titik.”

---

Air mata Aruna menggenang. Ia tahu tidak ada yang bisa melawan keputusan Leonardo. Namun hatinya berteriak—antara takut mati dan takut kehilangan lelaki yang begitu ia benci sekaligus cintai.

Jika aku ikut, aku bisa jadi penyebab kehancurannya. Jika aku tidak ikut, aku bisa jadi alasan mereka menyerangnya dari balik bayangan. Apa pun pilihanku, semuanya berakhir dengan darah.

---

Hari-hari menjelang jamuan terasa menyesakkan. Leonardo mengerahkan anak buahnya untuk memetakan setiap sudut Villa Rosetta, tempat acara itu akan berlangsung. Namun laporan yang masuk tidak membuatnya lega.

“Tempat itu penuh dengan jebakan,” lapor Marco, tangan kanan Leonardo. “Ada sniper point di tiga menara, ada jalur bawah tanah, dan kemungkinan besar mereka sudah menyusun pasukan di balik dinding. Mereka menyebutnya ‘jamuan perdamaian’, tapi semua tahu ini undangan kematian.”

Leonardo hanya mengangguk, tatapannya tajam. “Justru karena itu kita harus datang. Aku ingin mereka melihat langsung bahwa King tidak pernah gentar.”

Aruna yang berdiri di sudut ruangan merasakan dadanya kian berat. Ia ingin berteriak, ingin memohon Leonardo membatalkan niat gila itu. Tapi di matanya, ia melihat seorang pria yang sudah terlalu lama hidup dalam bayangan perang. Baginya, mundur bukanlah pilihan.

---

Malam sebelum keberangkatan, Aruna duduk di balkon sendirian. Angin malam menerpa wajahnya, membawa ketakutan yang tak bisa ia buang.

Leonardo keluar, membawa dua gelas wine. Ia duduk di sampingnya, menatap bulan. “Takut?”

Aruna tersenyum getir. “Lebih dari itu. Aku merasa seperti sedang menunggu ajal.”

Leonardo menoleh, menatapnya lama. “Aruna… aku tahu aku sudah menyeretmu terlalu jauh. Tapi percaya padaku, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu.”

Air mata Aruna jatuh. “Bagaimana jika kali ini… kau yang tidak selamat, Leo?”

Leonardo terdiam. Lalu, dengan suara yang nyaris seperti sumpah, ia berkata: “Kalau itu terjadi… setidaknya aku mati di sisimu. Dan aku akan pastikan, sebelum napas terakhirku, dunia ini tahu: King Mafia hanya tunduk pada cinta, bukan pada ancaman.”

---

Aruna terisak, menutupi wajahnya. Kata-kata itu indah, namun juga menakutkan. Karena cinta Leonardo bukanlah cinta biasa—itu adalah obsesi, cinta yang bercampur dengan darah dan kematian.

Dan kini, obsesi itu akan diuji di jamuan yang disebut semua orang sebagai… Undangan Kematian.

1
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
n
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
Yang udah diringkas nya naskah nya ini?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!