NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Elizabeth bukanlah gadis yang anggun. Apa pun yang dilakukannya selalu mengikuti kata hati dan pikirannya, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Dan ya, akibat ulahnya itu, ia harus berurusan dengan Altezza Pamungkas—pria dengan sejuta pesona.

Meski tampan dan dipuja banyak wanita, Elizabeth sama sekali tidak tertarik pada Altezza. Sayangnya, pria itu selalu memiliki seribu cara agar membuat Elizabeth selalu berada dalam genggamannya.

"Aku hanya ingin berkenalan dengannya, kenapa tidak boleh?"

"Karena kamu adalah milikku, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

"Aku ingin pulang!"

"Kita sudah sampai."

"Aku tidak mau di sini!"

Elizabeth melipat tangannya di dada, enggan keluar dari mobil. Bukannya mengantar pulang, Altezza malah membawa Elizabeth ke sebuah gedung apartemen mewah, tentunya gedung apartemen ini lebih mewah dibandingkan gedung apartemen Senna ataupun Arhan.

Tanpa membalas perkataan Elizabeth, Altezza memilih keluar dari mobil dan membuka pintu mobil samping Elizabeth— lalu tanpa aba-aba dia menggendong Elizabeth seperti karung beras. Hal itu tentu saja membuat Elizabeth terkejut, gadis itu langsung memukuli punggung Altezza dan berteriak minta diturunkan. Bodo amat kalau tingkahnya dilihat orang lain, Elizabeth tidak peduli.

"Lepaskan aku!" Suara Elizabeth terdengar serak karena sedari tadi dia terus berteriak. Bahkan nafasnya ikut terengah-engah.

"Astaga, kepalaku pusing sekali jika terus di posisi seperti ini! Kalau aku matti bagaimana, hah?! Cepat turunkan aku, Altezza! Kamu mau menjadi duda sebelum menikah? Ah, tapi lebih baik begitu, aku tidak mau menikah dengan kamu, aku masih ingin menikmati masa muda. Liburan bersama Senna dan Thea lebih menyenangkan dibandingkan harus berada di sampingmu. Ya ampun, kepalaku rasanya ingin pecah karena terus memikirkan pernikahan kita yang tidak masuk akal. Aku menyesal mengajakmu makan malam waktu itu. Harusnya aku tidak perlu mengajakmu makan malam, dan mengabaikanmu saja!"

Altezza melempar tubuh Elizabeth ke atas kasur yang ada di apartemennya. Tidak kencang, namun mampu membuat Elizabeth terkejut.

"Hei, kamu! Kurang ajar sekali membanting tubuhku seenaknya! Bagaimana kalau tubuhku lecet? Perawatan ku mahal!" Gadis itu menatap Altezza dengan alis menukik tajam.

Telinga Altezza berdengung karena sedari tadi mendengar ocehan Elizabeth yang panjang lebar. Sungguh, dia tidak menyangka gadis di depannya ini cerewet sekali. Tapi, justru itu yang membuat Elizabeth beda, dan Altezza menyukainya alih-alih membencinya.

"Ganti bajumu, di lemari ada beberapa pakaian wanita, masih baru." Setelah mengatakan itu, Altezza langsung keluar dari kamar, tak lupa menguncinya dari luar. Sedangkan Elizabeth mencak-mencak sendiri. Dia geram dengan Altezza!

"Pakaian wanita? Apakah itu khusus untuk para jallang-jallang nya ketika mereka menginap di sini?" Pemikiran buruk tentang Altezza tentu tidak lenyap begitu saja dari otak Elizabeth.

Karena merasa tidak percaya, Elizabeth pun membuka lemari. Bibirnya membulat saat banyak pakaian wanita di dalam lemari tersebut, tapi kebanyakan piyama lengan panjang. Ada juga pakaian Altezza di dalam sana— yang lebih banyak warna hitam, sangat kontras dengan pakaian wanita yang kebanyakan berwarna pink dan putih.

"Masih baru?" gumamnya ketika melihat hang tag yang masih menggantung di kerah baju.

Elizabeth berdecak, dia pun mengambil satu set piyama dan segera membawanya ke kamar mandi.

Di sisi lain, Altezza sibuk menata makanan yang baru saja dia pesan lewat online. Tentu saja makanan mahal. Di apartemen tidak ada bahan makanan karena Altezza jarang datang kemari. Dia datang ke sini hanya saat malas pulang ke rumah saja, tapi apartemen selalu bersih karena sekali seminggu ada orang yang datang membersihkan.

Mendengar suara langkah kaki mendekat, Altezza langsung mendongak. Elizabeth datang dengan wajah tertekuk.

"Duduk," titah pria itu.

Bukannya duduk, Elizabeth malah berbelok menuju lemari es dan membukanya. Dia mendessah kasar saat tidak menemukan apapun di sana.

"Tidak ada air dingin atau susu?" Bibirnya semakin cemberut. Dia butuh minum yang dingin-dingin untuk meredakan rasa kesalnya.

"Tidak ada. Aku tidak pernah kemari, jadi tidak ada minuman atau makanan apapun di sini." Altezza menarik tangan Elizabeth, menuntunnya agar duduk di kursi meja makan yang tidak terlalu luas. Hanya muat untuk empat orang saja.

Awalnya Elizabeth tidak merasa lapar, tapi saat melihat makanan yang berjajar di atas meja, perutnya langsung berbunyi minta diisi.

"Aku mau pesan minuman saja kalau begitu," ujar Elizabeth. Dia hendak beranjak, tapi Altezza menahan pundaknya, pria itu menyodorkan ponselnya pada Elizabeth.

"Pesan di sini," ucapnya kemudian.

Dengan senang hati Elizabeth menerima ponsel Altezza. Dia memesan es krim, es boba, dan jus buah untuk Altezza.

"Makanlah." Elizabeth mengangguk, dia menerima piring berisi nasi goreng dengan beberapa topping di atasnya. Memang hanya nasi goreng, tapi Elizabeth yakin Altezza membelinya di restoran, bukan di warung makan apalagi di mamang gerobak. Padahal rasanya sama saja menurut Elizabeth.

Elizabeth tau selama mereka makan, Altezza terus menatapnya. Tapi, Elizabeth tetap diam dan memilih fokus pada makanan. Tepat mereka selesai makan, minuman yang dipesan Elizabeth telah datang.

Alih-alih membantu Altezza membereskan piring kotor, Elizabeth lebih memilih menikmati minumannya sambil menonton TV di sofa.

Altezza mengangkat sebelah alisnya dengan mata memperhatikan Elizabeth, ia merasa tertantang karena sifat gadis itu yang semena-mena. Jika perempuan lain, mungkin mereka akan menawarkan diri untuk membantu membersihkan, tapi Elizabeth— dia berbeda. Altezza mendengus dan segera membereskan alat makan yang tadi mereka gunakan. Dia tidak merasa keberatan sama sekali dengan tingkah Elizabeth, justru itu adalah hal yang bagus, karena dia tidak akan membiarkan Elizabeth kelelahan.

Elizabeth sendiri tidak merasa bersalah. Toh, Altezza yang mengajaknya kemari, jadi ia adalah tanggung jawab pria itu, dan satu lagi, ia adalah tamu di sini.

"Day 1 menjadi calon istri kurang ajar," batinnya lalu dia terkikik puas.

Ingat, mereka menikah tanpa didasari cinta, itu semua karena kesalahan yang tidak disengaja. Andai Elizabeth diberikan pilihan, maka ia akan memilih tidak menikah dengan Altezza. Belum menjadi istri saja— Elizabeth merasa tertekan. Teringat tadi Altezza tiba-tiba menciumnya sembarangan. Meskipun itu bukan pertama kali, tetap saja tindakan Altezza tidak bisa dimaklumi. Jika terus dimaklumi, pria itu akan semakin kurang ajar, jadi biarkan Elizabeth bertingkah semena-mena mulai sekarang.

Cup!

Elizabeth melotot saat merasakan kecupan di pipinya. Dia menoleh ke arah Altezza yang duduk di sampingnya dengan senyum menyebalkan.

"Dasar—"

Cup!

"Altezza!" geram Elizabeth karena lagi-lagi Altezza mencium pipinya. Hampir saja minuman di tangannya melayang ke arah Altezza.

"Yes, my wife?" Altezza melebarkan senyumnya, sangat menyebalkan di mata Elizabeth.

"Aku bukan istrimu!" Elizabeth mendengus keras. Dia mengambil beberapa lembar tisu di meja, lalu mengelap pipi yang dicium Altezza tadi.

Hal itu tentu saja membuat Altezza menatapnya tidak suka. Kedua alis Altezza menukik tajam, bibirnya yang tadi tersenyum kini terdengar menggeram.

Sedetik kemudian dia mengunci tangan Elizabeth di bawah dan sebelah tangannya mencengkram dagu Elizabeth lalu bibirnya menciumi seluruh wajah gadis itu. Rasakan! Altezza benar-benar puas setelah berhasil menciumi wajah Elizabeth.

"Hhmmphh! Kurang ajar kamu!" Elizabeth memberontak, tapi Altezza tidak mau melepaskan tangannya begitu saja.

Mata Altezza menyorot tajam ke arah Elizabeth yang terengah-engah dengan wajah kesal.

"Sekali lagi kamu menghapusnya, maka aku tidak akan segan-segan melakukan sesuatu yang lebih dari ini," katanya mengancam.

Jantung Elizabeth berdetak kencang. Meskipun terlihat biasa, sebenarnya Elizabeth agak takut dengan tatapan Altezza, benar-benar seperti monster.

"Mengerti?"

Elizabeth mengangguk kaku, kepalanya menunduk tak berani lama-lama menatap mata tajam Altezza. Lalu saat Altezza melepaskan kedua tangannya, Elizabeth langsung menghela nafas lega.

Oke, sekarang Elizabeth harus siaga 1. Altezza adalah pria messum yang tidak tau tempat. Huftt ... sial sekali hidup Elizabeth harus terkurung dalam jeruji yang dibuat oleh Altezza.

Bersambung...

1
Marnala Rotua
keren ceritanya
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣berkah buat Al 🤣🤣🤣🤣
yourheart
kawal sampe nikahhh🤭🤭
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!