Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Sang Kaisar
Setelah berdiam diri merenung sejenak, Lin Feng yang telah meyakini bahwa Ling Xi adalah takdirnya, segera melayangkan ajakan pernikahan. Ramalan masa lalu pernah menyebutkan bahwa ia akan menikahi seorang gadis yang mampu membebaskannya dari kutukan Bola Api yang dideritanya. Gadis itu, kemungkinan besar adalah Ling Xi.
"Ling Xi, bersediakah kau menikah denganku?"
"Jika aku menjawab tidak bersedia, apakah diperbolehkan, Yang Mulia?"
"Sungguh lucu! Lalu untuk apa kau mengikuti sayembara permaisuri jika tidak berniat menikah!" Lin Feng geram. Wajahnya sudah menggelap, baru kali ini dia dipermainkan seorang wanita, dan sampai sejauh ini wanita itu masih baik-baik saja. Entah dia yang menjadi lemah atau Ling Xi yang pintar keluar dari masalah.
"Aku mengikuti sayembara ini karena aku merasa tidak memiliki siapa-siapa. Aku juga sedang dikejar oleh seorang laki-laki yang sangat ku benci. Dia bukan orang biasa dan memiliki kekuasaan, yang akan menyulitkan diriku untuk benar-benar lepas darinya. Jika aku menikah, aku yakin dia akan berhenti mengejar. Apalagi jika menikah dengan seorang Kaisar, nyalinya pasti akan menciut."
Menarik. Baru kali ini ada wanita yang begitu jujur membeberkan alasannya. Terang-terangan mencari keuntungan dari pernikahan dengan seorang yang berkuasa.
"Baiklah kalau begitu. Siapkan dirimu untuk pernikahan kita. Aku tidak menerima penolakan."
"Baik, Paduka. Aku bersedia menikah dengan Paduka. Tapi memangnya tidak apa-apa kita menikah tanpa cinta? Apa mau pacaran terlebih dahulu?"
"Bahkan apa itu cinta saja, aku tidak tahu. Sekarang pergilah temui Kasim, katakan padanya aku sudah siap untuk kunjungan."
Ling Xi mengangguk, berbalik, dan hendak melangkah keluar dari ruangan itu. Namun Lin Feng segera menahannya. Ada satu hal yang belum selesai.
"Ling Xi, sebelum kau pergi, kembalikan pedang milikku."
Ling Xi menggunakan kesempatan ini sebagai syarat, agar Lin Feng berjanji tidak akan mudah mencelakai orang lain meskipun sedang marah.
"Akan ku kembalikan, tapi dengan syarat Paduka. Paduka harus bisa menggunakan pedang itu dengan bijak. Nyawa seseorang sangat berharga hanya untuk ditukar dengan kesalahan kecil. Mohon maaf jika diri ini terlalu lancang, Tapi aku tidak bisa melihat kekejaman."
Ia pikir aku tidak punya pedang lain selain yang disembunyikannya. Dan sekarang, dengan beraninya ia meminta syarat. Wanita ini sungguh gila. Tapi karena aku penasaran di mana ia menyembunyikan pedang itu, sampai-sampai ilmu pemanggil senjata pun tidak mempan, maka aku turuti saja.
"Baiklah, aku terima syaratmu. Sekarang berikan pedang itu padaku." Lin Feng mengulurkan tangannya. Saat itulah Ling Xi baru menyadari bahwa di lengan Lin Feng pun terdapat luka melepuh. Ia terkejut sesaat.
"Tangan... Paduka,"
"Jangan kau hiraukan. Cepat berikan pedang milikku yang kau sembunyikan."
Lin Feng mulai tak sabar, tetapi fokus Ling Xi terbagi sehingga ia melamun sejenak.
"Ling Xi!"
"Ah, iya, Paduka. Mohon palingkan wajah sejenak. Aku tidak ingin dilihat saat mengeluarkannya."
Kesabaran Lin Feng yang setipis tisu benar-benar diuji. Area matanya mulai memerah lagi. Lin Feng bisa kumat jika sedang marah.
"Cepatlah!" teriaknya, wajahnya tetap ia palingkan meskipun ia kesal karena banyaknya syarat yang diberikan. Ling Xi pun bergegas melakukan apa yang diminta Lin Feng.
Pada kesempatan ini, sepersekian detik Lin Feng melirik Ling Xi, ingin tahu di mana wanita itu menyembunyikan pedang. Seketika Lin Feng langsung memalingkan wajahnya lagi dengan serius, karena ia melihat Ling Xi mengeluarkan pedang miliknya dari dalam dadanya. Itulah yang terlihat oleh Lin Feng, padahal aslinya Ling Xi mengeluarkan pedang itu dari Ruang Fengyun, yang portalnya tersembunyi di dalam bandul kalungnya.
Yang benar saja. Kenapa pedang itu bisa disimpan di sana? Malam pengantin nanti, aku akan mencari tahu apa saja isi di dalamnya.
...***...
Kaisar Lin Feng ditemani Kasim dan para menteri melakukan kunjungan. Entah apa yang mereka bicarakan, Ling Xi yang turut ikut mendampingi Kaisar tidak mengerti apa yang mereka bahas. Memang Ling Xi lemah di ilmu tata kerajaan. Ini pengalaman pertama juga, mungkin dia masih awam sekali, tapi lama-lama juga akan mengerti. Pikirnya. Tidak mungkin setelah nanti jadi permaisuri, dia masih tidak mengerti juga.
Karena kehadirannya pula di sisi Kaisar, Ling Xi banyak mendapatkan tatapan skeptis dari orang-orang. Akhirnya Kaisar mereka bisa memilih satu wanita kandidat, dan semoga saja gadis itu benar-benar bisa sampai menjadi permaisuri.
Karena ini kesempatan yang tidak pernah terjadi, Kasim tidak menyia-nyiakan. Kasim sekonyong-konyong membahas tentang persiapan pernikahan yang sebelumnya memang sudah diberi tahu oleh Lin Feng. Sewaktu Lin Feng memberikan kabar tersebut, Kegembiraan menyelimuti istana Dong.
Kasim bahas bahwa persiapan pernikahan bisa dipercepat, dan juga kabar pernikahan ini akan diumumkan ke seluruh negri. Bahkan kerajaan lain pun turut diundang. Ini menandakan bahwa Kaisar Dong mereka memang sedang baik-baik saja.
Sambil berjalan menyusuri halaman istana, Kasim dengan cekatan menjelaskan detail persiapan. "Hamba rasa satu minggu cukup, Yang Mulia. Setelah kabar ini tersebar, seluruh rakyat Dong pasti akan gembira. Kerajaan lain pun tidak akan meragukan lagi bahwa Yang Mulia memang sedang baik-baik saja."
Lin Feng hanya mengangguk setuju.
Tiba-tiba langkah mereka terhenti di sebuah taman. Seorang penjaga gerbang lumbung persediaan terlihat berlutut di hadapan mereka, wajahnya pias.
"Ampun, Yang Mulia! Hamba telah lalai." katanya terbata-bata.
"Apa yang terjadi?"
Penjaga itu menunduk lebih dalam. "Hamba.. hamba lupa menutup gerbang utara. Ada orang yang mencuri beberapa karung beras dan kabur."
Ling Xi terkejut mendengar pengakuan itu. Ia menoleh ke arah Lin Feng, dan melihat wajah sang Kaisar telah berubah total. Sorot matanya kini tajam, rahangnya mengeras. Para menteri yang mendampingi segera menunduk, seolah sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Lalai?" Lin Feng mengulang kata itu dengan nada mengejek. "Kau tahu konsekuensinya, bukan?"
Tanpa menunggu jawaban, Lin Feng langsung mencabut pedang dari pinggang salah satu pengawalnya. Kilatan baja itu memantulkan cahaya matahari, membuat Ling Xi seketika mematung. Dalam sekejap, Lin Feng menghunnus pedangnya dan menebaas si penjaga.
Darrah segar menyembur ke tanah. Tubuh si penjaga ambruk di hadapan mereka. Ling Xi terbelalak, matanya tidak bisa berpaling dari pemandangan mengerikan itu. Jantungnya berdebar kencang, dan seketika ia merasa beruntung masih selamat sampai detik ini.
Lin Feng tidak menunjukkan sedikit pun penyesalan. Ia mengembalikan pedang itu kepada pengawalnya seakan-akan tidak ada yang terjadi.
"Jadikan ini pelajaran bagi semua. Siapa yang lalai, akan menanggung akibatnya," katanya dingin.
Ia menoleh ke arah Ling Xi, melihat wajah gadis itu yang kini pucat pasi dan berjongkok di balik pohon bunga.
"Sekarang siapa yang bisa menjaga persediaan beras untuk rakyat Dong?" Lin Feng memberi pengumuman kepada semuanya yang ada di sana.
"Aku,"
Semua orang menoleh ke arah wanita yang berjongkok yang mengangkat tangan gemetarnya. Itu Ling Xi. Dia melakukan ini karena ingin menyelamatkan penjaga-penjaga lain. Jika dia yang ambil alih, di simpan di ruang Fengyun tidak akan ada bisa mengambil selain dirinya bukan?
.
.
Bersambung.
keselamatan rakyat dan pengawal
juga penting
pilihan bijak
/Determined//Determined//Determined/
Luka api
pasti panas dan sakit