NovelToon NovelToon
Hanya Sebuah Balas Dendam

Hanya Sebuah Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.

Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.

Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Latihan Demi Masa Depan

Malam itu, suasana asrama dipenuhi kehangatan. Setelah membersihkan diri, mereka duduk melingkar di ruang tengah. Lampu minyak menyala lembut, menebar cahaya kuning yang memantul di wajah mereka. Aroma obat-obatan herbal bercampur dengan suara tawa kecil dan rintihan Shen Jianguo yang masih kesakitan.

Shen Jianguo (merintih dramatis):

"Aduh… aku bersumpah, luka di tubuhku tidak separah rasa sakit saat diobati oleh Yoran…"

Han Yoran (mendecak, menekan bahunya lebih keras):

"Diam! Kau bergerak sedikit saja, aku tambah tekan biar lebih sakit!"

Shen Jianguo (mengerang, meringis parah):

"Aaaakh! Ini bukan pengobatan, ini penyiksaan! Putri, tolong selamatkan aku dari gadis iblis ini!"

Tawa pun pecah. Chen Haoran sampai terbatuk menahan tawa, sementara Huang Jianwu hanya menggeleng sambil tersenyum lebar.

Setelah suasana mereda, Wēi Qiao menegakkan tubuhnya. Tatapannya teduh tapi tegas.

Wēi Qiao:

"Baiklah, dengarkan aku. Mulai besok, kita tidak bisa lagi hanya berlatih untuk diri sendiri. Kita harus mulai melibatkan orang lain. Aku akan turun langsung untuk melatih anggota dari klan menengah dan bawah. Mereka butuh disiplin, arah, dan keyakinan bahwa mereka juga bisa menjadi kuat."

Semua mengangguk. Namun Wēi Qiao melanjutkan dengan nada lebih dalam.

Wēi Qiao:

"Sedangkan kalian—para pemimpinku—punya tugas lain. Kalian harus saling melatih satu sama lain. Bukan hanya bela diri, tapi juga ilmu pernapasan, dan tenaga dalam. Kalian harus memahami dasar-dasar itu sampai ke akarnya. Kalau masih ada yang tidak paham… setelah aku selesai melatih anggota lain, aku sendiri yang akan melatih kalian."

Ruangan seketika hening. Masing-masing saling bertukar pandang.

Huang Jianwu (tersenyum serius):

"Putri benar. Kalau kita tidak lebih kuat, bagaimana mungkin bisa jadi panutan bagi anggota klan lain?"

Chen Haoran (menepuk dada):

"Aku setuju. Aku ingin lebih kuat, agar suatu hari bisa berdiri sejajar denganmu, Putri. Kali ini aku tidak akan menoleh ke belakang lagi."

Han Yoran (menyikut Chen Haoran dengan jahil):

"Aduh, kalau soal semangat Haoran, memang selalu nomor satu. Tapi jangan lupa, kalau latihan tenaga dalam, jangan sampai kebablasan ya. Kau biasanya kalau konsentrasi, malah tidur!"

Chen Haoran (merah padam):

"A-apa?! Itu cuma sekali, Yoran! Jangan diungkit-ungkit lagi!"

Tawa kembali pecah, dan suasana menjadi hangat.

Namun yang paling seru adalah ketika tatapan Han Yoran beralih ke Xiao Yin. Pemuda dari Klan Naga Petir itu duduk bersedekap, wajahnya arogan seperti biasa.

Han Yoran (tersenyum nakal):

"Kalau soal Xiao Yin, hmm… aku jadi penasaran. Kau ini selalu kelihatan serius, galak, dan kaku. Tapi kalau aku yang melatihmu, aku jamin kau bisa jadi lebih rileks, lebih… lembut."

Xiao Yin (langsung terbatuk, wajahnya menegang):

"A-apa maksudmu?! Aku… aku tidak butuh jadi lembut!"

Han Yoran (mendekat, menyandarkan dagu di tangannya, menatap Xiao Yin tajam penuh godaan):

"Masa sih? Aku rasa wajahmu akan jauh lebih manis kalau tidak selalu cemberut. Coba tersenyum sedikit… ayo senyum, tunjukkan padaku."

Xiao Yin (wajah memerah, buru-buru menoleh):

"Aku… aku tidak ada urusan dengan senyum! Jangan bicara omong kosong, dasar perempuan bawel!"

Han Yoran (terbahak, menepuk lututnya):

"Hahaha! Lihat kan?! Dia jadi gagap sendiri! Hei Jianwu, Haoran, lihat wajahnya! Dia seperti kepiting rebus!"

Chen Haoran (menutup mulut, berusaha menahan tawa):

"Hahaha, benar juga… wajahnya merah sampai telinga!"

Huang Jianwu (tersenyum tenang, ikut mengangguk):

"Jarang sekali aku melihat Xiao Yin kehilangan wibawanya. Rupanya kelemahannya bukan pedang, tapi… wanita."

Shen Jianguo (menepuk paha, menahan perutnya):

"Akhirnya ada yang bisa membuat si wajah galak ini tak berkutik! Hahaha! Xiao Yin, kau benar-benar… polos ya kalau digoda cewek!"

Xiao Yin (semakin merah, akhirnya berteriak):

"Diam kalian semua! Aku… aku tidak takut wanita! Aku hanya tidak mau buang waktu untuk hal tidak penting!"

Han Yoran (menutup mulut sambil tersenyum puas):

"Hmmm… alasan klasik. Tapi, tidak apa-apa kok… aku bisa terus mengajarimu… sampai kau benar-benar bisa tersenyum manis di depanku."

Wajah Xiao Yin semakin merah, sampai ia tidak bisa berkata-kata lagi.

Suasana pun berubah jadi riuh penuh tawa dan kehangatan. Meski mereka sering bercanda, di balik tawa itu ada keseriusan yang mendalam. Mereka tahu: mulai besok, jalan yang mereka tempuh bukan lagi jalan biasa.

Mereka akan menempuh latihan keras, mengasah diri bukan hanya sebagai pejuang, tapi sebagai pemimpin.

Dan malam itu, di bawah cahaya lampu minyak, tercatat awal dari Rencana Para Pemimpin.

Keesokan paginya, halaman latihan asrama sudah dipenuhi anggota dari klan menengah dan bawah. Mereka berbaris rapi, wajah penuh semangat, menanti arahan dari Wēi Qiao.

Sementara itu, agak ke sisi timur halaman, ada sebuah arena kecil yang disediakan khusus untuk para pemimpin. Di sanalah Huang Jianwu, Chen Haoran, Han Yoran, Shen Jianguo, Wuan Ce, dan Xiao Yin bersiap untuk latihan silang.

Wēi Qiao berdiri di tengah, memberi pengarahan singkat.

Wēi Qiao:

"Ingat, aku akan melatih para anggota klan. Tapi kalian… harus saling mengasah. Jangan ragu mengoreksi satu sama lain. Pemimpin sejati bukan hanya kuat, tapi juga mampu menerima arahan."

Mereka mengangguk, lalu membentuk lingkaran.

Sparring Pertama: Huang Jianwu vs Chen Haoran

Huang Jianwu maju duluan. Dengan gerakan tenang namun mantap, ia berhadapan dengan Chen Haoran yang sudah memegang tongkat kayu.

Chen Haoran (senyum percaya diri):

"Aku tidak akan kalah lagi, Jianwu. Kali ini aku akan tunjukkan seberapa jauh aku berkembang!"

Huang Jianwu (tenang):

"Bagus, tunjukkan padaku. Tapi jangan terburu-buru."

Pertarungan dimulai. Chen Haoran langsung menyerang cepat, tapi Huang Jianwu dengan mudah menangkis. Dalam beberapa jurus saja, Chen Haoran mulai terengah.

Huang Jianwu (mengoreksi):

"Gerakanmu cepat, tapi terlalu terburu-buru. Fokus pada pernapasan. Tarik nafas dari perut, lalu salurkan ke lenganmu."

Chen Haoran berhenti sejenak, mencoba mengikuti arahan itu. Kali ini serangannya lebih stabil.

Han Yoran (berteriak dari pinggir, mengejek):

"Haoran! Kalau jatuh lagi, jangan pura-pura pingsan biar dapat perhatian Putri, ya!"

Chen Haoran (berteriak balik):

"Aku tidak pernah pura-pura pingsan!!"

Semua tertawa, termasuk Wēi Qiao yang diam-diam tersenyum.

Sparring Kedua: Han Yoran vs Xiao Yin

Begitu Haoran dan Jianwu selesai, giliran Han Yoran yang melangkah maju sambil memutar pedangnya dengan gaya anggun.

Han Yoran (senyum nakal, menatap Xiao Yin):

"Ayo, Tuan Naga Petir. Tunjukkan padaku, seberapa ganas kau. Atau kau cuma galak kalau melawan lelaki?"

Xiao Yin (mengerutkan kening, wajah merah sedikit):

"Hmph! Jangan kira aku akan menahan diri hanya karena kau perempuan!"

Pertarungan dimulai. Xiao Yin bergerak cepat, penuh tenaga. Tapi Han Yoran juga lincah, setiap kali menangkis ia selalu menyelipkan godaan.

Han Yoran (sambil menangkis, tersenyum lebar):

"Gerakanmu bagus… tapi kau terlalu kaku. Lihat, kakimu menapak terlalu keras. Kalau begitu caranya, seorang gadis pun bisa menebak langkahmu."

Xiao Yin (geram, wajah makin merah):

"A-aku tidak kaku!"

Han Yoran (menyerang balik, lalu mendekat berbisik nakal):

"Aku suka melihat wajahmu merah begitu, Xiao Yin. Kau jadi lebih… manis."

Xiao Yin langsung kehilangan fokus, kakinya terpeleset sedikit, membuat Han Yoran dengan mudah menjatuhkan pedangnya.

Shen Jianguo (berteriak sambil ngakak):

"Hahaha! Wajahnya merah lagi! Aku yakin sebentar lagi dia akan kabur ke sungai untuk menenangkan diri!"

Xiao Yin (panik, memungut pedangnya cepat-cepat):

"Tutup mulutmu, Jianguo!!"

Semua pecah dalam tawa. Bahkan Wuan Ce yang biasanya dingin hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.

Sparring Ketiga: Shen Jianguo vs Wuan Ce

Giliran Shen Jianguo melawan Wuan Ce. Jianguo sudah bersiap dengan gaya jenaka, tapi Wuan Ce hanya menatapnya dengan wajah dingin.

Shen Jianguo (senyum lebar):

"Ayo, Ce! Tapi tolong jangan terlalu serius, aku tidak mau pulang tinggal nama!"

Wuan Ce (datar):

"Tenang saja. Aku hanya akan membuatmu kapok bicara berlebihan."

Pertarungan dimulai. Dalam sekejap, Wuan Ce sudah menekan Shen Jianguo dengan gerakan cepat dan tajam.

Shen Jianguo (teriak-teriak sambil menghindar):

"Hei! Kau serius sekali! Jangan buat aku jadi karung tinju, Ce!"

Wuan Ce (tetap datar):

"Kalau kau mau jadi pemimpin, berhenti melucu saat sedang bertarung."

Beberapa kali Jianguo nyaris jatuh, tapi akhirnya ia berhenti bercanda, fokus, dan berhasil menahan beberapa serangan.

Wēi Qiao (tersenyum melihat perubahan Jianguo):

"Bagus… akhirnya kau bisa serius juga."

Latihan itu berlangsung hingga matahari meninggi. Mereka bergantian bertarung, memberi masukan, mengoreksi pernapasan, gerakan, dan penggunaan tenaga dalam. Sesekali bercanda, sesekali serius, hingga akhirnya semuanya jatuh terduduk kelelahan.

Meski tubuh mereka penuh keringat, mata mereka berkilau. Karena untuk pertama kalinya, mereka benar-benar merasa saling melengkapi, bukan hanya bertarung sendiri-sendiri.

Wēi Qiao, yang sejak tadi memperhatikan sambil melatih anggota klan, menatap mereka dengan bangga.

Hari itu, sebuah fondasi baru terbentuk—fondasi persaudaraan dan kepemimpinan sejati.

Lapangan latihan sudah dipenuhi anggota dari klan menengah dan klan bawah. Puluhan pasang mata menatap ke arah Wēi Qiao yang berdiri tegak di depan mereka, rambut hitamnya tergerai rapi, wajahnya tenang namun memancarkan wibawa yang sulit ditolak. Senja mulai turun, cahaya jingga menyorot dari balik pepohonan, menambah suasana sakral.

Wēi Qiao mengangkat tangan, suaranya jernih dan tegas, menggetarkan dada setiap orang.

Wēi Qiao:

"Dengarkan aku. Mulai hari ini, kalian bukan lagi pengikut yang hanya berdiri di bawah bayang-bayang klan besar. Kalian adalah calon pilar masa depan. Jika ingin diakui, jika ingin nama kalian diperhitungkan, buang rasa malas, buang rasa puas diri. Aku akan menempa kalian. Dan kalian akan menjadi pondasi yang bahkan para bangsawan pun harus hormati."

Tiga puluh lebih orang itu berteriak serentak, suara mereka menggetarkan langit:

“Siap, Putri Wēi Qiao!”

Latihan Dasar: Kuda-kuda dan Pernapasan

Wēi Qiao:

"Kuda-kuda dasar! Rentangkan kaki selebar bahu, lutut sedikit menekuk, punggung tegak lurus. Jangan tegang, tapi jangan goyah. Tarik napas perlahan… dari perut, bukan dari dada."

Mereka mengikuti. Tapi dari ratusan orang, hanya sebagian kecil yang benar. Ada yang lututnya gemetar, ada yang condong ke depan, ada yang napasnya pendek-pendek.

Suara datar terdengar di kepalanya.

Micro Bots:

"Tuan, ada puluhan yang salah posisi. Beberapa terlalu tegang, sebagian hampir jatuh karena tidak menjaga keseimbangan."

Wēi Qiao melangkah ke barisan. Ia menghentikan di depan seorang pemuda. Lututnya jelas bergetar.

Wēi Qiao:

"Kau, jangan biarkan kakimu seperti ranting yang ditiup angin. Rasakan tanah, bayangkan tubuhmu berakar. Seimbanglah, dan baru kau bisa berdiri seperti seorang pendekar."

Ia mendorong bahu pemuda itu. Anak itu hampir jatuh, tapi segera memperbaiki posisinya.

Micro Bots:

"Tuan, stabilitas pemuda itu meningkat. Energi dalamnya mulai menyalur ke kaki."

Kemudian ia menghampiri seorang gadis muda. Napasnya terburu-buru, dada naik turun tak terkendali.

Wēi Qiao:

"Tenang. Kau bukan sedang berlari. Tarik perlahan, dari perut. Biarkan udara mengisi dantianmu, bukan dadamu. Cobalah."

Gadis itu mengangguk, menutup mata, dan menarik napas lebih dalam. Wajahnya mulai sedikit lebih rileks.

Latihan Pukulan Dasar

Wēi Qiao:

"Langkah berikutnya: pukulan lurus. Ingat, tenaga bukan dari lengan, tapi dari seluruh tubuh. Pinggang, bahu, dan kaki ikut bergerak. Dengarkan tubuhmu."

Ratusan orang memukul serempak. Suara "HA!" terdengar, tapi tidak serasi. Ada yang terlalu cepat, ada yang hanya menggerakkan tangan tanpa tenaga.

Micro Bots:

"Tuan, mayoritas hanya menggunakan 30% kekuatan. Banyak energi terbuang. Arah pukulan juga tidak stabil."

Wēi Qiao mengangkat tangan, menghentikan mereka.

Wēi Qiao:

"Kalian memukul seperti petani menumbuk padi. Dengarkan baik-baik. Tenaga bukan ada di tangan, tapi di inti tubuh kalian."

Ia menegakkan tubuh, menarik napas, lalu melepaskan satu pukulan lurus. Tanah di depannya bergetar, retakan kecil merayap keluar.

Semua terdiam. Nafas mereka tercekat melihat hasil satu pukulan sederhana itu.

Wēi Qiao:

"Begitu caranya. Lambat tidak masalah, asal setiap pukulan bisa menjatuhkan musuh."

Ia berjalan melewati barisan, memperbaiki postur satu per satu. Mengangkat bahu seseorang, menekan pinggang orang lain, menendang ringan betis agar posisinya benar.

Latihan Tenaga Dalam

Mereka duduk bersila. Wēi Qiao berdiri di depan, menjelaskan dengan nada dalam.

Wēi Qiao:

"Tutup mata kalian. Tarik napas dalam-dalam. Bayangkan udara bukan hanya masuk ke paru-paru, tapi mengalir ke pusat tubuh, ke dantian. Rasakan energi itu berputar, lalu salurkan perlahan ke meridian utama."

Keheningan menyelimuti lapangan. Beberapa mulai gemetar, wajah mereka memerah karena memaksa.

Micro Bots:

"Tuan, beberapa saluran meridian terblokir. Jika dipaksa, bisa merusak tubuh mereka."

Wēi Qiao bergerak cepat. Ia menepuk bahu seorang anak lelaki yang wajahnya hampir ungu.

Wēi Qiao:

"Jangan dipaksa. Biarkan energi mengalir seperti air di sungai. Kalau kau paksa, justru akan pecah. Santai."

Pelan-pelan, ekspresi anak itu membaik.

Wēi Qiao:

"Baik. Dua puluh orang di depan, maju. Tunjukkan jurus dasar kalian. Yang lain, perhatikan dan belajar dari kesalahan mereka."

Dua puluh orang itu maju. Mereka mulai bergerak, sebagian jurusnya cukup bagus, sebagian masih kaku, ada yang terlihat gugup.

Micro Bots:

"Tuan, sebagian besar mengalami peningkatan kecil. Tapi ritme mereka masih berantakan. Ada potensi besar pada tiga orang di antara mereka."

Wēi Qiao menonton dengan tajam. Setelah selesai, ia angkat suara.

Wēi Qiao:

"Aku tidak peduli siapa orang tuamu, dari klan mana asalmu. Yang lemah akan kutempa, yang kuat akan kutajamkan lebih jauh. Tidak ada yang tertinggal. Ingat, ini bukan hanya untuk hari ini. Kalian akan menjadi tombak yang akan melindungi negeri ini."

Latihan baru selesai menjelang malam. Puluhan anggota itu jatuh terduduk, wajah mereka basah oleh keringat, tubuh gemetar, tapi mata mereka menyala penuh semangat.

Di dalam kepalanya, suara tenang terdengar lagi.

Micro Bots:

"Tuan, rata-rata peningkatan hari ini cukup signifikan. Disarankan meningkatkan intensitas besok dengan pola bertahap. Mereka sudah mulai menyesuaikan."

Wēi Qiao menatap murid-muridnya yang masih terengah-engah, lalu tersenyum tipis.

Wēi Qiao (dalam hati):

"Bagus. Besok kita akan mulai lebih keras. Aku akan membuat mereka lebih kuat dari yang mereka bayangkan."

1
aurel
hai kak aku udah mampir yuk mampir juga di karya aku
Nanabrum
Gila sejauh ini gw baca, makin kompleks ceritanya,

Lanjuuuuutttt
Mii_Chan
Ihhh Lanjuuuuutttt
Shina_Chan
Lanjuttt
Nanabrum
LANJUUUT THOOOR
Nanabrum
Uwihhh Gilaaa banget
Shina_Chan
Bagus, Tapi harus aku mau tunggu tamat baru mau bilang bagus banget
Gerry
karya nya keren, di chapter awal-awal udah bagus banget, semoga authornya bisa makin rajin mengupload chapter-yang bagus juga kedepannya
Gerry
Sumpaaah kereeeeen
Gerry
Gilaaakk
Teguh Aja
mampir bang di novel terbaruku 😁🙏🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!