Jiao Lizhi, 25 tahun, seorang agen profesional di abad ke-21, tewas tragis saat menjalankan misi rahasia. Yatim piatu sejak kecil, hidupnya dihabiskan untuk bekerja tanpa pernah merasakan kebahagiaan.
Namun tak disangka, ia terbangun di dunia asing Dinasti Lanyue, sebagai putri Perdana Menteri yang kaya raya namun dianggap “tidak waras.” Bersama sebuah sistem gosip aneh yang menjanjikan hadiah. Lizhi justru ingin hidup santai dan bermalas-malasan.
Sayangnya, suara hatinya bersama sistem, dapat didengar semua orang! Dari keluhan kecil hingga komentar polosnya, semua menjadi kebenaran istana. Tanpa sadar, gadis yang hanya ingin makan melon dan tidur siang itu berubah menjadi pejabat istana paling berpengaruh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaisar Bergosip
Jiao Lizhi memandang kedua nya dengan mata sedikit terburu.
Prajurit pertama bahkan berbisik dengan suara gemetar, “Apakah… ini semacam kutukan…?”
Prajurit kedua sama parahnya, “Atau… atau… apakah nona…”
“HEI!” Jiao Lizhi menggebrak meja kecil di sampingnya.
BRAK!
Kedua prajurit itu terlonjak
Jiao Lizhi menunjuk mayat-mayat itu dengan ujung jarinya, wajahnya datar namun suaranya dingin menusuk,
“Hei, kau dengar aku? Buang mayat ini. Mengotori kediamanku saja.”
Baru setelah itu keduanya seperti bangun dari mimpi buruk.
“Ba-baik, nona!”
“Segera kami bersihkan!”
Mereka buru-buru mendekati mayat-mayat itu, masih gemetaran.
Saat mereka hendak mengangkat, terdengar suara teriakan kecil dari pintu.
“NOOONA!”
Ia bahkan kaget dengan tiga mayat yang hampir diangkat oleh kedua penjaga itu.
“Nona ada apa ini?” ucapnya khawatir.
Ia langsung pucat seperti orang melihat hantu.
“NO-NONA A-AKU... apa yang terjadi di sini?!”
Jiao Lizhi menatap Cui dengan kasihan campur lelah. “Diamlah. Kau panggil pelayan lain untuk bersihkan lantainya. Dan buatkan aku air hangat, aku ingin mandi.”
Cui langsung membungkuk beberapa kali dengan gugup, “Baik nona! S-segera nona!”
Prajurit kembali bekerja mengangkut mayat-mayat itu, Cui berlari memanggil pelayan lain, dan kediaman Jiao Lizhi pun mendadak sibuk seperti sarang lebah panik.
Sementara suasana kacau di luar, Jiao Lizhi berdiri sambil meluruskan rambutnya yang acak-acakan.
Ia menarik napas dan langsung berbicara pada sistemnya.
“Gugu, siapa yang mengirim pembunuh bayaran ini ke sini?”
[Oh, itu mantan Menteri Luar Negeri, Tuan He.]
“OH dia?” Jiao Lizhi mencibir. “Bukankah sekarang dia masih dipenjara? Berani-beraninya dia mengirim pembunuh bayaran ke sini. Sebentar… apa aku punya masalah dengannya?”
Jiao Lizhi mengetuk dagunya, memikirkan.
“Hei, sepertinya aku tak pernah menyinggungnya secara terang-terangan. Bukankah begitu, Gugu?”
[Benar. Kita hanya… menggali melonnya.]
Jiao Lizhi mengangguk mantap. “Em, benar. Kita cuma cari gosip. Jadi apa yang membuatnya mengirim pembunuh bayaran ke kediamanku?”
Jiao Lizhi memicingkan mata, lalu berkata, “Ah, aku tahu! Mungkinkah ia punya dendam dengan ayahku? Lalu mengirim pembunuh bayaran ke tempatku?”
[Sangat mungkin, Tuan Rumah.]
“Tunggu dulu…” Jiao Lizhi mengernyit. “Dendam apa yang ia miliki pada ayahku…?”
Beberapa detik kemudian, ia mendecak.
“Oh, bukankah tadi anjing gila itu mengirimkan hadiah dan bilang berterima kasih karena ayahku memberikan info tentang Tuan He? Ah, ya. Pasti itu.”
Ia menghela napas panjang, kemudian menyipitkan mata dengan gaya paling menyebalkannya.
“Bagaimana aku harus membalas perbuatan laki-laki brengsek ini?”
[Tidak perlu mengotori tanganmu, Tuan Rumah. Ia akan dihukum mati oleh kaisar.]
“Oh begitu…” Jiao Lizhi mengangguk puas. “Kalau begitu, aku tunggu saja. Hei, ngomong-ngomong, kalau ada pembunuh bayaran lain di sekitarku, kabari aku cepat.”
[Baiklah.]
Jiao Lizhi menepuk dadanya. “Beruntung aku punya telinga yang baik. Kalau tidak, bukankah aku bakal terkaget-kaget?”
Sistem mendengus, atau setidaknya terdengar seperti itu.
[Tidak mungkin kaget. Kau bahkan senang ketika tadi pembunuh bayaran datang.]
Jiao Lizhi terbahak tanpa malu sedikit pun.
“Hahahaha! Baiklah, aku akan siap-siap mandi.”
Di luar, para pelayan sudah selesai membersihkan sebagian besar lantai, dan mayat-mayat itu sudah diangkut pergi oleh para prajurit.
Cui berlari-lari kecil masuk ke kamar, lalu membungkuk.
“Nona, air mandinya sudah siap.”
Jiao Lizhi mengangguk ringan. “Baik.”
Cui membantunya melepas aksesoris dan pakaian luarnya dengan hati-hati. Saat ini, Jiao Lizhi membiarkan pelayannya membantu nya mandi.
Ia duduk di pinggir bak sambil berkata santai,
“Cui, pijat punggungku. Aku capek sekali.”
“Baik, Nona,” jawabnya pelan sambil tersenyum lega.
Dan Jiao Lizhi pun menikmati mandi air hangat sambil membiarkan Cui memijatnya.
Sementara itu, di istana.
Aula kerja kaisar Jin dipenuhi aroma tinta dan kayu manis dari dupa berkualitas tinggi. Di luar, lampu-lampu istana berkelip lembut tertiup angin malam. Namun suasana hening itu pecah oleh suara tawa panjang dari balik meja naga emas.
“Hahahaha…!”
Kaisar Jin memukul meja ringan sambil terus tertawa. Kasim Wen yang berdiri di bawah tangga kecil hanya bisa ikut tersenyum kaku.
“Anjing gila?” Kaisar mengulang sambil terpingkal. “Bahkan ia bisa mengumpat dan memberikan nama lain untuk putra mahkotaku yang dingin itu? Gadis itu benar-benar berani. Hahaha!”
Kasim Wen menunduk sopan, bibirnya terangkat tipis.
“Hamba juga mendengar,” katanya dengan suara sangat hati-hati, “bahwa Nona Jiao… memanggil Perdana Menteri dengan sebutan pak tua.”
Kaisar Jin terdiam sejenak.
Lalu...
“Pak tua? Hahahaha!”
Tawanya kembali meledak, jauh lebih keras dari sebelumnya.
“Bahkan ayahnya sendiri tidak luput diberi julukan! Hahahaha! Benar-benar gadis kecil yang tidak tahu takut! Pasti Perdana Menteri sedang sakit kepala sekarang!”
Kasim Wen kini hampir tak bisa menahan diri ikut tertawa melihat kaisarnya begitu puas. Hanya dalam beberapa jam sidang pagi, Jiao Lizhi langsung membongkar satu menteri korupsi. Dan sekarang… perbendaharaan kerajaan sudah kembali penuh. Ia tak menyangka, jabatan untuk Jiao Lizhi bisa memberikan kontribusi sebesar ini dihari pertama kerja.
Kaisar Jin mengusap dagunya, ekspresinya berubah menjadi serius namun masih tersisa tawa di sudut matanya.
Ia bergumam, “Kasim Wen… menurutmu, apakah Nona Jiao itu memiliki… kesalahpahaman terhadap Xuyan’er-ku?”
Kasim Wen tertegun. “Hamba… hm… ini…”
Tapi kaisar tidak menunggu jawabannya.
“Mungkinkah mereka berdua itu… musuh bebuyutan?”
Kasim Wen mengerutkan alis, berusaha keras mengingat kejadian-kejadian sebelumnya.
“Yang Mulia… sejak Nona Jiao pulih dari penyakitnya, Yang Mulia Putra Mahkota memang tampak… lebih hidup.”
“En!” Kaisar Jin mengangguk berat. “Xuyan’er-ku sedikit lebih santai ketika membahas gadis kecil itu. Dan…”
Ia bersandar ke kursi naganya, menatap langit-langit aula dengan senyum licik, seperti kucing menemukan ikan gemuk.
“Itu sangat bagus. Sangat, sangat bagus. Sepertinya Xuyan’er-ku sudah siap menikah. Bukankah umur nya sudah pas untuk segera menikah?”
Nada licik itu membuat bulu kuduk Kasim Wen berdiri.
“Y-Yang Mulia!” Kasim Wen hampir tersedak udara. “Apakah Yang Mulia tidak takut jika istana putra mahkota… bahkan istana kerajaan akan meledak dan berguncang? Hamba takut… suara Nona Jiao saja sudah bisa membuat istana porak-poranda!”
Kaisar Jin akhirnya terdiam beberapa detik, benar-benar memikirkan hal itu.
Ia menghela napas panjang.
“Hmm… benar juga. Lupakan saja. Biarkan takdir mereka berjalan. Kita lihat saja keduanya… Kalau kita menjodohkan mereka secara paksa, nanti mereka malah tidak pernah akur. Dan bisa-bisa menikah dengan orang yang salah.”
Ia kembali membuka dokumen di mejanya, tetapi baru beberapa detik membaca, sesuatu terlintas di kepalanya.
“Oh iya!”
Ia menjentikkan jarinya.
“Kasim Wen, pergi dan berikan hadiah, emas, giok, sutra terbaik, untuk Xuyan’er-ku. Jangan sampai calon istrinya nanti berpikir kalau putraku itu… miskin.”
Kasim Wen hampir tersandung saat hendak berlutut.
“Baik… Yang Mulia…”
Ia membungkuk dalam, menahan tawa mati-matian, lalu cepat-cepat pergi sebelum kaisarnya memberikan perintah lainnya.
habis sudahhh