kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBENARAN YANG TIDAK DAPAT DISEMBUNYIKAN
...***...
Dua hari kemudian.
Perlahan-lahan kabar gosip mengenai Lingyun Kai mulai pudar, hanya beberapa orang saja yang ingat padanya. Saat ini istana mulai fokus pada perburuan di musim dingin.
Semua orang telah bersiap-siap untuk berburu, menuju lokasi dengan suasana hati yang membara. Laki-laki sudah siap berburu, sedangkan wanita menunggu di tenda sambil menyapa satu sama lain.
"Hormat kami Gusti Permaisuri."
Ratu Kangjian, Selir Mingmei, Nyonya Fengying, nyonya Chan Chan, Putri Lixin Beiye, nona muda Daxia, Putri Liangyi juga hadir di sana.
"Mari duduk." Balas Permaisuri Chan Juan.
Mereka duduk bersama, mengakrabkan diri satu sama lain.
"Saya turut berduka cita atas kepergian tuan muda lingyun kai." Permaisuri Chan Juan merasa sedih. "Kaisar telah mengutus beberapa ahli untuk menyelidiki masalah itu."
"Terima kasih atas perhatiannya Gusti Permaisuri." Ratu Kangjian memberi hormat. "Semoga saja bisa menemukan jalan keluar yang baik." Hatinya merasa sedih.
"Heh!." Dalam hati Nyonya Fengying mendengus dingin. "Tidak ada gunanya kau menunjukkan rasa simpati di sini." Hatinya terasa kesal.
"Mari kita minum teh bersama." Permaisuri Chan Juan tidak ingin suasana berubah jadi kaku karena masalah berkabung.
...***...
Sementara itu di lokasi perburuan.
Pangeran Shoi-ming diiringi oleh beberapa prajurit yang ikut dengannya.
"Kali ini aku pasti akan membawa hasil yang lebih besar." Ucapnya dengan penuh semangat.
"Gusti pangeran, medan ini cukup berbahaya, hamba harap Gusti pangeran jangan terlalu jauh dari kami." Ucapnya sambil memperhatikan keadaan sekitar.
"Kami akan menjaga Gusti pangeran." Ia memberi hormat.
"Baiklah, saya mengerti." Respon pangeran Shoi-ming. "Tapi kalian jangan melingkari saya, bagaimana caranya saya berburu jika posisi saya seperti ini?."
Deg!.
Seketika mereka semua merasa gugup, karena mereka tidak ingin mati muda jika tidak menjaga Pangeran Shoi-ming dengan benar.
...***...
Lokasi yang tak jauh dari mereka, kira-kira 100 meter jaraknya. Pangeran Jun Hie dan Junfeng sedang mengamati beberapa rusa yang sedang minum.
"Apakah kakak ipar sedang mengincar yang itu?." Junfeng menunjuknya dengan anak panah.
"Bukan, tapi yang itu." Balas Pangeran Jun Hie.
"Kalau begitu, mari kita bertaruh." Junfeng tampak semangat. "Siapa yang duluan mendapatkan target? Maka ia menjadi pemenangnya."
"Jika bertaruh, tentunya akan ada hadiah, dan hukuman yang kalah." Pangeran Jun Hie membidik sasaran.
"Saya hanya ikut aturan kakak ipar saja." Ia tersenyum kecil.
"Saya harap kau tidak menyesal, jika ikut aturan saya nantinya." Pangeran Jun Hie tampak percaya diri.
"Tentu saja tidak." Junfeng tidak mau kalah.
Saat itu juga mereka sedang membidik target yang telah diincar. Persaingan antara ipar yang sangat menegangkan.
...***...
Lokasi dekat kaki bukit, Jendral Xiao Chen Tao mengamati Pangeran Qiang Long, pangeran bungsu Kaisar. Matanya mengamati bagaimana cara memanah yang baik, bahkan gerakannya begitu membius mata.
"Putraku memang sangat luar biasa sekali." Dalam hati Jendral Xiao Chen Tao sangat bangga dengan itu.
Kembali ke masa itu.
"Kegh!." Pangeran Qiang Long merintih kesakitan, ketika telapak tangannya digores dengan pisau oleh Jendral Xiao Chen Tao.
Darah itu menetes ke dalam sebuah mangkok. Saat itu Jendral Xiao Chen Tao juga melakukan hal yang sama.
Deg!.
"Apa artinya ini?." Pangeran Qiang Long menahan amarahnya.
"Itulah artinya." Jawab Jendral Xiao Chen Tao. "Engkau adalah putraku, putra jendral xiao chen tao."
"Kau jangan berdusta padaku!." Amarahnya semakin besar. "Kau akan menerima hukuman mati! Jika berani berdusta!."
"Aku tidak berdusta, kau memang anakku." Jendral Xiao Chen Tao tersenyum lembut.
Jendral Xiao Chen Tao menceritakan kejadian yang sebenarnya.
Deg!.
"Jadi? Aku ini adalah anakmu?." Pangeran Qiang Long merasa gugup. "Kau menukar kami ketika masih bayi? Lingyun kai adalah anak kandung ayahanda kaisar?." Ia mencoba mencerna ucapan Jendral Xiao Chen Tao setelah mendengar cerita kejadian itu.
"Ya, itu benar." Responnya dengan santainya.
"Apa tujuanmu melakukan itu?." Pangeran Qiang Long heran. "Apakah kau ingin menguasai negeri ini?." Tebaknya.
"Itu benar sekali." Balasnya dengan senyuman lebar. "Semua pangeran harus disingkirkan, setelah itu kau yang akan naik tahta."
"Bukankah aku memang akan naik tahta?." Pangeran Qiang Long semakin heran. "Kenapa harus repot-repot melakukan itu?."
"Pangeran jun hie memiliki potensi besar menggantikan kaisar, tidak ada peluang bagimu untuk naik tahta nantinya." Ucapnya dengan cemas. "Karena itulah, aku yang akan menyingkirkan mereka."
Kembali ke masa ini.
Pangeran Qiang Long telah mengetahui kebenaran itu, hanya saja ia tidak akan mungkin mengatakan pada Kaisar. Tentu saja ia tidak ingin ayah kandungnya mengalai masalah nantinya.
...***...
Pangeran Chaoxiang bersama Raja Ruo Xuan di lokasi yang sama, mereka sedang mengincar beberapa burung cantik di sana. Burung yang hanya datang di musim dingin saja.
"Ada apa paman Raja?." Pangeran Chaoxiang mengamati raut wajah Raja Ruo Xuan. "Kenapa terlihat murung? Apa yang sedang paman Raja pikirkan?."
"Rasanya ada yang tidak beres dengan kematian lingyun kai." Jawabnya sambil menarik busur panah. "Apakah kau mengetahui sesuatu?."
"Lingyun kai memang terkenal dengan sebutan gigolo." Ia merasa tidak enak hati.
"Gigolo?." Raja Ruo Xuan terkejut.
"Lima tahun tidak kembali ke istana, tentu saja paman Raja tidak mengetahui gosip itu." Pangeran Chaoxiang melepaskan anak panahnya, berharap mengenai salah satu burung yang terbang. "Dia terkenal nakal di rumah bordil, jadi wajar saja dia meninggal dalam keadaan seperti itu."
Belum ada tanggapan sama sekali, sedang memikirkan kemungkinan yang terjadi.
"Apakah bibi Ratu tidak menceritakan bagaimana bekas anak tirinya itu?." Pangeran Chaoxiang mengambil anak panah baru.
"Pernah bercerita, hanya saja belum percaya." Raja Ruo Xuan menghela nafas pelan.
...***...
Tenda Ratu Kangjian.
Saat ini Ratu Kangjian bersama selir Mingmei.
"Maafkan hamba Gusti Ratu." Selir Mingmei tampak sedih. "Hamba tidak bisa menjaganya."
"Saya sangat curiga ini adalah perbuatan ayahmu." Ratu Kangjian menekan perasaan sesak di hatinya. "Siapa lagi yang sering menyiksanya? Jika bukan tuan jendral xiao chen tao."
"Jika memang itu adalah perbuatannya? Maka hamba yang akan bertindak." Selir Mingmei menatap tajam. "Dia telah membunuh adik hamba."
"Tidak semudah itu." Responnya. "Tapi kau bisa dianggap sebagai pemberontak, jika kau melakukan itu."
"Hamba harus membalaskan dendam kematian lingyun kai." Hatinya sedang dikuasai oleh perasaan benci. "Dia yang selalu menyiksa lingyun kai, dia harus bertanggungjawab untuk itu." Dadanya terasa sesak ketika gambaran masa lalu Lingyun Kai yang disiksa oleh Jendral Xiao Chen Tao melalui ingatan tubuh asli Selir Mingmei.
"Jangan bertindak gegabah." Ratu Kangjian memberikan nasihat. "Saya, bersama Gusti Raja sedang memeriksa kejadian itu."
"Hamba harap semuanya terbongkar dengan jelas." Selir Mingmei berusaha menahan tangisannya.
"Bukankah dulunya kau sangat benci padanya?." Ratu Kangjian merasa ada yang aneh. "Apakah kau yakin ingin melawan ayahmu?."
"Gusti Ratu." Ia memberi hormat. "Apakah Gusti Ratu masih ingat dengan nona muda dari kediaman menteri pangan?."
Ratu Kangjian mencoba mengingatnya. "Maksudnya nona muda bai chenguang?." Ratu Kangjian baru saja ingat.
"Ya, itu benar." Ia mengangguk kecil. "Hamba mengalami reinkarnasi, dan masuk ke dalam tubuh mingmei."
Deg!.
Ratu Kangjian benar-benar terkejut mendengar ucapan itu.
"Hamba tidak bercanda sama sekali." Ia kembali memberi hormat.
Bagaimana tanggapan Ratu Kangjian mengenai kebenaran itu?. Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Temukan jawabannya.
...***...
Gimana ceritanya dah 'Naga merah' jadi 'Naga emas' jadi yang benar warnanya emas atau merah? 👀
Dan
"Menemuinya membawanya sarapan" juga tidak enak di dengar bukan?
harusnya "Menemuinya membawa sarapan" atau "Menemuinya membawa sarapannya"