Zain kembali jatuh cinta setelah sempat menyembunyikan perasaan pada sahabatnya yang ternyata sudah menikah, Zain jatuh cinta kembali pada gadis yang masih bocah yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di apartemen nya, namun sayang saat dirinya jatuh cinta kembali Ayahnya meminta dirinya untuk menikahi calonnya, tak ingin kehilangan cintanya kembali Zain berbohong pada semua orang dan menikahi Faiza diam-diam namun juga menerima perjodohan yang Ayahnya minta. Akankah pernikahan itu baik-baik saja? adakah hati yang akan terluka? apakah yang terjadi jika semua orang tau? bagaimana dengan perasaan dua wanita?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Empat bulan kemudian.
Empat bulan berlalu.
Setelah kejadian itu di rumah utama Talita tak lagi mengharapkan cinta dari Zain dan sibuk dengan kariernya hatinya dia bentengi oleh pesona suaminya sendiri.
Talita memutuskan untuk tetap tinggal di rumah utama Zain agar orang tuanya tidak curiga, Zain pun sesekali menemui dirinya seminggu dua kali di hari senin dan rabu saja mereka tinggal di kamar yang sama namun tidur terpisah Zain memilih tidur di sofa panjang setiap malamnya dan Talita tak peduli lagi tentang itu.
Semua berjalan aman sejauh ini menurut Zain dia tetap bisa membagi waktu lebih banyak untuk Faiza karena sejak Faiza sehat gadis itu bekerja kembali pada Kean dan sorenya hingga pagi tinggal di apartemen bersama dirinya tanpa di ketahui siapapun kecuali sang nenek dan orang di sekitarnya.
Faiza masih belum siap mengakui pernikahan dengan Bos Zain karena sempai detik ini suaminya itu masih belum menemukan dirinya dengan keluarganya, Faiza pun sudah hilang harapan namun besar rasa cintanya membuat dia tetap bertahan mengingat banyak juga kebaikan yang tak bisa Faiza balas selain dengn ketulusan cintanya tanpa menuntut apapun.
Sore ini seperti biasa Faiza pulang dari tempat Lentera dan menuju apartemen Zain, Faiza melepas hijabnya dan berjalan menuju kamarnya untuk mandi rupanya sang suami pulang lebih awal karena kamarnya berserakan baju kantor.
Tak lama kemudian Zain keluar dengan handuknya lalu menghampiri Faiza tanpa berganti baju terlebih dahulu.
"Sayang, aku ada hal yang mau aku bicarakan." Kata Zain.
"Faiza mandi dulu ya Mas, bauk, Mas Zain juga pakai baju dulu gih." Kata Faiza.
"Jangan lama ya." Kata Zain.
"Iya sayang." Jawab Faiza sambil masuk ke kamar mandi.
Tak butuh waktu lama Faiza keluar dengan jubah mandinya lalu keruang ganti ternyata Zain masih di dalam ruang ganti dengan handuknya.
"Kok belum pakai baju sih?" Faiza heran.
"Pakaiin." Zain memeluk Faiza hangat tanpa melepaskan tangannya.
Cup
"Ah ya ampun bayi besarku." Kata Faiza sembari mencarikan ganti suaminya itu.
Yah terkadang Zain seperti anak kecil bagi dirinya namun terkadang juga seperti pelindung bagi dirinya yang rapuh. Sikap Zain yang begini yang membuat Faiza semakin sayang dan cinta pada suaminya ini.
"Sayang Alby sudah satu tahunkan, saatnya kamu berhenti dari pekerjaanmu pada Lentera dan Kean." Ucap Zain begitu sudah selesai memakai baju.
Faiza sudah berjanji kala itu dan mungkin memang ini saatnya bagi dirinya untuk berhenti pada keluarga itu dan mulai fokus menjadi seorang istri pikir Faiza.
"Aku udah daftarkan kamu kuliah kamu bisa ambil kuliah setelah ini, kita pindah tinggal di rumah baru kita bersama nenek, Mas mau kita fokus pada keluarga kita." Kata Zain.
"Tapi aku pengen kita punya anak mas, aku rasa aku sudah tak tertarik lagi kuliah." Kata Faiza jujur karena akan kesepian jika tak ada anak kecil di rumahnya seperti Alby pikir Faiza.
"Ok, kita progam sekarang, Mas juga ingin keturunan." Kata Zain sembari memeluk Faiza sayang.
"Beneran boleh???" Faiza semakin cerah karena bahagia.
Cup.
"Ya, kamu sudah sehat dan cukup umur sekarang." Kata Zain mengejek sehingga Faiza cemberut jadinya.
"Tapi sambil ambik kuliah ya sesuai bidang musik yang kamu suka, sayang masih muda harus banyak belajar." Kata Zain kemudian.
"Ok, sepakat besok aku pamit sama kak lentera." Jawab Faiza yang membuat Zain senang akhirnya karena sedih saat Faiza masih bekerja pada Lentera sementara dia bisa mencukupi kebutuhan istrinya itu.
Telfon berdering di ranjang Zain pun mengambil ponsel itu sementara Faiza menyiapkan makan untuk dia dan Zain makan nanti malam.
📞"Sayang , Bunda rindu loh sudah berapa hari gak kesini." Kata Bunda yang menelfon Zain.
📞" Maaf bun, besok Zain ke sana." Kata Zain merasa tak enak dengan Bundanya karena minggu ini memang dirinya tak pulang kerumah utama sama sekali untuk mengurus kepindahan dirinya dan Faiza ke tempat yang tak bisa di temui orang-orang yang kenal dengan mereka.
***
Esok harinya.
Zain benar-benar menepati janjinya setelah selesai mengurus kepindahannya di bantu Abbas kali ini Abbas yakin dengan keputusan dirinya untuk setia pada Zain bukan pada Ayah Atma karena Abbas merasakan bagaimana di kekang oleh Ayahnya sama tak menyenangkannya.
Zain sudah di depan rumah utama di antar oleh Abbas lalu masuk ke dalam rumah meski dengan kaki yang malas.
Bibi mendatangi Zain dan mengabari jika di tunggu Bundanya di dalam kamarnya, Zain pun heran mengapa bunda masih di dalam kamar jam segini, Zain pun segera masuk dan rupanya sang bunda sedang sakit dan terbaring di ranjangnya.
"Bunda???"
"Bunda sakit???"
Zain masuk dan langsung duduk di sisi ranjang bundanya dengan rasa bersalahnya, Bunda hanya tersenyum dan meraih tangan Zain dengan lembut lalu mengusapnya lembut.
"Bunda hanya sedang rindu anak kecil yang dulu sering bunda peluk dan kini sudah besar dan sering pergi meninggalkan bunda." Jawab Bunda lembut namun mampu mengusik ketenangan hati Zain.
"Kamu semakin jauh saja sayang, Bunda merasa kehilangan dan kesepian." Kata Bunda sedih karena semakin jauh dengan Zain setelah Zain menikah dengan Talita dan sang Suami semakin sering marah pada dirinya juga melampiaskan kekesalannya pada dirinya setiap harinya.
"Bunda mohon temani bunda jangan meninggalkan bunda begini, bunda sedih." Kata Bunda lagi membuat Zain tak enak hatinya, andai Bunda mau pergi dari rumah bersama dirinya batin Zain.
"Maaf Bun, Zain tak bisa." Kata Zain pelan.
"Zain tak bisa tinggal bersama Ayah." Kata Zain lagi.
"Tapi istrimu kasian nak, apa kamu tak bisa menganggap dia seperti istri sungguhan kasian dia seorang wanita sama seperti Bunda." Kata Bunda sedih karena sering mendapati menantunya melamun dan menangis sendirian.
"Menikah itu meski tidak cinta harus tanggung jawab, jadi beri dia sedikit tanggung jawabmu minimal dengan sedikit perhatian yang kamu miliki." Kata Bunda lagi jadi Zain paham Bunda sedang merayu dirinya untuk bersikap baik pada Talita.
"Dia ga dia baik sayang, kau tak boleh bersikap dingin terus menerus, bayangkan bagaimana jika hatinya terus terluka."Kata Bunda lagi.
"Bunda juga ingin segera menimang cucu dari kalian, jadi tolong perbaiki hubungan kalian ya." Kata Bunda membuat Zain menghela nafasnya pelan dan mengangguk berat sekedar membuat hati ibunya lega.
Bunda tersenyum senang dan tak lama kemudian Talita masuk dengan membawa bubur untuk sang bunda juga segelas obat untuk mertuanya itu.
"Bun, sarapan dulu ya." Kata Talita lalu mengambil tangan Zain untuk dia salimi untuk pertama kalinya.
Zain terkejut dan bingung mengapa Talita harus bersikap begini di depan bundanya seolah hubungan keduanya baik-baik saja.
"Bunda jangan banyak pikiran, mas Zain jarang pulang karena sibuk banyak tender di kantor, kami sering menghabiskan waktu berdua di kantor kok." Ucap Talita sembari menyuapi Bundanya seolah hubungannya dengan Bunda memang baik dan semakin dekat.
...******...
Masih ada yang punya Vote jangan lupa kasih ya kak, jejak baik dan manisnya jangan lupa juga🥰🙏🙏
siapa tau dia ngerti
kihtan ny Talita wanita baik
Doa yng sama untuk author nya 😍😍
Yang sabar Faiza bukan maksud bos Zain menyembunyikan pernikahan dngn mu Faiza , semua yng di lakukan Zain untuk kebaikan mu juga
Itu keluarga nya Lentera kemana yak , bukan nya Faiza saat kecelakaan terjadi masih bekerja pada keluarga itu
Kasihan Faiza 🥲🥲