“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25.
“Saya tidak tahu Bu. Mereka hanya bilang mau periksa saja. Yatmi memang belum pernah periksa ke puskesmas. Saat saya ajak periksa ke puskesmas. Yatmi bilang malu.. dan..hiks.. hiks.. hiks..” ucap Emaknya Yatmi dan dia mulai lagi terisak isak menangis.
Yayuk yang masih duduk di sampingnya, kembali lagi mengusap usap punggung Emaknya Yatmi.. Di dalam hati Yayuk membatin, “Kalau Yatmi dan Tarno tidak mengatakan akan melakukan test DNA pada keluarga Yatmi. Jadi kemungkinan terendusnya kabar mereka akan test DNA bukan dari sini..”
Emaknya Yatmi menutup muka dengan kedua tangannya. Dia kembali lagi terisak isak menangis sambil berkata, “Saya sebenarnya juga malu Bu. Yatmi hamil tidak ada laki laki yang mengakuinya, apalagi orang orang mengatakan Yatmi hamil dari grenduwo.. Hu... Hu... Hu.....”
Yayuk masih terus mengusap usap punggung Emaknya Yatmi. Yayuk bisa merasakan kesedihan yang begitu dalam di hati ibu kandung Yatmi itu..
“Apa Bu Suprih percaya dengan omongan orang orang kalau Yatmi hamil dari grenduwo.” Ucap Yayuk dengan pelan pelan dan hati hati.
“Sejujurnya saya tidak percaya Bu. Sejak bayi saya tinggal di sini, di rumah yang banyak pohon pohon besar. Di dekat sungai. Banyak orang bilang, sungai untuk tempat memindahkan makluk makluk halus.. Katanya juga Grenduwo grenduwo yang dulu tinggal di pohon pohon yang sudah ditebang mereka pindah ke sungai..” ucap Emaknya Yatmi sambil menghapus air mata yang masih menitik.
“Tapi buktinya Emak saya, saudara saudara saya. Dan juga saya sendiri tidak pernah dihamili Grenduwo.. amit amit dech...Bu..” ucap Emaknya Yatmi lagi sambil mengusap usap perut nya sendiri di balik daster nya. Kedua lengan daster itu sudah basah karena untuk menghapus air matanya.
“Apa Bu Suprih tahu kalau Tarno akan menanyakan tentang test DNA pada janin Yatmi?” tanya Yayuk lagi.
“Saya malah tahunya dari cerita orang orang Bu, setelah pemakaman Yatmi. Saya sendiri tidak tahu Bu.. test itu juga mahal kan. Dan setelah bayi lahir ya Bu baru bisa di test DNA nya.” Ucap Emaknya Yatmi sambil menatap Yayuk.
“Tidak harus bayi lahir Bu. Bayi yang masih di dalam kandungan bisa. Janin berusia delapan minggu sudah bisa dilakukan test DNA Bu.” Ucap Yayuk yang juga menatap wajah Emaknya Yatmi.
“Biaya tergantung rumah sakit dan untuk keperluannya Bu. Antara 2,5 juta sampai 8 juta rupiah..” ucap Yayuk lagi.
“Oooo begitu. Tidak terlalu mahal juga ya, saya kira sampai ratusan juta. Kalau uang segitu kami bisa usahakan Bu, kalau demi kebaikan Yatmi. Hu...hu... hu... tapi sayang hu... hu... “ ucap Emaknya Yatmi dan kembali lagi menangis tersedu sedu. Dia begitu kecewa telah kehilangan anak perempuan satu satunya.
“Iya Bu, dan sebenarnya jika seorang perempuan mendapatkan tindak pelecehan , harusnya mengadu pada polisi dan lembaga lembaga yang melindungi kaum perempuan Bu..” ucap Yayuk dengan nada serius lagi.
Yayuk pun menyesal karena Yatmi tidak mengatakan siapa laki laki yang sudah menghamili nya. Mungkin Yatmi mendapat ancaman. Masyarakat kecil, kaum marginal macam Yatmi, banyak yang kurang informasi ke mana mereka harus mengadu jika mendapat tindak pelecehan dan kekerasan. Kebanyakan mereka tahunya hanya lapor pada Polisi. Dan sering kali korban malah disalah salahkan.
“Kenapa Tarno membunuh Yatmi? Apa sudah ketahuan orang yang menghamili Yatmi, Tarno marah hu... hu... Hu... Hu...” ucap Emaknya Yatmi lagi dan kedua tangan terus sibuk menghapus air matanya.
“Apa Bu Suprih sempat bicara dengan Tarno atau keluarganya? Apa Tarno memang mengakui yang membunuh Yatmi Bu?” tanya Yayuk yang tidak begitu yakin Tarno yang membunuh Yatmi.
“Tarno langsung ditangkap polisi pagi itu. Dia sembunyi di tempat kerjanya. Di proyek milik Pak Waspo itu. Padahal dulu Yatmi yang mencarikan kerja Tarno hu... hu...”
“Tarno di tahan di mana Bu?” tanya Yayuk yang masih penasaran dan ingin menemui Tarno dan Keluarga nya.
“Di kota Bu. Di Wirogunan.”
“Saat pemakaman Yatmi apa keluarga Tarno datang Bu? Apa Pak Waspo juga datang?” tanya Yayuk lagi.
“Datang Bu. Keluarga Tarno minta maaf pada Bapaknya Yatmi. Saya pingsan Bu. Pak Waspo dan Istri nya datang, mereka memberi santunan kematian Yatmi juga..” jawab Emaknya Yatmi.
“Bagi saya Bu kesedihan hati saya kehilangan anak, tidak bisa diganti dengan uang meskipun ..” ucap Emaknya Yatmi dan kalimat nya tidak berlanjut..
Dua perempuan yang baru saja kenal itu, terdiam sesaat. Keduanya menoleh ke arah pintu depan. Respati melangkah masuk ke dalam rumah itu sambil tersenyum bibirnya.
Sedangkan Kakeknya Yatmi belum tampak sosoknya. Karena dia sedang memanggil anak laki laki dan anak menantu laki lakinya yang akan mengantarkan bambu.
“Sudah aku pilih Bu, bagus bagus bambunya. Tua tua dan kuat kuat.” Ucap Respati sambil terus melangkah menuju ke kursi tamu, kursi rotan model tempo dulu.
“Sudah kamu bayar Pak?” tanya Yayuk sambil menatap suaminya.
“Belum Bu, dompet ku kan di dalam tas kamu. Simbah Kakung maunya dibayar cash Bu..” jawab Respati masih tersenyum bibirnya.
“Berapa totalnya Pak?” tanya Yayuk sambil meraih tas yang ada di sampingnya.
“Enam ratus lima puluh ribu Bu. Sudah sama transport nya itu.” Ucap Respati lalu duduk di salah satu kursi rotan itu.
Emaknya Yatmi yang sudah tidak lagi terisak isak menangis. Mempersilahkan Respati untuk minum teh yang sudah dingin. Juga untuk mencicipi pisang kepok rebus, hasil kebun sendiri.
Sementara Yayuk menyiapkan uang. Respati yang kehausan karena ikut angkat angkat bambu, segera meminum teh itu dan mengambil pisang rebus yang terlihat sangat menggoda untuk disantap.
Tidak lama kemudian muncul Kakeknya Yatmi dan seorang laki laki kira kira berusia empat puluhan tahun. Meskipun orang desa tampak kulitnya bersih.
“Itu suami saya Bu Yayuk. Dia yang hadir di sidang dan di kantor Polisi.” Ucap Bu Suprihatin sambil menatap sosok laki laki yang berjalan di belakang Kakek.
“Pak, ini tadi Bu Yayuk tanya, apa Tarno tersangka satu satunya..” ucap Emaknya Yatmi sambil masih menatap suaminya yang melangkah di belakang Kakek.
Bapaknya Yatmi menatap Yayuk lalu Respati. Yayuk dan Respati tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Yayuk sudah siap jika Bapak nya Yatmi tidak mau menjawab karena enggan kesedihan hatinya terkorek kembali.
Akan tetapi Yayuk dan Respati mendengar suara Bapaknya Yatmi, menjawab dengan santun dan ramah, “Dari hasil pemeriksaan polisi, hanya Tarno yang tersangka Bu. Di tubuh Yatmi hanya ada sidik jari Tarno.”
DEG
Jantung Yayuk terasa berhenti sesaat, di kala mendengar ucapan Bapaknya Yatmi. Yayuk yang kurang percaya jika Tarno yang membunuh Yatmi sangat kaget, jika hanya sidik jari Tarno yang ada ditubuh Yatmi.
“Apa Tarno mengakui Pak?” tanya Yayuk dan Respati secara bersamaan.
kurasa ini cuma di jadiin kambing hitam aja utk mnenigalakan jejak
mkne gamuk karna di fttnah padahal bukan dia
pantes aja gguin org2 trus karna gamuk dia
bukan tarno terus siapa yaaa
yayuk is the best pokok e
lanjut terus yuk biar terungkap dan pembangunan g mangrkak lagi
yu huu
ini yayuk is the best yaaa
lanjt yuk biar semua terungkap