"Kau mengundang suami sah mu untuk menyaksikan istrinya dinikahi pria lain? lelucon apa yang sedang kau buat?. Dirimu, tubuhmu, bagian terdalam mu, hanya milikku. Ariana Raj Wallace." (Caesar Castillo Grayson).
Hawaii, tempat indah yang menghantarkan Ariana pada kehidupan baru. Ia mengalami kejadian apes yang membuatnya mendadak jadi istri seorang pria asing bernama Caesar selama 21 hari.
Setelah semuanya selesai, Ariana pergi tanpa memikirkan bahwa dirinya masih seorang istri dari seorang Caesar. Seiring berjalannya waktu, keduanya dipertemukan kembali. namun status pernikahannya harus disembunyikan.
.
.
Penasaran?
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Note: Dilarang mencomot karya orang/plagiasi, silahkan keluar dengan aman!.
HAPPY READING^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Semilir angin terasa lembut membawa kedamaian, beriringan dengan lantunan lagu latina yang menambah suasana semakin hidup. Di sebuah cafe bernuansa cozy, tampak wanita cantik menguncir rambut indahnya yang bergelombang. Membiarkan leher jenjang itu terekspos diterpa sejuknya angin.
Jari lentik Ariana mengotak-atik laptopnya, menyelesaikan pekerjaan yang beberapa hari ini tertunda. Setelah mengalami beberapa kejadian aneh yang menimpanya kemarin-kemarin, Ariana baru benar-benar merasakan liburan walaupun dengan pemikiran yang berbeda.
"Sudah berapa jam aku di sini?." Ariana menatap arlojinya.
Ternyata cukup lama karena sebelumnya Ariana membayar lebih. Dan ini pertama kalinya ia menggunakan kartu Caesar untuk membayarnya, Ariana melakukannya karena lupa membawa kartu sendiri.
Wanita cantik itu beralih menatap handphone, melihat ikon foto dari kontak suaminya cukup lama. Benar-benar ikatan yang hanya status saja, tidak ada percakapan yang terjalin. "Sedang apa ya dia? Apa setelah kejedot dinding ngilu nya masih terasa?."
Terdengar kekehan kecil yang keluar, Ariana merasa bersalah tapi puas juga ada hal menggelitik hatinya.
Setelah pekerjaan selesai, Ariana ragu untuk pulang ke apartemen. Mengingat Caesar tidak ada di sana ia rasa tidak ada hal untuk dilihat atau sekedar untuk berhati-hati demi chemistry sandiwara.
"Bukankah itu melegakan, Ariana?. Dia membiarkan mu bernafas lega, kenapa kau tiba-tiba merasa seperti itu?."
Entahlah... Jawaban yang tak pasti itu belum Ariana temukan. Perginya Caesar membawa ketenangan, tetapi meninggalkan kekosongan yang entah dari mana datangnya dan cukup membekas.
Dalam waktu bersamaan handphone Ariana berdering, ia segera bergegas untuk mengangkatnya. Tertera nama kontak "Daddy" yang menghubungi, Ariana diam sejenak sebelum menerima panggilan.
"Ya, dad?."
"Kapan kau akan kembali? Sudah berapa hari ini? Bukan daddy melarang, tapi ini seperti bukan dirimu!." Ujar seberang terasa mengintimidasi.
Benar, apa yang diucapkan Liam. Ariana selama ini memberikan alasan yang cukup kurang jelas dan menyeleweng dari sosoknya yang dikenal banyak orang. "Aku akan kembali setelah menikmati liburan selesai, dad. Jangan khawatirkan pekerjaan."
"Bukan masalah pekerjaannya. Bagaimana dengan prewed mu dengan Diego? Kau melupakan itu?." Sergah Liam.
Ariana diam tak langsung menjawab. Sepertinya Diego tak memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. "Cih.." Ariana memutar mata malas, dugaannya benar. Pria itu tak mampu bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah, malah tetap melanjutkan demi keserakahannya yang menginginkan semua.
"Aku lupa saking menikmati liburan, jika aku belum kembali berarti tidak ada prewed dad." To the point Ariana.
Liam yang mendengar jawaban putrinya mengerutkan kening. Pernikahan mereka sangat dinanti oleh seluruh keluarga besar. Diego juga sangat mempersiapkan semua dan yakin, tapi Ariana? Mendengar jawabannya barusan Liam merasakan bahwa putrinya tak memikirkan itu sama sekali.
"Pulang dalam waktu dekat! Daddy harus bicara, tidak ada penolakan!."
Saat Ariana hendak menjawab, panggilan itu sudah terputus.
Ariana menatap gusar handphonenya. Rasanya ia sudah cukup muak untuk bertemu dengan Diego, ia tak suka banyak drama. Lalu setelah pulang dari Hawaii ia harus menyelesaikan semua dari awal? Ariana tidak mungkin menikah dengan Diego.
Membayangkan perdebatan antar keluarga besar saja ia sudah dibuat pening. Masalah besar telah menantinya di depan mata. "Ck! Harusnya kau tak begini, Diego!."
Jika dibandingkan dengan di Hawaii, Ariana merasa lebih baik berada di sana saja. Pernikahan kontrak yang telah dibuat tak seburuk itu walaupun kadang berhasil membuat jantung tak aman. Setidaknya Caesar membuatnya terlindungi.
Sayangnya hanya tersisa 10 hari lagi..
Mengingat banyaknya permasalahan yang akan di hadapi, Ariana mencari ketenangan di luar dengan menyewa tempat wisata. Sudah satu hari satu malam, tetapi raut wajah cantiknya itu terlihat begitu muram tak bersemangat.
"Apa yang ku inginkan ini? Kenapa rasanya hampa dan kosong..."
Ariana kembali ke apartemen malam hari, ia diantar teman wanitanya yang kebetulan bertemu di sana karena sengaja untuk bersenang-senang. Wanita cantik itu terlihat lemas lunglai akan pengaruh alkohol, walaupun demikian ia masih memiliki kesadaran.
"Hati-hati Ariana.. Kau bisa terjatuh." Ujar Lovita khawatir melihat temannya yang seperti itu. Untungnya kini Ariana telah masuk apartemen. "Sudah ku bilang kau tak bisa mabuk, haish."
"Its oke.. Thank you Lovi." Lirih Ariana dengan mata setengah terbuka.
"Ya, my pleasure. Aku pulang, jangan lupa kunci pintunya."
"Hmm."
Setelah memastikan temannya aman, Lovita baru melangkah untuk pulang. Pintu apartemen itu tertutup terkunci otomatis.
Sesampainya di dalam apartemen, manik indah Ariana menyapu sekeliling. Pria itu belum kembali tapi aromanya sudah terasa. Ariana yang merasa akhir-akhir ini jadi aneh, ia menunduk seolah berusaha mencari jawaban dari keinginan hatinya yang paling dalam.
Sudut matanya menatap lama pintu kamar Caesar yang tertutup, dengan perlahan hatinya berkata bahwa ia ternyata mulai memiliki keterikatan yang tak seharusnya ada dengan pria itu. Maka dari itu rasa hampa dan kosong hadir saat Caesar tak ada di sisinya.
"Apa boleh aku begini?."
Ariana melangkah dengan gontai, oleng ke kanan dan kiri. Tubuhnya limbung dengan pandangan kosong yang tertuju pada kamar Caesar. Ia tak suka dirinya yang tiba-tiba seperti ini, kenapa hanya Caesar jawaban akhir yang dicarinya untuk ketenangan?.
"Hanya kali ini..."
Jemari Ariana mendorong gagang pintu kamar Caesar. Ia masuk ke dalam membiarkan dirinya terseret. Di sana aroma Caesar sangat terasa jelas, ini tujuan Ariana mumpung orangnya tidak ada.
Tubuh indah itu ia biarkan tenggelam diantara kasur yang empuk. Mata Ariana terpejam dengan tangan mengelus-elus sprei. Wangi kayu yang hangat dan maskulin dari tubuhnya, seperti pelukan hening di tengah malam yang menenangkan.
"Caesar..."
Lirih Ariana setengah sadar.
"Caesar..."
Sebuah tangan kekar mengelus wajah cantiknya, merapihkan rambut yang berusaha menutupi keindahan itu.
"Ya?, Ariana..."
Ariana yang masih terpejam mengernyitkan dahi, sentuhan dingin yang terasa lembut. Dengan perlahan ia membuka matanya yang berat, menepis ketidakmungkinan yang dirasa mustahil.
Di hadapannya terlihat seorang pria yang ia cari... Ariana mengedipkan matanya berkali-kali, itu tidak mungkin dan pasti halusinasinya karena minuman alkohol. Caesar belum pulang dan masih mengurus kerjaan. Ya, halusinasi..
"Apa ini guling?... Kenapa besar sekali?.." Jemarinya tak diam.
Caesar menengadah dengan nafas yang tersengal berat, wajahnya nampak gelisah menahan pemberontakan yang menggerogoti kendalinya.
"Ariana, kau yang datang padaku..."
Tapi rindu kan.........
pasti ide dari caesar...wah mereka akan bertemu d sana