Avica gadis muda yang baru lulus pendidikan SMA itu baru saja turun dari sebuah bus. Ia memilih untuk pergi ke ibu kota karena ingin mencari pekerjaan supaya bisa membantu orang tuanya.
"Alhamdulillah, akhirnya sampai juga" Ucapnya
Kemudian ia berjalan mencari tempat untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan untuk mencari kost-kostan.
Setelah dirasa cukup untuk istirahat Avica berjalan untuk mencari angkutan. Ketika berjalan ia tidak sengaja melihat anak kecil yang sedang menangis sendirian di seberang jalan tanpa ada orang tua disampingnya.
Kemudian Avica memilih untuk menyeberangi jalan tersebut untuk menolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rismaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab33
Abizar baru saja menyelesaikan meeting nya dengan beberapa karyawannya. Kini dirinya telah disibukkan dengan berkas-berkas yang ada diatas meja kerjanya. Fokusnya terganggu disaat pintu ruangannya dibuka paksa dari luar. Muncullah Sely mantan istrinya dan disusul Rendy dari belakang yang ikut masuk kedalam ruang kerja Abizar.
"Mas Abi.." panggil Sely.
"Maaf tuan, tadi saya sudah melarangnya untuj masuk kesini, dan saya juga sudah berusaha mengusirnya, tapi nona Sely memaksa untuk masuk." Ujar Rendy memberi penjelasan pada atasannya.
"Ada apa?" Tanya Abizar pada mantan istrinya.
"Ada yang ingin aku bicarakan padamu." Jawab Sely.
"Ren, kau boleh pergi. Biarkan dia mengatakan apa yang ingin dikatakan padaku terlebih dahulu." Ujar Abizar pada asisten nya.
"Kau dengar sendiri kan apa yang dikatakan mas Abi, mas Abi memperoleh kan aku disini." Dengan pedenya Sely berbicara seperti itu pada Rendy. Dan Rendy pun tak menghiraukan perkataan Sely.
"Baiklah tuan, saya pergi dulu." Rendy membalikan badannya lalu keluar dari ruangan Abizar.
Setelah kepergian Rendy, Sely pun mendekati Abizar yang kembali fokus pada pekerjaan nya.
"Berhenti disitu." Tegas Abizar sebelum Sely semakin mendekatinya.
"Mas Abi ada yang ingin aku bicarakan." Ucap Sely lagi.
"Katakan apa yang ingin kau bicarakan, setelah ini pergilah dari sini." Kata Abizar.
"Ini tentang Alula putri kita mas." Ucap Sely.
"Sejak kapan kau mengakuinya sebagai putrimu?" Tanya Abizar geramnya. Lalu Abizar berdiri membalik badannya untuk menghadap dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan diluar.
"Bukannya kau tak peduli pada putriku? Lalu apa yang membuatmu mengingatnya? Apa karena kau telah dicampakan oleh kekasihmu itu sehingga kau baru ingat dengan anakmu?" Tebak Abizar.
"Mas Abi,maafkan aku. Aku menyesal mas, aku tahu aku salah telah meninggalkan mu dan putri kita. Waktu itu aku khilaf mas." Jelas Sely dengan mengeluarkan air matanya.
"Apa kamu bilang? kamu menyesal? Apa kamu dulu berfikir terlebih dahulu ketika akan meninggalkan keluarga mu? tidak kan? Lalu kenapa jika kamu menyesal?"
"Aku ingin menebus kesalahan ku mas. Aku ingin ketemu Alula. Aku juga ingin kita bisa seperti dulu lagi, mas."
"Jangan mimpi untuk bisa seperti dulu. Alula sudah cukup bahagia. Jangan kamu ganggu dengan kehadiran mu." Ucap Abizar.
"Tapi mas, aku ibunya. Aku yang mengandungnya, aku juga yang melahirkan nya." Jawab Sely.
"Kamu memang yang mengandung dan melahirkan nya. Tapi kamu tidak merawatnya layaknya seorang ibu. Bahkan kamu rela meninggalkan nya disaat anak itu butuh dekapanmu dan kasih sayang mu. Dimana kamu saat Alula kecil membutuhkan semua itu?" Ucap Abizar penuh emosi.
"Tapi mas, aku berhak atas anak kita." Ujar Sely.
"Setelah kamu meninggalkan nya waktu itu, kamu sudah tidak punya hak pada putriku. Karena kamu bukan ibu yang baik buat anakku."
"Mas maafkan aku. Tolong beri aku kesempatan untuk menebus semua kesalahan ku. Aku janji akan berubah." Ucap Sely dengan isak tangis sambil memeluk Abizar.
Abizar yang diperlukan seperti itu sangat risih. Dia tidak ingin terjadi salah paham jika tiba-tiba istri kecilnya mengunjunginya sambik membawa bekal makan siang untuknya.
"Lepaskan aku!" Ujar Abizar geram.
"Aku tidak akan melepaskan nya mas, sebelum kamu memaafkanku." Tolak Sely
"Jika kamu tak melepaskan pelukanmu aku akan..."
"Praang.."
Ucapan Abizar terhenti ketika mendengar suara benda jatuh diruangan nya. Lalu dirinya mengalihkan pandangannya pada asal suara tersebut. Ternyata diambang pintu sudah ada Avica yang sedang terkejut dengan suaminya yang sedang berpelukan dengan wanita lain.
"Mas Abi.."
"Sayang, ini bukan seperti apa yang kamu lihat. percayalah." Ujar Abizar lalu melepas pelukan Sely dengan paksa.
"Dia siapa?" Tanya Avica tenang untuk menutupi kesedihannya. Dirinya tidak ingin salah paham dan berusaha berpikir positif.
"Perkenalkan, saya Sely mantan istri mas Abi." Ucap Sely memperkenalkan diri.
"Ohh, maaf jika kedatangan ku diwaktu yang tidak tepat dan mengganggu kalian." Kata Avica. Lalu ingin pergi dari hadapan suaminya. Dadanya langsung terasa sesak ketika mengetahui jika yang dipeluk suaminya itu ternyata mantan istrinya.
"Sayang, jangan pergi." Cegah Abizar dengan menarik tangan Avica.
"Dia kesini hanya menanyakan tentang Alula. Jadi tetaplah disini. Biarkan dia yang pergi dari sini." Ujar Abizar.
"Tapi mas..." Ujar Avica, lalu dipotong oleh Abizar.
"Aku sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi sama wanita ini. Sekarang disini sudah tergantikan oleh namamu." Ucap Abizar menenangkan hati sang istri yang ada didalam pelukannya.
"Kamu pergi lah jika sudah tidak ada yang ingin dibicarakan." Ucap Abizar pada Sely.
"Tapi mas, aku belum selesai." Ucap Sely yang tak ingin pergi dari ruangan Abizar.
"Apa kamu ingin diseret untuk keluar dari sini?" Ancam Abizar.
"Rendy.." Teriak Abizar memanggil asisten nya.
"Ya, tuan." Jawab Rendy saat pria itu menghampiri nya.
"Usir wanita ini. Dan jangan biarkan dia kembali lagi kesini." Perintah Abizar pada Rendy.
"Baik tuan. Mari nona, anda harus pergi dari sini."
"Tidak mau. Aku ingin tetap disini sebelum Abizar memanfaatkan ku." Tolak Sely tegas.
"Tolong jangan mempersulit pekerjaan saya nona. Mohon kerja samanya." Ujar Rendy.
"Saya bilang tidak mau. Kamu paham tidak sih."
"Jangan salahkan saya jika saya menggunakan dengan cara kasar." Dengan terpaksa, Rendy pun menyeret tangan Sely untuk dibawanya keluar dari ruangan Abizar.
"Lepaskan aku. Mas Abi biarkan aku disini. Maafkan aku mas. Mas, Mas Abi." Mohon Sely supaya Abizar bisa memaafkan nya.
"Sampai kapan pun aku tidak akan memaafkan mu." Ucap Abizar sebelum Sely benar-benar pergi dari ruangannya.
Setelah kepergian Rendy dan Sely, Abizar mengajak istrinya untuk duduk disofa.
"Kita duduk disini." Ucap Abizar.
"Tapi makanan yang berserakan itu bagaimana?" tanya Avica.
"Biarkan saja. Biar nanti dibersihkan oleh OB disini. Sekarang kita duduk dulu." Ujar Abizar.
Avica pun mengikuti perkataan suaminya. Mereka duduk disofa dan Abizar akan berusaha meyakinkan Avica jika dirinya memang sudah tidak punya hubungan dengan mantan istrinya. Sebelum itu Abizar terlebih dahulu menghubungi Rendy.
(Ren, panggil OB untuk membersihkan ruangan saya.)
Setelah itu panggilan terputus. Dan Abizar mulai menggenggam tangan Avica.
"Sayang, kamu percaya kan jika aku tidak memiliki hubungan dengan wanita tadi? Aku sudah tidak memiliki perasaan lagi untuknya. Sekarang hatiku sudah terisi dengan nama mu. Percayalah sayang, aku tidak akan mempermainkanmu." Ucap Abizar meyakinkan istrinya.
"Tapi mas, jika dia masih memiliki perasaan yang sama dan ingin kembali lagi pada mas Abi bagaimana?" Tanya Avica cemas. Jujur saja dirinya tidak akan sanggup jika harus kehilangan Abizar dan Alula. Sebab separuh hatinya sudah ada pada Abizar.
"Jangan cemaskan itu sayang. Itu tidak akan terjadi. Kita akan selalu bersama dalam senang maupun sedih, oke?" Ujar Abizar menenangkan sang istri.
"Baiklah.."
"Kalau begitu untuk mengganti makanan yang sudah jatuh tadi, aku akan memesan makanan baru untuk makan siang kita."
Tak lama seorang OB pun datang atas perintah atasannya tadi. "Permisi tuan. Saya akan membersihkan lantai nya terlebih dahulu."
"Silahkan!" Setelah dipersilahkan OB tersebut pu langsung melakukan pekerjaannya dengan benar.