Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 3
Brian mencekal lengan Tati erat, membuat wanita itu menubruk dada bidangnya yang keras. Rasanya dia benar-benar marah, pria itu mengatakan suaminya menjualnya. Dan bersikap sangat tidak sopan padanya.
Tati mendongak, tatapan matanya sangat tajam. Dia mencoba menunjukkan pada pria yang tengah menahannya itu kalau dia sangat kesal dan tidak terima dengan apa yang sedang pria itu lakukan padanya. Pria itu sangat tidak sopan, berani benar menyentuh sembarangan bagian tubuh Tati.
"Lepas! Aku tidak sudi pria lain menyentuh ku!" serunya dengan penuh emosi, mencoba melepaskan tangan Brian dari lengannya. Dia benar-benar tidak suka sentuhan pria itu.
Dia wajuta yang sudah bersuami. Dia merasa sentuhan pria itu sangat menyakiti harga dirinya. Dia benar-benar ingin secepatnya terlepas. Tati masih berusaha, dia sangat berusaha agar bisa terlepas dari pria itu. Meski sekuat apapun dia berusaha, apa yang dia lakukan itu terkesan sia-sia. Namun dia sama sekali tidak mau menyerah.
Brian yang melihat usaha Tati, menyeringai dengan tatapan mengintimidasi,
"Mulai sekarang, kau harus terbiasa menerima sentuhan dari ku! Karena kau wanita yang sudah aku beli!"
Kata-kata pria itu membuat dada Tati seperti terbakar. Dia sungguh merasa harga dirinya diinjak-injak. Bagaimana mungkin suaminya melakukan hal itu padanya. Dia masih tidak percaya, tapi kenyataannya. Junet pergi dan pintu itu terkunci. Membiarkan Tati berada di cengkraman pria itu. Tati marah, sangat marah.
"Aku bukan barang yang bisa kau beli! Aku seorang istri dari pria yang bernama Junet! Kau dengar itu! Kami bahkan menikah secara sah!" pekik Tati dengan tegas, gak ada rasa takut yang tersirat saat menghadapi Brian. Dia berpikir, alih-alih mengharapkan Junet, lebih baik dia mencoba mengulik etika pria itu.
Pria macam apa yang masih menyentuh wanita yang sudah berteriak dengan lantang. Bahwa dia adalah istri sah orang, istri sah pria lain.
Sayangnya dia sedang bicara dengan orang yang sama sekali tidak perduli dengan segala bentuk etika yang ada di masyarakat. Pria itu, Brian. Pria itu malah menarik lengan Tati, membuat wanita itu meringis kesakitan dengan kaki berjinjit. Laki-laki dingin yang terkenal kejam itu berbisik di telinga Tati.
"Sayangnya aku tidak peduli, mau kamu istri orang aku sama sekali tak perduli. Dengar! kau hanya barang mainan bagi ku! Kau tahu apa artinya! Jika aku sudah bosan, aku bisa memberikan mu pada siapa pun yang aku inginkan! Termasuk menjual mu kembali pada pria hidung belangg....!"
Belum selesai Brian bicara, Tati sudah dengan lantang menyelanya, satu tangannya yang bergerak bebas memukul dada Brian.
Bugh bugh.
"Dasar pria brengsekk! Lepaskan aku! Atau aku akan berteriak!" ancam Tati dengan dada naik turun.
Dia masih berusaha untuk lepas dari pria itu. Meski dalam pikirannya, dia juga sangat yakin. Meski dia berteriak, tidak akan ada yang menolongnya. Jelas-jelas para penjaga itu, adalah orang-orang Brian.
Dia hanya tidak ingin menyerah, dia akan berusaha mempertahankan harga dirinya sebisa yang dia lakukan.
"Teriak saja! teriaklah! yang kuat, yang keras! Mau teriak sampai suara mu habis, gak akan ada yang berani menyelamatkan mu dari ku!" tantang Brian.
Karena memang tempat itu adalah miliknya. Mau bagaimanapun, jika Brian memang tidak ingin membiarkan orang itu pergi. Maka orang itu tidak akan pernah bisa pergi dari tempatnya itu.
Meski dia tahu akan sia-sia, Tati tetap melakukannya.
"Tolong! Siapa pun tolong aku! Ada penjahat di sini!" teriak Tati dengan lantang. Dia benar-benar berusaha, mengharap ada sebuah keajaiban terjadi.
Brian terkekeh, melanjutkan perkataannya dengan tangan lain yang menarik pinggul Tati lalu mencengkramnya erat. Membuat wanita itu merapat pada tubuh depannya. Sementara Tati berusaha menjarak tubuhnya dengan satu tangan mena han di bahu Brian.
Grap.
"Aku belum selesai bicara, sebelum kau menyesal… lebih baik kau dengarkan aku dulu! Aku bisa mempekerjakan mu sebagai wanita penghibur di Town happy! Atau, aku bisa menjual organ tubuh mu yang masih bagus… dengan begitu, aku gak keluar uang dengan percuma hanya dengan membeli wanita bekas seperti mu!" ujar Brian dengan tatapan merendahkan.
"Brengsekk!" pekik Tati.
Brugh.
Brian menjatuhkan Tati ke atas ranjang dengan kasar.
"Akkkhhh! Dasar brengsekk! dasar manusia gak punya hati! Kau iblis!" Tati beringsut menjauh dari Brain.
Dia memaki Brian. Dia benar-benar benci pria itu.
Brian menanggalkan kemeja dan celana bahan yang membalut tubuh dan kaki jenjangnya. Namun netranya menatap Tati dengan tatapan memburu. Bak hewan pemangsa yang tengah bersiap menerkam buruannya.
"Aku memang iblis, kita lihat. Apa kau sanggup melayani Tuan iblis mu ini, Tati! Tuan iblis mu ingin mencicipi tubuh mu. Aku ingin tau, apa benar yang di katakan Junet. Atau kau sama saja dengan wanita penghibur."
Tati lagi-lagi terkejut. Suaminya benar-benar jahat. Kenapa Junet bisa melakukan hal ini padanya. Dia berpikir suaminya orang baik, akan melindunginya. Tapi kenapa malah menjerumuskannya seperti ini. Apa yang sudah Junet katakan, kenapa pria di depannya itu tampak begitu mengerikan.
"Dasar manusia brengsekk, jahat! pergi kau! jangan sentuh aku, Aku tidak suka melihat mu!" seru Tati dengan lantang.
Satu persatu, bantal kepala yang ada di dekat Tati, ia lempar ke arah Brian. Namun tak membuat pria itu mengurungkan niatnya untuk mendapatkan hak nya atas Tati. Wanita yang ia anggap mainan yang sudah ia beli dari Junet. Guna menutupi hutang judi Junet di Town Happy miliknya.
Tati sudah mulai panik. Tidak ada lagi benda tersisa yang ada di dekatnya.
"Menjauh, menjauh dariku! pergi!" pekik Tati yang masih terus berusaha menjaga harga dirinya, "Pergi!" teriaknya sampai tenggorokannya terasa sakit.
Brugh brugh.
Brian merangkak naik ke atas ranjang, hanya dengan sekali tarikan. Berhasil membuat dress minim bahan yang Tati kenakan, gak lagi utuh menutupi pangkal pahanya.
Tati berusaha menutupi tubuhnya dengan tangan. Matanya merah, berkaca-kaca. Tati sungguh ketakutan.
Kain hitam itu bahkan gak bisa lagi menutupi aset berharga Tati dari pandangan Brian. Membuat pria dewasa itu semakin tertantang untuk segera menjamahhnya.
Sreeeek.
Tati menjerit dengan histeris, ketakutan kini menyerang dalam benaknya. Tangisnya pecah, dia benar-benar ketakutan. Sangat takut, harga diriku sebagai wanita, sebagai seorang istri, haruskah hancur seperti ini.
***
Bersambung...