SQUEL "GAIRAH SANG CASANOVA"
SERI KEEMPAT.
#POVPELAKOR
Karena kesalahan di masa lalu, membuat seorang wanita yang kini bekerja di sebuah club' malam bertekad menghancurkan rumah tangga seseorang.
Dia adalah Bianca, wanita cantik dengan tubuh gemulai, juga parasnya yang cantik rupawan. Namun, nasib baik sepertinya tidak berpihak padanya.
Bianca hidup sebatang kara, setelah sang ayah meninggal saat dia remaja. Semua keluarga tidak ada yang sudi menampungnya hingga dia hidup dengan liar di luar sana.
Dan ia merasa semua nasib sial itu akibat perbuatan seorang wanita bernama Joana, yang kini terlihat bahagia dengan suaminya. Hidup penuh tawa, dan bergelimang harta.
Hingga akhirnya Bianca bertekad, untuk menggoda suami wanita itu.
"Bizard Welling Tanson, aku akan membuatmu jatuh dalam pelukanku dan menghancurkan Joana!"
Apa yang membuat Bianca ingin membalaskan dendamnya pada Joana? Cus ikuti ceritanya.
Salam Anu 👑
Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Sikap Joana
Setelah makan malam, Bee dan Joana masuk ke dalam kamar. Seperti biasa sebelum tidur, Joana akan melakukan perawatan wajah terlebih dahulu, dia duduk di kursi depan meja rias, kemudian mulai menggerakkan tangan untuk memakai cream malam.
Bee menatap istrinya yang selalu nampak cantik, dia pun mengulum senyum. Kemudian melingkarkan tangan di sepanjang pinggang Joana.
"Ada yang ingin aku bicarakan, Sayang," ucap Bee seraya meletakkan kepala di antara ceruk leher wanita itu.
Mendengar itu, sontak saja gerakan tangan Joana terhenti, dia menautkan kedua alisnya kemudian menatap pantulan wajah mereka di dalam cermin. "Apa yang ingin kamu bicarakan? Jangan tentang anak, aku malas!"
Tukas Joana dengan wajahnya yang sudah terlihat masam. Dia mewanti-wanti agar sang suami tidak membahas perihal anak, sebab dia merasa jengah dengan itu semua.
Bee terkekeh kecil, "tidak, Sayang. Kenapa kamu suka sekali berpikir buruk?"
Bibir Joana mencebik, dengan bola mata yang mengedip sedih.
"Aku takut kamu menuntutku, karena ketiga saudara kembarmu sudah memiliki anak semua. Padahal anak 'kan titipan, kita tidak tahu kapan dia akan datang," ujar Joana dengan suaranya yang terdengar sendu.
Bee memutar tubuh Joana, hingga mereka berhadapan. Menangkup kedua sisi wajah wanita itu kemudian mengecup bibirnya.
"Aku mengerti, yang penting kan kita selalu berusaha. Aku percaya bila waktunya sudah tepat, pasti dia akan ada dengan sendirinya," balas Bee, menenangkan istrinya agar tidak stress. Dia tahu sebagai wanita karir, Joana pasti lelah, dia tidak ingin membebani ini dan itu hingga membuat pikiran Joana semakin bertambah.
"Lalu apa yang ingin kamu bicarakan?"
Bee menghela nafas panjang, dia berjongkok di depan lutut Joana sambil menggenggam kedua tangan wanita itu.
"Tadi pagi pas aku berangkat kerja, aku tidak sengaja menabrak seseorang. Dia mengalami patah tulang, jadi aku harus bertanggung jawab padanya," jelas Bee apa adanya.
Namun, apa reaksi Joana? Wanita itu terhenyak dengan bola matanya yang menungkik seperti ingin keluar.
Dia melepaskan tangan Bee dengan gerakan sedikit keras. "Cih, pasti semua itu hanya akal-akalan, Sayang. Dia sengaja menabrakkan diri agar mendapat uang. Aku yakin dia orang miskin!"
Bee terperangah, dia langsung berdiri dan menatap Joana tak percaya.
"Sayang, jangan berburuk sangka, bahkan kakinya benar-benar patah, dia tidak akan mungkin berani bertaruh nyawa hanya untuk uang, seandainya dia mati di tempat bagaimana?"
"Aku sudah sering menemui hal-hal seperti itu, Bee!" tukas Joana tak kalah menggebu dari suaminya. "Kamu jangan mudah terpengaruh begitu, yang ada akan ada banyak orang yang membodohimu."
Bee menyipitkan matanya.
"Aku seorang pengacara, Joana!"
"Lalu? Apa ada hubungannya? Bahkan tentang hal seperti ini saja kamu tidak paham!"
Pria tampan itu tampak menghembuskan nafasnya kasar. Dia tidak menyangka bahwa reaksi Joana akan berlebihan seperti ini, akhirnya Bee pun mengalah, dari pada urusan bertambah panjang.
"Baiklah, terserah kamu saja mau berpikir bagaimana. Yang jelas aku akan bertanggung jawab padanya sampai dia sembuh," ucap Bee dengan nada yang sudah melunak.
Namun, Joana malah menggerutu tak habis-habis. Dia memicing kemudian membuang pandangannya, menghindari tatapan mata Bee.
"Sama saja kamu melakukan pemborosan, buang-buang uang hanya untuk menolong seorang penipu!"
Kalimat itu terdengar jelas di telinga Bee, tetapi dia tampak tak peduli. Bee melangkah ke arah ranjang dan memutuskan untuk beristirahat lebih dulu.
Sumpah demi apapun, hari ini dia merasa sangat lelah. Pikirannya berkecamuk, berharap dengan pulang ke rumah, ada seseorang yang dapat menyejukkan hatinya. Akan tetapi Joana malah bersikap acuh tak acuh.
Sabar, Bee. Rumah tangga memang sedikit rumit, berbeda saat kalian sedang pacaran.
Baru saja pria itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tiba-tiba terdengar bunyi ponsel bergetar di atas nakas. Bee meraih benda pipih itu, kemudian membuka isi pesan.
Nomor tak dikenal : [Tuan, ini saya Bianca. Wanita yang tadi pagi anda tabrak. Tolong simpan nomor saya yah. Selamat malam.]
Bee terpaku saat mendapat pesan seperti itu. Untuk pertama kalinya, dia menggerakkan jari untuk menyimpan nomor wanita selain istri dan keluarganya.
[Iya.] balas Bee dengan begitu singkat.
***
Komen, like, sajen jangan lupa Oey, biar uler weling ga galau🤣🤣🤣