NovelToon NovelToon
Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Terjebak dalam Ikatan Cintamu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / LGBTQ / GXG
Popularitas:3
Nilai: 5
Nama Author: Raylla Mary

"Briana Anderson, seorang miliarder berusia 30 tahun, bagaikan menggenggam dunia di tangannya. Dingin, penuh perhitungan, dan pemilik perusahaan multijutaan dolar, ia dikenal sebagai wanita yang selalu mendapatkan segala yang diinginkannya... hingga ia bertemu Molly Welstton.
Molly, yang baru berusia 18 tahun, adalah kebalikan sempurna dari Briana. Polos, pemalu, dan penuh dengan impian, ia berfokus pada studinya di jurusan manajemen bisnis. Namun, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat ketika jalan hidupnya bersilangan dengan CEO paling berkuasa dan posesif di New York.
Apa yang awalnya adalah ketertarikan sederhana, berubah menjadi sebuah obsesi yang membara. Briana bertekad untuk memiliki Molly dalam hidupnya dan akan melakukan segalanya untuk melindungi gadis itu dari ancaman apa pun — nyata atau hanya dalam bayangannya.
Akankah cinta Briana yang posesif dan menguasai cukup kuat untuk meluluhkan kepolosan Molly? Atau justru gairah cemburu si miliarder akan membuat Molly terasa terkurung? Sebuah kisah tentang kekuasaan, kontrol, dan cinta yang menantang semua aturan."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raylla Mary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 34

Di Bawah Tatapan Dunia

London tampak bernapas lebih lambat pagi itu. Langit abu-abu mengumumkan hujan, tetapi jantung Molly berdetak dalam ritme yang tidak menyisakan ruang untuk ketenangan. Duduk di meja rias kamar, dia mengamati bayangan Briana yang sedang bersiap-siap di belakangnya — rambut ditata dalam sanggul yang kokoh, setelan hitam yang pas, tatapan yang fokus dan percaya diri.

Hari itu adalah hari Konferensi Bisnis Internasional, acara publik pertama di mana Briana akan muncul bersama Molly sejak seluruh skandal dengan Isabel Rains.

Media sosial masih mendidih. Beberapa memuji keberanian Briana dalam mengakui cintanya kepada wanita lain. Yang lain, tentu saja, mengeluarkan racun seperti biasa.

Tetapi Briana tampak tak tersentuh.

Setidaknya dari luar.

"Sudah siap?" tanyanya, suaranya tegas namun manis, sambil mendekat.

Molly menarik napas dalam-dalam. "Aku tidak tahu apakah aku akan benar-benar siap untuk ini."

Briana tersenyum, membungkuk untuk merapikan sehelai rambut pirang yang terlepas.

"Kamu tidak perlu siap. Kamu hanya perlu bersamaku."

Kata-kata itu, sederhana tetapi sarat dengan sesuatu yang begitu kuat, cukup untuk menenangkan gejolak di dalam diri Molly. Dia berdiri, memegang tangan Briana dan meremasnya.

"Aku percaya padamu."

"Dan aku padamu."

Acara itu penuh sesak. Kilatan, kamera, mikrofon — semuanya mengarah ke Briana Anderson. Aula Royal Lancaster Hotel berkilauan dalam warna emas dan putih, dan para pengusaha paling kuat di dunia berbaur dalam pakaian yang sempurna.

Begitu Briana masuk dengan Molly di sisinya, gumaman langsung terdengar.

Beberapa bisikan.

Beberapa senyum palsu.

Tetapi juga tepuk tangan — tulus, datang dari mereka yang melihat keberanian di mana orang lain melihat skandal.

Molly menjaga dagunya terangkat, tatapannya terpaku ke depan, seperti yang diajarkan Briana.

"Jangan berikan kekuatan kepada mereka yang ingin melihatmu jatuh," dia ingat kata-kata pengusaha itu.

Isabel Rains ada di sana.

Cantik, sempurna, dibalut gaun perak yang memantulkan cahaya seperti baju besi. Dia mengamati Briana dengan senyum yang dipoles — senyum yang sama dari seseorang yang masih berusaha menyelamatkan apa yang tersisa dari kerajaannya sendiri.

Briana melihatnya. Dan, tanpa mengalihkan pandangan, dia membawa tangan Molly ke bibirnya dan menciumnya dengan elegan, di depan semua orang.

Aula terdiam.

Kamera berderak.

Dan Isabel Rains, untuk sesaat, kehilangan kendali atas ekspresinya sendiri.

Briana melepaskan tangan Molly dan berjalan ke panggung.

Pidatonya dinanti-nantikan — dan ditakuti.

"Selamat malam semuanya." Suara Briana bergema dengan tegas. "Kita berada di era baru. Era di mana kesuksesan tidak perlu diukur dari seberapa banyak kita menyembunyikan, tetapi dari seberapa jujur kita."

Para hadirin mendengarkan dengan penuh perhatian.

Molly, dari samping, mengamati dengan hati yang membuncah.

"Beberapa bulan yang lalu, saya menjadi sasaran kebohongan, pemerasan, dan manipulasi. Tetapi apa yang membuat saya tetap berdiri tegak bukanlah kekuatan nama saya, atau kekuatan perusahaan saya. Itu adalah cinta." Dia berhenti, menatap langsung ke Molly, dan kemudian melanjutkan. "Cinta menyelamatkan saya."

Sebuah gumaman memenuhi aula.

Beberapa terharu. Yang lain mendengus.

Tetapi Briana tidak mundur.

"Dan jika ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi beberapa orang, mungkin karena hidup dengan topeng lebih mudah daripada menjadi autentik. Hari ini, saya memilih untuk tetap menjadi diri saya sendiri. Dan saya memilih dia." Briana mengulurkan tangannya ke arah Molly, memanggilnya ke atas panggung. "Karena dialah yang mengingatkan saya setiap hari bahwa kekuatan hanya berharga ketika dibagikan dengan orang yang membuatmu ingin menjadi lebih baik."

Molly naik, ragu-ragu, jantungnya berdebar kencang. Briana memegang tangannya dan, di bawah sorotan lampu, menyegel momen itu dengan ciuman lembut.

Itu bukan hanya ciuman cinta — itu adalah deklarasi.

Sebuah tantangan.

Sebuah akhir.

Tepuk tangan menyebar.

Kamera menangkap setiap detik.

Dan Isabel, dari belakang, membiarkan gelas sampanye jatuh diam-diam di atas meja, tatapannya dingin dan terluka.

Kemudian, di luar acara, mobil melaju di jalanan London yang basah. Briana menatap ke luar jendela, pantulan lampu melewati wajahnya. Molly berada di sampingnya, dalam diam.

"Kamu luar biasa," katanya akhirnya. "Aku belum pernah melihat yang seperti itu."

Briana menoleh dan mengamatinya dengan lembut.

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya."

"Tapi… kamu tidak takut?"

"Tentu saja aku takut." Briana menghela napas, menjalin jari-jarinya dengan jari Molly. "Tapi rasa takut tidak akan pernah lebih besar dari apa yang aku rasakan untukmu."

Molly menyandarkan kepalanya di bahunya.

"Kamu melindungiku bahkan ketika dunia mencoba menghancurkanku."

"Dan aku akan selalu melakukannya." Briana mencium puncak kepalanya. "Karena sekarang seluruh dunia tahu: kamu adalah hal yang paling penting dalam hidupku."

Malam itu, ketika mereka tiba di rumah, beban eksposur tampaknya menghilang.

Molly menjatuhkan diri di sofa, kelelahan, tetapi tersenyum.

"Kurasa aku tidak akan pernah bisa berjalan di jalan lagi tanpa seseorang menunjuk ke arahku."

"Kalau begitu kamu harus membiasakan diri." Briana tertawa, melepas sepatunya. "Karena sekarang kamu secara resmi adalah wanita Briana Anderson."

Molly berpura-pura memasang tampang marah. "Bagaimana jika aku hanya ingin menjadi Molly?"

"Kalau begitu aku akan menjadi 'wanita Molly'."

Mereka tertawa, akrab, sampai tawa berubah menjadi keheningan, dan keheningan berubah menjadi tatapan yang penuh janji.

Di luar, London tetap dingin dan bising.

Tetapi di sana, di apartemen itu, semuanya terasa hangat.

Briana mendekat, memiringkan wajahnya dan berbisik:

"Biarkan dunia berbicara, sayang. Mereka bisa menulis apa pun yang mereka inginkan."

Molly tersenyum, menyentuh wajahnya. "Asalkan kisah kita terus ditulis oleh dua tangan."

Dan begitulah.

Sementara dunia menyaksikan, mereka menulis — dengan keberanian, keinginan, dan cinta — bab berikutnya dari kebenaran mereka sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!