Kami saling mencintai , pernikahan kami sudah tinggal menunggu hari, tapi sepertinya takdir ku harus berpisah darinya. Karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan calon suami ku meninggal dunia.
Damian, adalah putra semata wayang keluarga Adi ningrat, karena itulah aku terseret dalam masalah keluarga mertuaku saat calon pewaris tunggal mereka telah tiada.
Orang yang telah kuanggap Ibu kandungku sendiri memintaku bahkan memohon kepadaku agar aku mau membantu keluarga mereka.
Betapa terkejutnya aku mendengar permintaan dari calon Ibu mertua ku. Beliau memintaku untuk tidak membatalkan pernikahan .
Aku akan tetap menikah bukan dengan calon suamiku tapi dengan calon Papa mertuaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Bening yang di beritahu kan oleh pelayan bahwa Ibu Widuri dan Bapak Damar sedang menunggu nya di meja makan bergegas turun, Bening yang tadinya tiduran lupa mengikat rambutnya yang bergelombang, meski sebenarnya ikat rambunya berada di pergelangan tangannya
Bening tersenyum ramah menyapa Widuri, saat matanya beralih menatap Damar rasa kesal itu kembali menyelimuti, meski Bening berusaha untuk bersikap biasa saja namun binar matanya tak mampu membohongi kekecewaan yang Bening rasakan pada sosok yang tengah meliriknya.
Acara makan malam berjalan Hening, Bening yang enggan berbicara, Widuri yang juga merasakan ada yang tidak beres dengan hubungan antara suaminya dan Bening turut membisu, Damar selesai lebih dahulu, tanpa kata Damar pergi meninggalkan meja makan, hingga hanya menyisakan Bening dan Widuri.
Widuri memecah keheningan dengan mengajak Bening mengobrol.
"Bening, malam ini waktunya mas Damar bersamamu, kami sudah menghabiskan satu Minggu penuh bersama, kini giliran mas Damar menghabiskan seminggu kedepan bersama dengan mu. mengucapkan itu lidah Widuri Kelu, nyatanya merelakan seorang suami untuk tidur bersama wanita lain tidak semudah yang ia bayangkan, ucapan iklas berbagi itu seperti hanya dimulut saja, nyatanya hatinya tetap ada seklebat rasa cemburu.
Bening terhenyak mendengar penuturan Widuri, Luka dihatinya belum sembuh, rasanya Widuri belum sanggup berdua di dalam kamar bersama Damar.
"Bu tapi saya sedang tidak enak badan!!" alasan Bening.
Widuri menyerengit menatap wanita yang menjadi madunya seperti tidak terima dengan alasan Bening
"Tidur bersama tidak berarti harus melayani kan Bening!!" ucapan Widuri lebih seperti bentakan, dengan mata yang menyorot tidak suka dengan ucapan Bening, sangat kentara Widuri begitu menekankan kata tidak harus melayani, seolah Widuri memberi isyarat kepada Bening seolah terpaksa merelakan suaminya tidur bersama istri muda nya.
Bening terhenyak lagi, kenapa Widuri berubah memojokkan dirinya, seolah Bening yang mengiba untuk dinikahi Damar, nyatanya Widuri lah yang menarik Bening kedalam rumah tangganya.
Kedua tangan Bening saling bertaut dipangkuan nya, gelisah tiada Tara yang Bening rasakan, kenapa hidupnya berubah seburuk ini, saat semua telah ia korban kan demi sepasang suami istri itu nyatanya keduanya seperti Abai dengan perasaannya.
Widuri tersadar telah memojokkan Bening, rasa bersalah melihat gadis yang dihadapanya menunduk
"Maaf Bening, maksud Mama kita harus mendapat perilaku yang sama dari mas Damar, maaf jika mama terkesan memojokkan mu!!" ucap Widuri lirih merasa bersalah pada wanita baik yang sudah rela menolongnya, dalam hati Widuri merutuki dirinya yang tak mampu menguasai rasa cemburu
Bening mendongak, membawa kedua telapak tangan nya diatas meja menyilang kan garpu dan sendok di tengah piring dan berdiri sopan
"Maaf ma, saya kenyang, saya mau beristirahat. tanpa menoleh kebelakang Bening segera berlari kekamarnya
Sedangkan Widuri menutup matanya rapat. menyesali perbuatannya yang seolah memojokkan Bening.
Malam mulai larut, Damar mendatangi kamar Damian, yang sekarang menjadi kamar Bening
Perlahan Damar memutar kenop pintu, bersyukur pintunya tak Bening kunci
Iris hitam itu menyorot wanita yang tidur dengan memeluk figora, perlahan Damar mendekat, nafasnya tercekat melihat tubuh yang pernah dijamahnya
Tubuh putih bersih yang pernah membuatnya melayang karena gejolak nafsu, perlahan Damar mengambil figora yang di dekap erat oleh Bening
Kilatan rasa tak suka terpancar di iris hitamnya, saat mengetahui sosok siapa yang sedang Bening dekap erat di pelukanya.
Sedetik kemudian bingkai figora itu telah terdampar dilantai dengan suara yang mampu membangunkan Bening dari tidurnya.
"Pa pak??" Bening terbata menatap Damar yang menatapnya dengan kilatan amarah.
" Tidak pantas seorang yang telah bersuami masih memikirkan pria lain di hatinya!!" Damar menatap murka Bening.
"A apa maksud Bapak??" Bening gugup luar biasa.
"Meskipun pernikahan kita tanpa cinta tidaklah pantas kamu memikirkan dan mengharapkan pria lain yang menjadi suamimu Bening, Damian sudah tidak ada, harusnya kamu mengubur kenangan itu Karena saat ini akulah yang menjadi suamimu!!" bentak Damar lagi.
Bening beringsut mundur , takut dan juga bingung menjadi satu, Bening masih belum mengerti kearah mana pembicaraan Damar mengingat dirinya baru terbangun dari tidur dalam keadaan terkejut.
Damar mendekati tubuh mungil istrinya, "Ini terakhir kali aku melihat kamu masih menyimpan kenangan Damian, besok aku akan membawamu pergi dari rumah ini, itu berarti dimanapun nanti kamu tinggal jangan pernah lagi kamu menyimpan benda maupun apapun yang berhubungan dengan Damian, sini ponselmu!!" Damar mengambil ponsel Bening di nakas, tanganya menghapus segala sesuatu yang berada di dalam galeri Bening tanpa sisa.
Bening masih terpaku dengan apa yang Damar lakukan, ponsel Bening memang tak pernah memakai kata sandi, namun pantaskah Damar dengan lancangnya menghapus segala sesuatu yang berada di galeri foto dirinya, bahkan tidak satupun diponsel Bening ada foto Damian, rata-rata isi galeri Bening adalah gambar foto kue buatanya.