Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Gus Kais Meradang.
Melani terburu-buru langsung keluar dari kamar Zakia, meninggalkan Zakia yang masih duduk lemas.
"Melani kok pulang, ngak nginap disini saja?" Gus Kais berpapasan dengan Melani.
"Eh-iya Gus, sudah mau magrib juga." Melani nampak terburu-buru berpamitan keluar dari rumah Bu Nyai dan Pak Kiyainya.
Sekepergiannya Melani, Gus Kais malah berdebar-debar ingin masuk kedalam kamar berganti Pakian.
Ia masuk kedalam kamar mendap-endap, sudah seperti maling yang hendak memangsa.
Gus Kais membuka pintu kamar pelan, berharap Zakia tidur agar tidak melihatnya masuk, ternyata duganya salah. Zakia sedang duduk di Sofa, sudah memakai mukenah sepertinya ia hendak shalat Magrib.
Gus Kais berjingkrak kaget, di tambah lampu kamarnya yang begitu temaram, Gus Kais sudah seperti melihat hantu.
"Hahhh..." Gus Kais berjingkrak.
"Eh-kenapa Gus?" Zakia juga kaget, saat melihat Gus Kais masuk kedalam kamar malah mengendap, Zakia menyalakan lampu di ujung Sofa, terlihat wajah Gus Kais nampak panik.
"Kenapa Gus? saya loh ini, bukan hantu." Zakia berjalan menghampiri Gus Kais.
"Eh-kamu sudah sembuh?" ucap Gus Kais datar, namun di balik kegelisahan Gus Kais, di sana ada Zakia yang juga sedang gugup
Gus Kais seketika mengingat bait puisi yang dikirimkan oleh nomer misterius, entah kenapa ia penasaran dan ingin bertanya langsung pada Zakia.
"Zakia..." kalimatnya tertahan...
Zakia langsung gentar, ia sudah faham kalau Gus Kais akan bertanya mengenai nomer yan masuk di ponselnya.
"I-ya Gus, ada apa?" Cahaya di anatara letak berdiri mereka tidak begitu terang.
Saat Gus Kais hendak membuka pembicaraan, tiba-tiba Adzan Magrib berkumandang. "Nanti saja kita teruskan membicarakan ini." Gus Kais langsung nyelonong ke kamar mandi hendak mengambil. Air Wudhu.
"Baik Gus." Zakia menunduk, menarik nafas dalam ia jadikan pilihan.
Gus Kais shalat di mushola pondok, sedangkan Zakia shalat di kamar saat sedang berdoa air matanya kembali jatuh, ia merasa baru saja bahagia sudah sedih lagi, tapi Zakia percaya kalau duka ini tidak akan selalu larut dalam kesedihan.
Setelah selesai Shalat Zakia duduk seperti biasa sambil menderes Mushaf nya.
Sementara Gus Kais masuk kedalam kamar seusai Shalat Maghrib, ia mendengar lantunan suara Zakia yang begitu merdu saat menderes Mushaf hatinya tersentuh, jujur saja tidak ada perempuan yang ia temui begitu lembut dan juga rajin ibadah serta soleha bahkan Ayunda saja tidak ada apa-apanya.
Zakia menutup Mushaf. Gus Kais tersentak dari lamunannya yang sedari tadi memandangi Zakia.
"Assalamualaikum Gus, sudah pulang." Zakia mengulurkan tangan hendak bersalaman.
"Waalaikumsalam." Gus Kais langsung mengulurkan tanganya, punggung tanganya di kecup lembut oleh Zakia.
Gejolak di dada kian membara, tidak bisa di pungkiri Gus Kais diam-diam mulai menyukai Zakia. Namun ingatnya tiba-tiba Kembali pada kiriman bait puisi yang di kirim oleh nomer misterius.
"Kia, ada yang ingin aku tanyakan." ucap Gus Kais, berdiri tepat di hadapan Zakia.
"Iya Gus." Zakia menunduk, hatinya berdebar tidak menentu, antara takut dan Juga sedih. "Kalau Gus Kais menanyakan nomer baru itu, apa yang akan aku katakan?" batin Zakia dalam diam.
"Apa sebelumnya Ustadz Hisyam pernah menyukai mu?" Ucap Gus Kais.
Zakia terperanjat tidak percaya kalau Gus Kais langsung menebak hal itu, Zakia menelan Salivanya ia begitu terkejut.
Namun sebenarnya selepas Shalat Magrib tadi. Gus Kais sudah menemui Ustadz Samsudin dan diam-diam Gus Kais menghafal nomer itu, dan saat di cocokan di ponsel Ustadz Samsudin, ternyata benar itu adalah nomer Ustadz Hisyam.
Zakia mengganga, keterkejutan nya tentu saja membuat Gus Kais semakin curiga. "Tidak Gus, saya tidak pernah dekat dengan siapa-pun." Zakia mengatakan apa adanya karean memang itu kenyataannya ia tidak pernah pacar apa lagi dekat dengan Laki-laki.
"Bohong!" Gus Kais menyangkal, nadanya sulit di artikan anatara marah dan mungkin saja cemburu.
"Hisyam, mengirimkan bait puisi untuk mu, seolah ia pernah berhubungan yang lebih serius dengan mu, katakan yang sejujurnya Zakia! aku tidak suka kebohongan." Matanya menatap sinis, pandangan mata damai saat sore tadi, sekarang berganti menjadi kesinisan.
Zakia terkesiap, nampaknya ia juga terpancing kemarahan itu, di tambah ia sudah berbicara yang sejujurnya tapi Gus Kais malah tidak percaya.
"Gus kau bilang tidak suka kebohongan! bukankah selama ini pernikahan kita juga kebohongan Gus? kita seolah pasangan istri sungguhan hanya di hadapan Abah dan Umi! tapi di saat kita sedang berdua seolah aku tidak pernah Gus anggap ada." Zakia menumpahkan kekesalan hatinya.
Gus Kais tergagap, matanya memanas, tenggorokan nya seolah tercekat yang di katakan Zakia memang benar nyatanya, tapi ia kembali tidak terima.
"Jadi Kau ingin seperti suami, istri sungguhan juga saat sedang di dalam kamar? baik akan aku lakukan!" Gus Kais langsung memegangi kedua lengan Zakia yang masih sedikit panas.
Dengan buas ia langsung menarik Zakia dengan paksa kearah ranjang, menarik atasan mukenah yang masih melekat menutupi Zakia.
"Ini kan yang kamu mau ia hah?" Gus Kais berhasil membuka mukena Zakia, rambut Zakia terurai, Gus Kais dengan paksa menciumi leher Zakia yang jenjang.
"Ini kan yang kamu mau? katakan kalau kau suka ayo katakan!" Gus Kais masih menciumnya namun seolah di campur dengan kemarahan.
Zakia menangis meronta-ronta. "Gus hentikan Gus hentikan." Zakia menangis kali ini begitu tersendu sendu, sampai ia mendorong tubuh Gus Kais, dan berhasil membuat Gus Kais terjungkal ke belakang.
"Ya-Allah, apa yang sudah aku lakukan." batin Gus Kais, saat melihat Zakia terisak dalam.
Gus Kais mengusap wajahnya gusar dan langsung meninggalkan Zakia di dalam kamar yang sedang menangis pilu. Padahal mereka suami istri namun seolah Gus Kais merasa telah melecehkan Zakia.
Zakia masih menangis, Gus Kais sudah pergi meninggalkan kamar mereka. "Kenapa Gus Kais setega ini." Zakia mendekap kedua tubuhnya yang kembali demam, ia bahkan tidak percaya masalahnya akan serumit ini.
.
.
Sementara itu Ayunda sedang asik menghampiri Club malam bersama kedua temanya Sahila dan Juga Arina. ketiganya tampak sedang asik berjoget sambil minum, tampa Ayunda sadari ada Laki-Laki yang hendak mendekati Ayunda.
"Aduh aku ngak kuat nih, kepala ku kliyengan kayanya banyak minum." Ayunda menyudahi minum. Ayunda nampak sempoyongan.
Namun Sahila dan juga Arina nampak terus memaksa Ayunda agar tetap bersama mereka di Club.
"Udah sih nikmati saja, lagi pula untuk apa kamu pulang ke Apartemen, tambah bikin sakit hati kan! pacarmu saja sudah nikah dengan wanita lain Yun!" Sila menuangkan kembali minuman untuk Ayunda, dan memaksanya minum.
Ayunda kembali meminumnya dan ia sudah seperti orang tidak waras, bahkan dengan pedenya meloncat girang seperti ulat bulu.