Permaisuri Idaman

Segerombolan orang-orang yang datang menghadang langsung mengepung rombongan Pangeran Jun dengan jumlah yang banyak. Namun itu tidak membuat satupun dari orang-orang Pangeran Jun gentar karena bagi mereka situasi seperti ini sudah sangat biasa untuk mereka.

"Serahkan barang-barang berharga milik kalian dan semua wanita yang bersama kalian" ucap ketua penghadang itu

"Siapa kalian dan untuk apa barang-barang berharga bagi kalian" pancing Jie

"Kami adalah kelompok Darah Hitam, tidak pandang bulu untuk beraksi siapa saja pasti akan kami hadang jika membawa banyak barang berharga dan juga wanita" katanya

"Tapi kalian tidak cukup banyak untuk mengalahkan kami" sanggah Tei

"Kami berjumlah seratus orang sedangkan kalian tidak sampai setengah dari kami" sombong ketua Darah Hitam.

"Benarkah begitu, nanti kalian menyesal kalau kalah loh" ucap Jei meremehkan mereka yang semakin menyulut amarah ketua kelompok Darah Hitam itu

"Serang dan rebut semua yang mereka miliki" perintah ketua kelompok itu yang langsung di lakukan oleh mereka.

Pertempuran tidak terelakkan lagi antara kelompok Darah Hitam dan para pengawal Pangeran Jun yang memang sudah terlatih dengan baik. Jie, Jei, Tei dan Nam menjadi lebih mengutamakan keselamatan Permaisuri mereka meskipun sang Permaisuri sudah bersama Pangeran Jun namun mereka tetap waspada dengan segala kemungkinan.

Semenjak mereka tahu jika ada orang yang memiliki niat tertentu pada Putri Lie, prioritas utama mereka menjadi lebih terfokus pada keselamatan Permaisuri mereka itu. Jika Permaisuri mereka hilang maka dapat di pastikan kalau tuan mereka akan sangat murka dan khawatir berlebihan dan tidak bisa mengontrol dirinya.

Nam melihat gerakan ketua Darah Hitam yang perlahan menyerang kereta yang di tumpangi tuan Putrinya segera bergerak cepat menghadang. Tei melawan para penjahat yang berusaha membawa para pelayan wanita di bantu dengan pengawal lainnya.

Sedangkan Jei dan Jie tetap siaga di dekat kereta kuda mengawasi setiap gerakan musuh agar tidak mendekat. Jei maju membantu Nam melawan ketua Darah Hitam yang bertarung dengan beberapa anak buahnya melawan Nam yang seorang diri.

Pertarungan terus berlanjut dan hanya menyisakan sedikit dari anak buah kelompok Darah Hitam yang tersisa, sedangkan pengawal Pangeran Jun hanya mengalami luka-luka. Ketua Darah Hitam mundur karena terkena tendangan keras pada perutnya dari Nam, anak buahnya yang berhadapan dengan Jei sudah tidak tersisa lagi.

Sementara Putri Lie yang biasanya tertidur jika sudah di pelukan Pangeran Jun kini tidak tertidur sama sekali, bahkan ia merasa kakinya sudah sangat gatal ingin ikut bertarung dengan yang lainnya. Tetapi karena pelukan sang suami yang sangat posesive itu membuatnya tidak dapat bergerak sama sekali.

Saat pelukan Pangeran Jun sedikit melonggar karena ia sedang melihat situasi di luar sana, kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh Putri Lie yang juga ikut melihat keluar karena rasa penasarannya yang tidak tertahan. Tidak bisa ikut bertarung ya sudah yang penting bisa lihat pertunjukan batinnya.

Pangeran Jun di buat terkejut dengan Putri Lie yang tiba-tiba ikut melihat keluar, bahkan dengan santainya Putri Lie membuka kain jendela yang ada di kereta kuda itu. Segera saja Pangeran Jun menarik dan memeluknya lagi lebih erat hingga Putri Lie kesulitan bernapas.

Putri Lie memukul-mukul tangan Pangeran Jun agar melonggarkan pelukannya dan langsung di lakukan oleh Pangeran Jun yang tahu maksud sang istri.

"Aku tidak bisa bernafas" keluhnya

"Maaf sweetyy, tapi di luar berbahaya jangan lakukan itu lagi ya" kata Pangeran Jun

"Baiklah" jawab Putri Lie cemberut, padahal hanya melihat dimana bahayanya? batin Putri Lie namun tetap menuruti perkataan Pangeran Jun.

Ketua kelompok Darah Hitam yang sempat melihat Putri Lie walau sekilas sangat tergoda dengan kecantikannya dan ia kembali bersemangat untuk memilikinya. Luar biasa pikirnya dengan senyuman liciknya.

Nam dan Jei menyadari arti tatapan dan senyuman ketua Darah Hitam langsung memberi kode pada Jie dan Tei agar memperketat penjagaan di kereta kuda. Sementara mereka membagi perhatian pada ketua dan anak buah kolompok itu yang sudah mulai bergerak lagi.

Dengan cepat ketua Darah Hitam bergerak maju dengan tujuan ke kereta kuda untuk mengambil wanita yang ia lihat. Tapi pergerakannya sudah terbaca oleh Nam dan Jei yang juga bergerak mengahadang hingga pertarungan di mulai lagi.

Karena keadaan sudah sangat mendesak dan anak buahnya sudah berjatuhan di tanah dengan bersimbah darah, maka jalan satu-satunya untuk segera mendapatkan incarannya hanya dengan kelicikan.

Ketua kelompok Darah Hitam menyebarkan bubuk obat bius ke sembarang arah untuk melumpuhkan lawannya yang sudah lebih unggul. Namun ternyata Nam tahu dan segera berteriak.

" Tahan nafas kalian semua" teriaknya kencang agar di dengar semua orang. Pengawal yang mendengarnya segera menahan napas dan menutup hidung seerat mungkin.

Kesempatan itu di gunakan ketua Darah Hitam untuk maju mendekat ke kereta kuda, namun hal yang sangat tidak ia duga terjadi dengan begitu cepatnya. Bahkan semua orang yang sudah berhasil terhindar dari obat itu juga sangat kaget dengan apa yang mereka lihat.

Ketua Darah Hitam sudah terkapar dengan sesuatu yang menancap di lehernya hingga banyak darah yang keluar dari tancapan tersebut. Itu adalah sebuah sumpit yang di siapkan pelayan untuk Putri Lie yang suka makan jika di perjalanan dan kini sumpit itu sudah menancap dan menghabisi ketua Darah Hitam.

Anak buah Darah Hitam yang masih tersisa langsung melarikan diri saat melihat ketua mereka sudah tewas. Sedangkan para pengawal mengira jika pelaku yang melakukannya adalah Pangeran Jun.

Di dalam kereta kuda saat Pangeran Jun memeluk Putri Lie, ia tudak melihat jika musuh kembali menyerang dengan menargetkan mereka. Ketika musuh mulai mendekati kereta, Putri Lie yang dapat melihat melalu tirai yang sedikit terbuka segera bertindak.

Karena tidak dapat banyak bergerak dan tidak punya senjata apa pun, Putri Lie hanya menggunakan sumpit yang baru ia gunakan tadi. Sumpit itu kebutulan dekat dan mudah ia jangkau jadi ketika musuh sudah dekat dan akan menyentuh tirai segera saja Putri Lie menggunakan tenaga dalamnya untuk melemparkan sumpit itu.

Awalnya Putri Lie mengira jika itu akan mengenai bagian wajahnya namun ia salah, tetapi tetap saja ia berhasil ikut bertarung meski tidak banyak mengeluarkan tenaga. Setelah melakukan itu Putri Lie kembali memeluk Pangeran Jun yang sempat melihatnya karena bergerak.

Pangeran Jun mengira jika Putri Lie akan melihat keluar lagi jadi ia menatapnya. Namun yang di tatap justru kembali memeluknya dengan senyuman lega yang membuatnya sedikit bingung. Ada apa dengannya! pikir Pangeran Jun.

Jei langsung mendekat dan mengetuk kereta kuda untuk melapor pada tuannya bahwa para perampok sudah di bereskan semua, juga tetang ketuanya yang sudah di habisi oleh tuan mereka itu.

"Yang Mulia Pangeran semua perampok sudah kalah" lapor Jei.

Mendengar hal tersebut, Pangeran Jun segera keluar dan di ikuti Putri Lie yang sebenarnya tidak di perbolehkan turun, tapi karena ia di rayu dengan ciuman pipi jadilh ia luluh juga dan membawa istrinya turun.

Betapa kagetnya Pangeran Jun ketika melihat ada yang tewas beraimbah darah di dekat kereta kuda. Jika tewas karena tebasan atau tusukan pedang mungkin sudah biasa baginya. Namun kali ini sungguh berbeda baginya yang tidak pernah melihat seseorang tewas hanya karena sumput yang tidak tajam namun dapat melukai seseorang dengan sangat parah.

"Sebagian yang tidak terluka kumpulkan yang tewas dan kuburkan dengan layak, untuk yang terluka segera ambilkan obat dan bantu mereka mengobati luka" perintah Pangeran Jun.

Semua pengawal melakukan perintah tuan mereka sesuai kondisi tubuh mereka. Sedangkan Pangeran Jun yang mengenali sumpit itu sebagai milik sang istri merasa heran kenapa bisa sampai ke leher ketua Darah Hitam, Putri Lie sendiri hanya tersenyum dalam hatinya karena berhasil dengan tembakannya. Huh, aku ini ahli menembak dan bela diri di kehidupan sebelumnya jadi jangan salahkan aku ya karena menggunakan sumpit itu batinya tersenyum senang.