Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Kecewa
"Sshh.. Arrhh. Mengapa sakit sekali." Gumam Hana yang baru saja terbangun dari tidurnya karena merasakan sakit yang amat sangat di bagian kakinya. Hana melihat ke arah jam dinding dan jarum pendeknya menunjuk ke arah angka tiga dini hari. Ia hendak bangkit dan turun ke bawah untuk mengambil es batu guna mengompres kakinya.
Sebenarnya, Semyon sudah memberitahukan Hana jika ia membutuhkan apapun segera memberitahu kepada pelayan agar mereka bisa membantu menyiapkannya. Tapi Hana merasa tak enak, karena posisinya ia pun sama sebagai seorang pelayan di sini. Ia tak mau ada kecemburuan sosial diantara sesama pelayan. Bahkan Hana meminta kepada Semyon agar ia dipindahkan saja ke paviliun belakang, tempat dimana para pelayan beristirahat. Tapi ternyata Daniel tidak mengizinkannya.
Ceklek
Pintu kamar terbuka begitu saja dan menampilkan Daniel yang sedang berdiri di ambang pintu dengan beberapa barang di tangannya.
"Jangan sembarangan masuk ke dalam kamar seorang wanita." Ujar Hana yang terkejut.
"Pintumu tidak terkunci. Bukan salahku." jawab Daniel lalu menaruh barang-barang yang ada di tangannya ke atas ranjang. "Berbaringlah." lanjut Daniel.
"Untuk apa?"
Daniel diam, ia hanya menjawab dengan gerakan matanya yang melihat ke arah pergelangan kaki Hana yang memar dan membengkak. Hana tetap duduk dan tidak mengindahkan perintah Daniel. Kedua matanya terus menelisik ke arah Daniel, takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Atau bagaimana jika saat Hana berbaring tiba-tiba Daniel mencekiknya hingga mati.
"Aku tak akan membunuhmu jika itu yang kau takutkan." ujar Daniel lalu mendorong bahu Hana hingga Hana kembali terbaring di atas ranjangnya.
"Apa kau cenayang?" tanya Hana yang keheranan karena Daniel mengetahui isi pikirannya.
"Bukan hanya itu, aku adalah keturunan dari Baba Vanga (Peramal terkenal dari Bulgaria yang meramalkan perang Rusia-Ukraina)." jawab Daniel seenaknya.
"Ckk yang benar saja." ujar Hana.
Daniel mulai mengompres kaki Hana menggunakan es batu yang sudah ia siapkan.
"Akkh pelan-pelan sialan. Ini sangat sakit." umpat Hana dan refleks kakinya terangkat sedikit dan menampilkan paha bagian dalamnya. "Bagaimana kau tahu kaki ku sakit?" tanya Hana lagi.
"Ck berisik sekali, diamlah dan luruskan kembali kakimu." sahut Daniel.
Ia cukup kesulitan menjaga pandangannya saat Daniel mengompres kaki milik Hana. Pasalnya baru saja ia disuguhkan dengan pemandangan seksi dari kaki jenjang nan mulus dari wanita itu. Tapi untungnya Daniel berhasil menyembunyikan ekspresi di wajahnya, meski sebenarnya jantungnya hampir meledak saat melihatnya. Maklum saja, duda yang satu itu sudah sangat lama tidak mendapatkan jatah untuk mengeluarkan benih-benih premiumnya. Setelah selesai mengompres, Daniel mengoleskan sebuah cream khusus yang ia beli di apotek dua puluh empat jam saat ia pulang dari club.
"Selesai." ucap Daniel.
"Terimakasih, Tuan." Jawab Hana dengan gugup.
Daniel mengangguk lalu membereskan kembali perlengkapan yang tadi ia bawa. "Tidurlah.. Aaa besok kau tak perlu mengenakan pakaian khusus pelayan lagi." ujar Daniel.
"Mengapa? Apa kau akan melepaskanku?" sahut Hana dengan mata yang berbinar.
"Pakaian itu terlalu seksi untukmu." jawab Daniel dengan jujur.
"Apa gunanya jika aku masih harus tetap bekerja sebagai pelayan di sini. Yang ada semua pelayan lain akan memandangku iri jika kau membedakanku."
Daniel mendekatkan wajahnya ke arah wajah Hana, mengikis jarak di antara mereka hingga Hana merasakan hembusan nafas Daniel di hadapannya. "Hana, apa perlu aku menjelaskan lebih dalam lagi?" tanya Daniel dengan berbisik.
Jantung Hana berdetak lebih kencang dari biasanya, ia sangat kesulitan meski hanya sekedar menelan salivanya. Melihat wajah tampan Daniel dengan jarak hanya beberapa sentimeter darinya membuat tubuhnya membeku seketika.
"Tidurlah.. Aku akan keluar." Daniel pun berlalu meninggalkan Hana yang masih membeku di sana lalu menutup kembali pintu kamarnya.
"Haaaaahh...." Hana menghembuskan nafasnya dengan lega. Berada di dalam satu ruangan dengannya membuat ia seakan-akan berada di ruangan sempit dan gelap. Benar-benar menyesakkan.
***
Pagi harinya saat Daniel baru saja menyelesaikan makan paginya, Semyon memberitahukan bahwa ada seseorang yang ingin bertemu dengannya.
"Siapa?" tanya Daniel.
"Garret, Tuan." jawab Semyon.
Seketika rahang Daniel mengeras bahkan kedua tangannya mengepal dengan sangat kencang.
"Antarkan dia ke ruang kerjaku." jawab Daniel lalu dijawab dengan anggukkan kepala oleh Semyon.
Daniel mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja yang beralaskan kaca, menunggu kedatangan Garret di ruangannya.
"Mansionmu luar biasa besar, Kakak." sahut Garret menyampaikan salam pembuka saat ia memasuki ruang kerja Daniel.
"Berhenti memanggilku, Kakak. Aku bahkan tidak mengenalmu." sahut Daniel.
"Ikatan hubungan darah akan selalu kuat, Kak. Bagaimana pun Daddy menyembunyikanku, buktinya kau mengetahuinya juga." jawab Garret sembari berjalan mengelilingi tiap sudut ruang kerja Daniel.
"Itu karena kau dengan sengaja muncul di hadapanku." ujar Daniel yang terus memperhatikan gerak-gerik Garret dan mendekat ke arah pria itu.
Daniel bahkan sudah menyiapkan sebuah pistol untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu yang mengancam.
"Hidupmu sangat nyaman dan tidak serba kekurangan. Sakit sama merasai, senang sama merasa, harusnya seperti itu. Tapi sialnya aku tidak pernah merasakan senangnya." lanjut Garret.
"Tuan, minumannya." Ujar Hana sembari berjalan dengan kaki yang pincang.
Daniel geram karena Hana dengan beraninya melanggar perintahnya untuk tidak memakai pakaian sialan itu. Tapi ia tidak menunjukkan amarahnya saat ini dan membiarkan Hana agar ia segera keluar.
Tapi saat Hana melewati Garret, pria itu bersiul dan terus menatap Hana dari atas hingga ke bawah.
"Terlalu cantik dan seksi untuk ukuran pelayan."
Hana yang mendengar perkataan Garret segera membalikkan tubuhnya dan mulutnya sudah siap untuk mencerca pria sialan itu dengan kalimat-kalimat yang pedas. Tapi belum sempat Hana membuka mulutnya, Daniel memegang tangan Hana.
"Kembalilah dan temui Semyon." perintah Daniel dengan suara yang tegas dan mampu di dengar oleh Garret.
Garret tetap memandang Hana dengan tatapan buasnya hingga wanita itu menghilang di telan pintu.
"Let me guess, wanita itu bukan hanya seorang pelayan. Tapi juga sekaligus penghangat ranjang yang telah lama dingin?"
"Kau lancang, Garret!"
DORR DORR DORR
Daniel geram dan wajahnya penuh kemarahan. Ia menembakkan pelurunya ke arah belakang Garret dan nyaris mengenai telinganya. Ia tak lagi setenang tadi saat Garret tidak membicarakan Hana.
Garret terkekeh, tak ada rasa takut dalam dirinya sama sekali. Seolah sudah terbiasa mendengar suara yang begitu memekakkan telinga itu.
"Jadi dugaanku benar." lanjutnya lagi.
"Kau seolah menantangku, brengsek!" Umpat Daniel.
"Tenanglah, Kak. Ini hanya salam pembuka dari ku setelah pertemuan pertama kita kemarin, dan jangan lupakan keinginanku." ujar Garret terkekeh pelan sembari berjalan menuju pintu.
"Ah ya kapan Kakak akan membawaku bertemu dengan Daddy?" tanya Garret dengan sengaja memancing amarah Daniel lagi.
Daniel hanya diam, dadanya naik turun menahan amarah yang tidak boleh ia ledakkan saat ini juga.
"Aku menunggu waktunya, Kakak ku tersayang."
Garret tersenyum smirk meninggalkan Daniel yang masih berdiri mematung dengan pistol yang masih ditangannya.
Daniel begitu marah dan kecewa. Bukan hanya karena pria itu membicarakan Hana. Melainkan ia kecewa terhadap sang ayah yang ternyata memiliki wanita lain selain ibunya, bahkan sampai memiliki anak yang mungkin usianya hanya berbeda beberapa tahun saja dengannya. Ini berarti perselingkuhan itu terjadi ketika ia dan adiknya Allard masih berusia sangat belia.
Daniel melempar ke sembarang arah pistol yang tadi ia pegang setelah semua isi pelurunya habis. Kemudian ia mengambil senjata yang lainnya jenis revolver laras panjang yang ia letakkan di tempat khusus lalu ia menghujani ruangannya dengan tembakan dan teriakan hingga pelurunya habis tak tersisa. Ia juga merobohkan beberapa rak serta guci besar yang berada di sana. Ruangan itu terlihat seperti lokasi perang dengan segala kekacauannya.
Daniel terduduk lesu, air matanya pun tak mampu ia tahan. Rasa kecewanya begitu besar kepada Dimitri Leonardo Smirnov. Ia memikirkan bagaimana perasaan ibunya jika mengetahui hal ini. Ia pasti akan merasa lebih sakit dan lebih kecewa dari pada dirinya.
TBC