BOCIL HARAP MENEPI DULU.
*
"
Valencia Remi, seorang gadis muda usia 19 tahun dari desa. Dia memiliki rambut hitam panjang dan mata coklat yang indah. Senyumnya manis dan lembut, membuat semua orang jatuh cinta pada-nya. Cia Pergi ke kota jakarta untuk mengejar impian kuliah di universitas.
*
Cia berteman dengan seorang yang sudah lama tingal di jakarta dan memperkenalkan Kehidupan malam kota yang glamor.
*
Cia mulai terjebak dalam pergaulan bebas dan mengenal Aksa yang menawarkan Kehidupan mewah.
*******
"Jadi Cewek Gue, makan seluruh kehidupan Lo....Gue yang tanggung." Kata Aksa.
*
"Kamu tau kan ? Aku sudah punya pacar." Jawab Cia.
*
*
Penasaran dengan pilihan Cia ? Yuk ikuti kisahnya..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Cemburu
0o0__0o0
Sepulang kuliah, Cia langsung pulang ke kos. Mau apa lagi? Kerja pun tidak, padahal dia sebenarnya ingin mengambil shift paruh waktu. Tapi Aksa selalu melarang, katanya terlalu berbahaya kalau pulang malam. Itu membuat Cia kesal.
Begitu masuk kamar, Cia membuka buku kuliahnya. Ia tahu akhir-akhir ini fokus belajarnya kacau gara-gara ulah Aksa. Ia harus kembali menata diri, nilainya tidak boleh turun.
Saat hendak mengambil pulpen di dalam tas, tangannya justru menyentuh dompet. Ketika dibuka, terlihat segepok uang ratusan ribu dan beberapa kartu baru yang entah sejak kapan ada di sana.
Cia langsung tahu itu ulah Aksa. Awalnya Ia menolak pemberian itu, tapi keadaan memaksanya. Uang saku dari orang tua terhenti karena gagal panen di kampung. Meski berat, kali ini Cia menebalkan muka menerima bantuan Aksa.
Namun dalam hati ia bertekad: ia tidak mau selamanya bergantung pada cowok itu. Status mereka pun tidak jelas.
Beberapa jam belajar, Cia memutuskan pergi belanja ke supermarket. Kebutuhan sehari-harinya sudah hampir habis. Ia masuk, mengambil keranjang, lalu asyik memilih barang.
“Bruk!”
Keranjang di tangannya terlepas saat ia menabrak seseorang.
“Lo nggak apa-apa?” suara datar tapi lembut menyapa-nya.
Cia mendongak. Ternyata itu Rava, teman satu fakultas Aksa. Ia nyengir malu. “Aku nggak apa-apa, kok. Maaf ya, nggak sengaja.”
Rava hanya mengangguk santai, lalu mengambil-kan keranjang yang jatuh. “Nih, hati-hati. Gue duluan, ya.”
Setelah berpisah, Cia kembali belanja. Keranjang-nya penuh, lalu ia menuju kasir, membayar, dan keluar. Di luar, tiba-tiba terdengar suara motor.
“Cia,” panggil Rava datar. Ia masih duduk di atas motor sport, rokok terselip di jemari.
“Eh, kamu belum pulang?” tanya Cia heran.
“Belum. Mau bareng?” tawarnya singkat.
Cia tersenyum kaku. “Nggak usah, Rav. Kosanku deket kok.”
Rava mengangguk, tidak memaksa. “Yaudah, hati-hati.”
Cia akhirnya naik ojek, membawa dua kantong plastik besar.
0o0__0o0
Sesampainya di kos, ia terkejut melihat mobil Aksa sudah terparkir. Degup jantung-nya bertambah cepat. Begitu membuka pintu kamar, matanya langsung menangkap sosok Aksa, bertelanjang dada santai menonton TV di ranjangnya.
Cia menghela napas kasar, meletakkan belanjaan. “Ngapain ke sini, Sa ?” tanya-nya.
“Gabut. Makanya main ke sini,” jawab Aksa santai.
“Kenapa nggak bilang kalau mau belanja? Aku bisa anterin,” protes Aksa saat melihat Cia menenteng kantong plastik.
“Lagi gabut, jadi belanja sendiri,” balas Cia, menirukan nada cowok itu.
Aksa manyun, “Valen, aku lapar.”
Cia mendesah pasrah. “Mau makan apa? Aku pesenin.”
“Kalau bisa, makan kamu aja,” godanya mesum.
“Yang bener, Sa.” Dengus-nya sebal. Aksa hanya terkekeh.
Cia baru saja selesai menata belanjaan-nya ke lemari kecil di pojok kamar. Begitu menoleh, matanya langsung terpaku pada dada Aksa yang telanjang, santai rebahan di ranjang sambil main HP.
Ada tato kupu-kupu baru yang menghiasi kulitnya, sayapnya membentang indah dengan detail tulisan kecil di dalamnya.
“Sa…” panggil Cia pelan, mendekat sambil mengernyit penasaran.
“Hm ?” Aksa menoleh sekilas, lalu kembali menatap layar HP-nya.
Cia duduk di tepi ranjang, matanya menyorot tajam ke arah dada Aksa. “Itu tato baru ya? Bagus banget.”
Tangan Cia refleks menunjuk ke tato itu, lalu senyumnya merekah. “Aku juga mau dong… tapi bikinin yang gambar kucing.”
Aksa spontan menoleh cepat, menatap Cia dengan wajah serius. “are you serious? Hah? Tato kucing?” tanyanya setengah ngakak.
Cia mengangguk mantap, wajahnya polos tanpa beban. “Iya, kucing gendut, lucu gitu. Terus di bawahnya di tulis nama aku. Biar semua orang tau, kucing-nya punya ku.”
Aksa langsung menutup wajahnya dengan tangan, antara pengen ketawa dan gemes. “Valen, Valen… lo pikir tato itu kayak main stiker, bisa di tempelin suka-suka?”
Cia manyun, tangan-nya mengelus dada bidang Aksa seolah sedang menilai hasil karya. “Emang nggak bisa? Kan tinggal digambar pakai kuas.”
“Pakai kuas apaan?!” Aksa sampai refleks nyentil kening Cia.
“Tato itu pakai jarum, bego. Sakit. Lo tuh belum tentu kuat.” sambung'nya menjelaskan.
Cia meringis sambil mengelus keningnya yang disentil. “Iiihhh…emang-nya aku anak kecil apa ? Aku kuat kok. Kamu aja lebay.” Balas-nya sebal.
Aksa menurunkan HP-nya, menatap Cia tajam tapi senyum miring sudah muncul di bibirnya. Tangan besarnya tiba-tiba menarik tubuh Cia, membuat gadis itu terjatuh ke pangkuan-nya.
“Coba sini…” bisik Aksa, jarinya menyusuri pelan lengan Cia sendiri seolah menggambar. “Lo beneran mau tato kucing? Gini nih rasanya.”
Cia menggeliat, wajahnya memerah. “Ih, geli, Sa… udah ah!”
Aksa terkekeh, matanya berbinar penuh rasa gemas. “Liat tuh, baru digaruk aja udah ngibrit. Gimana mau di tusuk jarum beneran?”
Cia menggembungkan pipinya, lalu membalas dengan nada ngeyel, “Pokoknya aku mau tato kucing. Kalau kamu bisa tahan sakit, aku juga bisa!”
Aksa menatapnya lama, lalu tiba-tiba senyum miring penuh arti. “Ya udah… kalau gitu biar gue aja yang bikinin. Gratis, desain khusus, cuma buat lo.”
Cia berkedip polos. “Serius ? Kamu bisa bikinin ?”
“Bisa.” Aksa mencondongkan wajahnya makin dekat, suaranya rendah menggoda. “Tapi alatnya beda. Jarum-nya pakai… bibir gue.”
Cia langsung membelalak, wajahnya merah padam. “SA! Ih, mesum banget!”
Aksa meledak ngakak, tangannya mengacak rambut Cia dengan gemas. “Makanya jangan polos-polos banget kalau ngomong. Gue jadi pengen macem-macem.”
Cia cuma bisa manyun sambil menepuk dada Aksa. “Dasar buaya.”
Aksa tersenyum puas, meraih dagu Cia dan menatap matanya lekat. “Iya, gue buaya. Tapi buaya yang cuma doyan satu orang…dan itu lo.”
Cia hanya mendengus sebal, "Gambar kupu-kupu nya bagus... tapi itu apa ? LB ? VZ ?” tanyanya polos tapi penasaran.
Aksa hanya menyeringai, “Itu nama orang yang gue sayang,” jawabnya tenang.
LB ( Little Bunny )
VZ ( VALEN AZKA )
Hati Cia langsung tercekat. Jadi... ada cewek lain ? Dadanya sesak, wajahnya masam. Tapi Ia tak berkata apa-apa lagi.
Tak lama kemudian, Aksa menurunkan Cia dari atas pangkuan ke samping ranjang. Tangannya mengacak gemas rambut Cia.
"Sana ganti baju, kita makan di luar aja." Katanya sambil bangkit dari ranjang. Lalu jalan ke luar. “Jangan dandan cantik, polosan aja,” Sambung-nya.
Cia menuruti, meski hatinya kesal. Ia memakai dress putih sederhana, wajah tanpa make up. Tapi justru itu membuatnya tampak makin manis.
0o0__0o0
Di dalam mobil, Cia hanya diam. Wajahnya cemberut, kedua tangannya menyilang di dada. Dress putih tulang yang ia kenakan membuatnya terlihat polos, tapi justru makin mempertegas aura ngambeknya.
Aksa sempat melirik sekilas. Alisnya terangkat heran.
“Valen...” panggil Aksa dengan suara rendah, masih fokus ke jalan.
Tidak ada jawaban.
Aksa menghela napas, lalu kembali mencoba. “VALENCIA,” kali ini lebih tegas, tapi tetap dengan nada sabar.
Cia semakin buang muka, menatap jendela.
“Kamu kenapa? Laper? Atau lagi pengen sesuatu?” tanya Aksa hati-hati.
“Enggak,” jawab Cia singkat.
Aksa mulai resah. Ia tahu kalau cewek ini lagi ngambek, tapi kali ini beda. Diamnya bikin suasana mobil makin panas.
“Aku ada salah ya sama kamu?” tanya-nya lagi, menahan diri biar nggak ikutan emosi.
Cia menoleh cepat, menatap tajam, tapi nada suaranya justru terdengar lebih manja ketimbang marah.
“Ngapain sih bikin tato pake inisial orang lain ? Emang aku siapa buat kamu ?” Cia meledak.
Aksa sempat terdiam, lalu tersenyum tipis. “Oh, jadi kamu cemburu...”
“Siapa yang cemburu !” bantah Cia cepat.
Wajah Cia semakin merona. “Aku cuma nggak suka aja. Nggak jelas gitu tato-tatoan pake nama cewek lain.” Sambung-nya sebal.
Aksa terkekeh kecil, lalu mendekat sedikit. “Hem, kamu lucu kalau lagi cemburu. Tapi percaya deh... yang ada di hati aku cuma kamu.”
Cia langsung salah tingkah. Ia ingin tetap ngambek, tapi dalam hati sedikit lega dengan jawaban itu. Sayang-nya gengsi-nya terlalu tinggi untuk mengakui-nya.
“Ngomong aja pinter. Dasar buaya,” guman'nya pelan, tapi cukup terdengar Aksa.
Aksa cuma tersenyum miring, jelas puas melihat Cia makin gemas dan salah tingkah.
Mobil Aksa berhenti di depan warung ayam geprek langganan Cia. Biasanya, momen ini bikin Cia semangat. Tapi kali ini dia masih manyun.
“Ayo turun, Hem,” ajak Aksa sambil membuka sabuk pengaman.
BRAKK!
Cia justru membanting pintu mobil keras-keras dan langsung melenggang masuk ke dalam warung tanpa menoleh. Aksa sampai mengelus dada, menahan sabar.
“Cewek satu ini... kalau lagi cemburu bisa lebih horor dari dosen killer,” gumam-nya.
Di dalam warung, Cia sudah duduk dan memesan.
“Buk, ayam geprek level paling pedes dua, sama es jeruk dua ya.”
Aksa buru-buru menyusul, lalu duduk di sampingnya. Wajahnya menahan gemas.
“Valen, kenapa sih harus banting pintu segala? aku salah apa lagi ?” tanya Aksa, nada suaranya mulai risau.
Cia melotot sebentar, lalu menoleh ke arah dada bidang Aksa yang bertato kupu-kupu.
“Itu... inisial di tato kamu. LB sama VZ. Gue nggak suka.”
Aksa tersenyum miring, tangan-nya dengan iseng langsung memiting wajah Cia ke dalam ketiaknya.
“Ah, jadi dari tadi kamu ngambek gara-gara tato ? Dasar bocah cemburuan.” Ejeknya. Namun dalam hati terwah puas.
“Aksa! Lepasin, jijik tau !” Cia berontak, suaranya agak keras sampai orang-orang melirik.
Tapi Aksa malah makin menekan wajah Cia ke pelukan-nya. “Udah, ngaku aja kamu cemburu. Biar aku tenang.”
Cia makin kesal, sampai akhirnya emosi meledak. “LEPAS! Dasar ANJING!” umpatnya keras. Ia kesal lantaran Aksa pasang tato nama cewek lain.
Semua orang di warung sontak menoleh. Aksa terdiam, matanya langsung menajam. Itu pertama kalinya Cia berani mengumpati dirinya.
“Ulangin,” suara Aksa dingin, penuh penekanan.
Cia menatap balik, bibirnya maju sedikit. “ANJING...!”
Detik itu juga, Aksa menekan tengkuknya dan melumat bibir Cia dengan kasar, seolah melampiaskan seluruh emosinya. Ciuman itu begitu menggebu, hingga Cia tak bisa berkutik.
Sadar nggak bisa melawan dengan tenaga, Cia langsung mencubit keras perut Aksa. Ciuman terlepas, dan tanpa pikir panjang, tangan'nya melayang ke wajah Aksa.
PLAKK!
Tamparan Cia mendarat telak di pipi Aksa. Suara tamparan itu menggema, membuat pengunjung dan penjual warung meringis ngeri.
0o0__0o0
lgsg hapus dari daftar perpus
/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
katanya paling jagoan, terutama Aksa.
Aksa terlalu lemah kalo bersangkutan dengan cia, kalo kamu gitu para musuhmu mudah dong ngalahin kamu??