Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Dua
Arka merasakan deguban jantungnya begitu memburu. Ia menarik nafasnya dengan berat, lalu menghelanya dengan kasar berulang kali.
Setelah merasa normal, ia beranjak dari tempatnya, dan menuju kamar. Langkahnya terlihat gontai. Ia menyapu wajahnya, dan mencoba menghilangkan bayangan tentang sang iblis yang baru saja ia lempar dengan penyapu saat tadi.
Bulu kuduknya meremang saat membayangkan wajah menyeramkan tersebut. "Dasar iblis, kalau nongol itu minimal cantik dikit," gerutunya dengan kesal, lalu menggedikkan pundaknya. "Heeerrr..." ia berguman sembari bergidik.
Setibanya ditepian ranjang, Ia melihat Gita masih dalam kondisi tenang, dan terlihat sangat lelap dalam buaian mimpi yang mungkin saja akhir-akhir ini sangat jarang ia temui.
Arka memperhatikan wajah sang wanita yang masih tertidur pulas. Saat ini terlihat seperti semula, saat bagaimana pertama kali mereka bertemu, dengan kecantikan yqng alami, dan begitu teduh.
Sesaat ia merasa sangat bersalah atas segala hal yang ia lakukan beberapa hari ini. Ia tidak dapat mengontrol emosinya, dan bahkan hampir saja berusaha untuk membunuh wanitanya jika saja menurutkan hatinya yang seolah sedang diduduki oleh setan.
Arka merunduk, lalu mengecup kening sang istri. "Maafin, Mas--ya," bisiknya penuh penyesalan. Sepertinya malam ini ia sedikit tenang, dan entah apa sebabnya hal itu terjadi.
Arka duduk ditepian ranjang. Ia mengingat peristiwa sore tadi, saat dimana ia menemukan Raihan bersama dua orang yang tidak begitu dikenalnya.
Maklum saja, Arka termasuk orang yang sibuk, sehingga membuat ia tidak begitu mengenali setiap warga disekitar komplek, hanya sebagian saja, itupun yang selalu berpapasan dan juga menjadi tetangganya disekitar rumah.
Ia mencegah pasangan suami istri tersebut yang ternyata berbelok ke arah odong-odong yang menyediakan berbagai model mobil-mobilan dengan bentuk yang lucu.
Arka menepikan motornya. Lalu menghampiri mereka. "Raihan," panggilnya dengan perasaan campur aduk. Antara rindu dan juga penasaran mengapa puteranya dibawah oleh keduanya.
"Papa," sahut Raihan saat berada didalam gendongan seorang wanita.
Sontak saja wanita itu menoleh ke arah Arka dengan wajah yang sulit dijelaskan.
Ia terlihat sangat resah dan serba salah, apakah senang atau sedih karena Raihan telah bertemu dengan papanya.
"Kamu siapa? Kenapa puteraku bersama kalian?" tanya Arka dengan penuh selidik.
"Saya temannya Gita. Saya terpaksa membawa Raihan, karena kondisi Gita yang tidak memungkinkan untuk merawat puteranya, sedangkan papanya tidak perduli." sahut Nita dengan menyindir.
Arka terdiam. Ia merasa serba salah, sebab saat ini ia tidak menyadari apa yang telah dilakukannya.
"Maafkan saya telah merepotkan kalian, saya ingin membawa Raihan pulang." ucapnya pada Nita, sembari menjulurkan tangannya untuk menggendong Raihan.
"Ndak au, ndak au, momok," ucap Raihan dengan wajah ketakutan, dan ia menyembunyikan wajahnya didada Nita untuk berlindung.
"Raihan tidak ingin pulang ke rumah orangtuanya. Ia selalu berteriak dan menangis saat tiap kali dibawah pulang ke rumah kalian," sahut Nita. Ia ingin memberitahu sesuatu pada Arka, tetapi apakah pria itu juga akan menyangkalnya? Sama saat ia memberitahu Gita sebelumnya
"Tapi saya papanya, saya memiliki hak untuk membawanya," Arka mencoba mengeraskan pendapatnya.
Nita menatapnya dengan geram. "Ya, kamu papanya. Tapi kemana saja kamu selama ini? Saat ia diabaikan, dan kamu sibuk dengan wanita lain, hingga membuat Gita depresi!" sanggah Nita dengan kesal.
Arka tercengang mendengar tuduhan Nita padanya. "Aku tidak berselingkuh seperti yang kau tuduhkan, aku hanya...," Arka tak melanjutkan ucapannya.
"Sudahlah! Sebaiknya rawat saja Gita sampai sembuh, setelah itu kamu silahkan ambil Raihan, dan untuk saat ini biarkan aku yang mengurusnya, sebab mengurus Gita jauh lebih merepotkan!"
Seketika Arka semakin bingung, mengapa wanita itu mengatakan hal.demikian.
"Apa maksudmu?"
"Apa maksudku? Makanya anda itu dirumah kalau malam. Atau setidaknya pulang kerja langsung kerumah, bukan tidur diluaran!" sindir Nita dengan rasa kesal.
Ingin rasanya ia meninju Arka saat ini, karena dianggap tidak peka terhadap apa yang terjadi selama pertikaian suami dan istri itu lakukan.
"Aku hanya ingin membawa Raihan, lalu mengapa kau memarahiku hingga merembet kemana-mana?" Arka mulai kesal menghadapi hujatan dari wanita yang dikenal sebagai ras terkuat dibumi.
"Sembuhkan saja Gita dahulu. Aku merasa kalian butuh diruqyah, dan jika Gita bisa sembuh, maka cari aku dikomplek B, dengan nama Nita, kau dapat jemput Raihan!" Nita mencolek pinggang suaminya, agar mereka naik ke motor dan meninggalkan Arka yang mencoba mencegah mereka. Namun sialnya Raihan justru mengabaikannya.
Jika saja ia berteriak penculik, pasti akan banyak yang menolongnya, namun bagaimana jika kenyataannya Raihan tidak mau ikut dengannya? Bisa jadi itu berbalik menjadiikan dirinya tertuduh.
Arka mengingat kata Ruqyah... Apakah itu tandanya jika selama ini ia sedang ditempeli syetan yang mencoba menghuni ruang hatinya, sehingga mengendalikan semua kerja otaknya yang selalu didorong untuk berbuat segala hal buruk.
Pria itu mengusap wajahnya. Mungkin ucapan Nita ada benarnya, diamana ia dan juga Gita selalu saja bertengkar, bisa jadi ada seseorang yang berusaha merusak rumah tangganya, namun siapa?
Arka menaiki ranjang. Ia mencoba untuk tertidur disamping sang istri. Mungkin ia akan mencari bantuan spritual untuk mengusir pengaruh negatif yang bisa saja saat ini sedang bersarang disalam hatinya dan juga Gita.
Pria itu mencoba memejamkan keduanya matanya, ia ingin tertidur dengan tanpa gangguan apapun.
Sementara itu. Disebuah rumah gubuk yang cukup sangat memprihatinkan, terdapat seorang pria yang sedang membaca mantra dan menentang Sang Pencipta untuk beradu kekuatan.
Langit malam yang begitu gelap, tampak tidak adanya bintang dilangit, bahkan rembulan memilih sembunyi dibalik awan hitam yang semakin menebal.
Tangannya sibuk dengan seekor ayam cemani yang sudah ia sembelih mengguanakan kerisnya.
Darah ayam yang berwarna hitan itu ia tampung menggunakan sebuah wadah, lalu ia teteskan pada bara api yang memerah disertai taburan kemenyan yang semakin membuat kepulan asap yang semakin meliuk dan menebal.
Sebuah mantra ia lantunkan untuk memanggil para penghuni kegelapan yang saat ini adalah waktunya untuk saling keluar dan berkumpul.
Duuuuuar
Suara petir terdengar membelah cakrawala yang terus menggelap dan tertutup awan gelap.
Perlahan ia meraih sebuah boneka dengan foto seorang wanita yang dibalut dengan kain kafan.
Ia menetesi boneka dengan darah ayam cemani yang telah ia sembelih.
Lalu memanggang boneka tersebut diatas bara api yang tampak memerah sembari menusukkan ujung keris kearah perut benda yang berbalut kain kafan tersebut.
Awan hitam bergulung-gulung, lalu terlihat kilatan halilintar yang disusul oleh suara petir yang menggelegar.
Pria itu tersenyum sangat misterius, dan saat bersamaan, Gita yang tadinya tertidur lelap, tiba-tiba saja membeliakkan keduanya matanya.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔