Sahara 2 Dua Pelindung Perjodohan Darah

‎"Jadi ini yang sudah buat Kiai tampan Ibunda jadi harus kena marah Bu nyai cantik" gumam Argadana menatap seorang lelaki yang sedang mabuk di sebuah bar di desa tempat pesantren Adrian berdiri.

‎"Modelan seperti ini ingin membuat nama Kiai tampan Ibunda hancur? Padahal dia sendiri yang menghancurkan nama baiknya sendri dengan datang dan membuka tempat seperti ini di sebuah desa yang masih menjunjung tinggi nilai agama" ucap Anggadana

‎"Beri dia pelajaran, agar dia tidak berani lagi membuka tempat hiburan di manapun" bisik Argadana

‎ Mereka berdua mulai berjalan mendekati lelaki itu yang masih mabuk di atas sofa tempat hiburannya itu.

‎ Kletak. Kletak.

‎ Anggadana sengaja menghentakkan kakinya pada sebuah meja bar yang berada di sana. para pengunjung mulai ketakutan, karena suara itu bukan berasal dari musik yang di putar melainkan dari arah lain.

‎"Apa itu? Hentikan musiknya!" teriak seorang pengunjung

‎"Suara apa itu?"

‎"Sepertinya dari arah atas"

‎ mereka mendongak ke atas dan mata mereka terbelalak saat melihat banyak kelelawar yang ada di atas eternit tempat hiburan itu, bahkan kelelawar itu juga beterbangan setelah lampu menyorot ke arah para kelelawar yang jadi peliharaan Argadana dan Anggadana.

‎"Aaakhh! Tolong! Kenapa tiba tiba banyak kelelawar di sini!" teriak pemilik tempat itu

‎"Pak, semua minuman tiba tiba saja pecah karena di jatuhkan kelelawar kelelawar itu" ucap seorang pelayan yang bekerja di sana

‎"Cepat usir gerombolan kelelawar itu! Jangan sampai usahaku jadi semakin rugi, ini semua karena pesantren itu, mereka pasti menggunakan hal hal mistis untuk mengirimkan kelelawar kelelawar ke sini!" umpatnya.

‎"Tapi bos, Kiai Adrian bukan orang yang seperti itu, dia itu sangat di hormati para masyarakat di sini, di tambah dengan nama besar kakeknya dan ayahnya" ungkap seorang pelayan.

‎"Pasti dia itu punya bekingan orang dalam, kalian cari saja orang pintar, aku akan santet orang itu!" jawabnya

‎"Baik bos" jawab para anak buahnya

‎"Tidak semudah itu fulgoso!" ledek Anggadana menari di atas panggung tempat itu meski sosoknya tidak dapat dilihat siapapun di sana.

‎ Kletak. Kletak.

‎ Kali ini suara suara itu itu terdengar di semua sudut ruangan tempat hiburan itu. Semua pengunjung bahkan sudah berlarian ke sana kenari karena takut dengan kelelawar yang masih setia berterbangan di sana.

‎ Bruk.

‎"Aws... Cepat usir semua kelelawar kelelawar itu! Kenapa kalian malah diam saja! Lakukan sekarang atau kalian akan saya pecat!" perintah orang itu yang di pukul Argadana

‎"Baik bos, tapi kelelawar itu bahkan menggangu semua pengunjung dan tidak segan segan menggigit mereka" ucap manager tempat itu

‎"Aku tidak peduli yang aku mau sekarang adalah kelelawar itu pergi dari tempatku!

‎ Orang itu terus berbicara dengan nada sombong dan arogan, Argadana yang tidak suka dengan kelakuannya langsung mengambil satu ekor lebah dan dia menyengatkan di bibir lelaki itu hingga dia memekik kesakitan dan berguling guling di lantai tempat hiburan itu.

‎"Aaakhh bibirku!" teriaknya membuat semua anak buahnya kebingungan.

‎"Bos, bibir anda...."

‎ Tiba tiba saja anak buah dan karyawan di sana saling tatap karena kejadian ini benar benar aneh, mereka langsung berpikir kalau mungkin bos mereka itu kena azab karena terus terusan mengumpat padahal seharusnya dia beristighfar.

‎"Bos, kami mau mengundurkan diri bos" ucap karyawan perempuan yang sejak tadi bersembunyi karena takut pada kelelawar yang tidak segan menggigit orang itu.

‎"Kalian pikir bisa pergi dari sini dengan mudah! Mungkin hari ini kamu bisa pergi, tapi nanti kalian akan kembali setelah pesantren itu berhasil aku hancurkan" sinis orang itu

‎ Plak.

‎"Sombong! Allah SWT sangat tidak menyukai orang orang yang sombong!" bentak Anggadana menampar pipi orang itu hingga semua orang benar benar pergi karena takut setelah mendengar suara tamparan tapi sosok yang menampar sama sekali tidak terlihat.

"Kamu sudah membuat leluhur di tanah ini murka karena sudah berani melakukan kejahatan di tanah ini! dan dengan berani membuka tempat seperti ini di lingkungan yang berisi orang orang Soleh!" bentak Anggadana menggelegar di setiap sudut tempat itu

"Akh ampun, ampuni aku, aku tidak akan melakukan kejahatan lagi" ucap lelaki itu lirih

"Sebaiknya memang begitu! Karena aku tidak Sudi tempat tinggalku di isi orang orang seperti kalian!" bentak Argadana

Dengan langkah cepat dan bibir yang masih ngilu juga bengkak, lelaki itu berlari mencari perlindungan, dia benar benar takut dan kapok berurusan dengan Adrian mulai saat itu.

‎********

‎"Katakan yang jujur pada para polisi ini, kami sudah tahu semuanya, kamu di suruh orang untuk melakukan ini kan?" tanya Dimas

‎"Saya tidak tahu" jawab Widuri

‎"Astagfirullah, percuma Dim, biarkan saja polisi membawanya, toh semua bukti juga sudah di serahkan, pesantren ini harus di bersihkan dari orang yang otaknya yang hanya terisi oleh keinginan untuk merusak rumah tangga orang, dia adalah pengikut setan ya tidak tahu diri" ungkap Abidzar.

‎"Kami akan memeriksa saudari Widuri terlebih dahulu, setelah bisa di pastikan kalau ini memang tindak pidana, maka status nona Widuri akan jadi tersangka dan akan di penjara cukup lama" ucap seorang anggota polisi

‎"Terima kasih pak, tolong jaga ketat dia jangan sampai dia Kabur lagi dan berusaha menjebak pasangan lain yang hidup harmonis" ucap Dimas

Para polisi itu langsung membawa Widuri ke luar dari pesantren, banyak orang di Sana yang merasa lega karena akhirnya Kiai Abah mereka bisa bebas dari tuduhan dan juga keinginan aneh Widuri. Dimas bahkan sampai meminta seseorang untuk memastikan kalau Widuri tidak lepas dan membuat para wanita lain menangis.

‎ Dhuar.

‎"Astaghfirullah, suara apa itu Abah?" tanya Dimas memeluk Kania yang jiga terkejut

‎"Anak anak kamu sudah mulai membuat keributan di tempat bermain mereka, sepertinya mereka akan pulang kampung dalam keadaan senang karena bisa bermain dengan bebas Tanpa di larang" jawab Adrian lalu memilih untuk masuk kembali ke dalam rumahnya bersama Sari.

‎"Bersiaplah, besok kita akan berangkat pagi pagi, aku ingin sampai di Curug sebelum ashar" ajak Dimas

‎"Tapi apa yang di lakukan Argadana dan Anggadana kak?" tanya Kania

‎"Mereka membuat kembang api dan meratakan tempat itu jadi tanah, karena orang orang itu sudah keras kepala tidak mau bertobat" jawab Dimas merangkul Kania untuk masuk ke dalam rumah Adrian.

‎