Joi, siswa SMA kelas 2 yang cuek dan pendiam, memiliki kemampuan indigo sejak kecil. Kemampuannya melihat hantu membuatnya terbiasa dengan dunia gaib, hingga ia bersikap acuh tak acuh terhadap makhluk halus. Namun, pertemuan tak terduga dengan Anya, hantu cantik yang dikejar hantu lain, mengubah kehidupannya. Anya yang ceria dan usil, terus mengikuti Arka meskipun diusir. Pertikaian dan pertengkaran mereka yang sering terjadi, perlahan-lahan mencairkan sikap cuek Joi dan menciptakan ikatan persahabatan yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joi momo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usaha Joi 2
Setelah perbincangan panjang dan penuh emosi, Ayah Anya akhirnya angkat bicara. "Lalu, bagaimana caranya kau akan mengembalikan ruh Anya kepada jasadnya?" tanyanya dengan suara bergetar, penuh harapan. "Tolong bantulah kami, Nak. Anya adalah anak kami satu-satunya. Kami akan lakukan apa pun, kami akan berikan apa pun padamu jika kau bisa mengembalikan ruhnya." Nada putus asa terdengar jelas dalam setiap kata yang diucapkannya. Ayah Anya memohon, bersedia melakukan apa saja demi putrinya tercinta.
Ibu Anya, yang sedari tadi hanya diam, ikut menimpali dengan suara lirih, "Jika kau bisa membuat Anya sehat kembali, kami akan memberikan banyak uang kepadamu. Rumah mewah, tempat tinggal, bahkan jika kau ingin kuliah sampai ke luar negeri, kami akan membiayainya. Jadi, tolonglah... Kami mohon padamu." Air mata kembali membasahi pipinya, mencerminkan keputusasaan dan harapan yang bercampur aduk menjadi satu. Harta benda, kemewahan, semua itu tak berarti apa-apa dibandingkan kesehatan dan kebahagiaan putri mereka.
Joi memalingkan wajahnya, hatinya terluka mendengar tawaran itu. Ia bergumam lirih, lebih kepada dirinya sendiri, "Jangan pikir aku datang kemari demi uang, kan? Kalian salah menilaiku." Ia menarik napas dalam, berusaha menahan emosinya. "Aku tidak datang hanya karena uang. Aku tidak datang hanya untuk kemewahan. Asal kalian tahu, bahkan aku lari dari kemewahan dan memilih menyendiri di kota ini. Andai kalian tahu siapa orang tuaku..." Suaranya tercekat, menahan air mata. "Tapi sudahlah... Kata-kata kalian sebenarnya sangat menyakitkan karena kalian menganggap aku seolah-olah melakukan semua ini hanya karena harta." Ia merasa direndahkan, seolah-olah ketulusannya diragukan hanya karena ia berasal dari kalangan sederhana.
***
Suasana tiba-tiba berubah. Sesuatu yang tak nyaman terasa menyelimuti ruangan. Udara menjadi pengap, seakan ditekan oleh sesuatu yang berat. Bau anyir, seperti darah, mulai tercium samar-samar. Aura mistis yang dingin dan mencekam semakin terasa, mendekat dengan perlahan. Joi merasa bulu kuduknya berdiri. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, kebingungan dan sedikit ketakutan mulai menguasai dirinya. Apa yang terjadi? Ia tak mengerti, namun instingnya mengatakan bahwa ada sesuatu yang berbahaya mendekat.
Dan ternyata, yang mendekat bukanlah sesuatu yang supranatural, melainkan seorang pria paruh baya dengan pakaian rapi dan setelan mewah—paman Anya. Joi menatapnya dengan dingin. Namun, karena kemampuannya melihat makhluk gaib, Joi juga melihat sesuatu yang lain di belakang paman Anya: sesuatu yang besar, mengerikan, dan sangat menyeramkan. Sebuah makhluk gaib yang aura jahatnya sangat terasa. Seketika itu juga, kecurigaan mulai tumbuh kuat di hati Joi. Ia mulai curiga kepada paman Anya. Ada sesuatu yang disembunyikan, sesuatu yang jauh lebih gelap daripada yang terlihat di permukaan.
Setelah paman Anya masuk, ia pun terkejut melihat Joi.
Joi menatap tajam ke arah pintu di mana berdiri sosok gaib yang sangat kuat yang terlihat tak asing di mata Joi.
Tiba tiba terlintas sebuah peristiwa lalu, gunung tinggi, pasukan hantu dan penculikan ruh Anya.
Semua hal yang janggal pada waktu itu terasa relevan sekarang. Pasti ada sesuatu yang di sembunyikan orang ini.
Pasti ia ada hubungannya dengan Anya yang koma.
Sosok jin itu tampak menyeramkan, menyeringai menunjukan taringnya yang panjang dan matanya yang kuning terang bak matahari pagi.
"Siap kau?" tanya paman Anya "Kau kayak nya bukan orang baik baik ini!"
Aku pun lantas menatap paman Anya tersebut, seperti ingin mengatakan semuanya.
Namun hal ini terlalu sulit untuk di percaya.