NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: tamat
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:276.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

pernikahan selama 20 tahun ternyata hanya jadi persimpangan
hendro ternyata lebih memilih Ratna cinta masa lalunya
parahnya Ratna di dukung oleh rini ibu nya hendro serta angga dan anggi anak mereka ikut mendukung perceraian hendro dan Zahira
Zahira wanita cerdas banyak akal,
tapi dia taat sama suami
setelah lihat hendro selingkuh
maka hendro sudah menetapkan lawan yang salah
mari kita saksikan kebangkitan Zahira
dan kebangkrutan hendro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 05

"Zahira, kita sudah menikah selama 20 tahun. Apa kamu tahu betapa memalukan jika kita bercerai sekarang?" ucap Hendro dengan nada dingin dan penuh tekanan.

"Kalau kamu sadar kita sudah menikah 20 tahun, kenapa masih tega mengkhianati pernikahan ini? Sebelum menikahi Ratna, seharusnya kamu pikirkan dulu bagaimana nasib rumah tangga kita," ucap Zahira tajam, membuat Hendro terdiam tanpa bisa membalas sepatah kata pun.

"Zahira, kamu itu memang nggak berguna! Kerjaanmu cuma ngurus rumah, tapi rumah selalu berantakan. Kamu itu ngerti agama nggak, sih?" ucap Rini tajam, dengan nada tinggi dan penuh penghakiman, seolah-olah hanya dia satu-satunya manusia yang paling paham soal agama dan kebenaran.

"Sedikit saja," jawab Zahira singkat, suaranya tenang namun penuh makna.

"Aku heran sama kamu, shalat rajin, puasa juga rajin, tapi soal hukum poligami saja nggak paham. Sudahlah, terima saja Hendro punya dua istri. Ratna saja ikhlas dipoligami," ucap Rini dengan nada sinis dan merendahkan.

"Kalau begitu, kenapa Ibu nggak kembali ke Pak Wira? Bukankah beliau juga berpoligami? Harusnya Ibu bisa hidup rukun dengan istri mudanya. Tapi nyatanya Ibu malah memilih bercerai, kan?" ucap Zahira dengan tenang, namun tajam—langsung mematahkan argumen ibu mertuanya tanpa perlu meninggikan suara.

"Aku ini wanita terhormat! Beda dengan Sulis, perempuan murahan yang merebut suami orang. Aku tidak pantas dipoligami, apalagi harus tinggal serumah dengan dia!" ucap Rini dengan nada tinggi dan wajah penuh amarah.

"Jadi menurut Ibu, yang menolak poligami itu wanita terhormat, sementara yang menerima poligami justru bukan?" tanya Zahira tenang, namun matanya tajam mengunci wajah Rini.

Rini gelagapan, kesal—karena setiap kalimat Zahira seperti jebakan yang memantul balik, menusuk logikanya sendiri.

"Ya, karena kamu bukan wanita terhormat, makanya kamu harus terima dipoligami!" ucap Rini lantang, tanpa berpikir panjang—kata-katanya meluncur tajam, mencerminkan arogansi tanpa sedikit pun rasa empati.

“Berarti, orang yang naik haji dan rajin sholat itu orang terhina dong?” ucap Zahira dingin. Dalam hatinya ia tahu, orang yang menjadikan agama sebagai tameng nafsu pribadi, hanya menjadikan dalil sebagai alat pembenaran—bukan bentuk ketaatan pada Tuhan, tapi sekadar pembungkus keserakahan yang dibungkus dalih suci.

 "Sudahlah, aku lelah bicara sama orang bodoh!" ucap Rini kesal. Dalam hati, ia heran—Zahira biasanya langsung menurut hanya dengan satu kalimat tajam darinya, tapi hari ini... ada yang berbeda. Zahira tak lagi diam, tak lagi tunduk seperti dulu.

Sementara itu, Hendro diam-diam merasa takjub. Zahira yang kini berdiri di depannya adalah Zahira yang dulu—gadis cerdas, lugas, dan tajam dalam berbicara. Setiap argumen yang dilontarkan mampu ia patahkan dengan tenang, seolah luka yang ia bawa justru menguatkannya kembali.

"Aku ini sama seperti Ibu—seorang wanita terhormat. Justru karena itu, aku tidak mau dipoligami," ucap Zahira tegas, tatapannya lurus dan tanpa ragu, menegaskan bahwa harga dirinya tak bisa dibagi.

"Cih! Wanita terhormat, katanya? Kamu itu cuma perempuan kampung—nggak modis, nggak berpendidikan. Aku malu punya menantu seperti kamu!" ucap Rini dengan nada sinis, tatapannya penuh penghinaan, seolah ingin merobek sisa harga diri Zahira.

"Ya, saya kampungan, tidak berpendidikan, tidak modis—tapi saya punya satu kelebihan, sama seperti Ibu," ucap Zahira tenang, tatapannya menusuk, membuat Rini terdiam seketika.

"Kamu tidak selevel denganku!" ucap Rini tajam, penuh kesombongan dan amarah yang membuncah.

"Aku sama seperti Ibu—sama-sama kehilangan suami karena pelakor. Bedanya, kelebihanku adalah... aku bukan pelakornya," ucap Zahira perlahan, mengeja setiap kata dengan tenang namun menusuk, membuat udara seolah membeku di sekitarnya.

“Kamu nggak bisa disamakan dengan Ratna! Dia itu modis, punya karier bagus, dihormati banyak orang. Sedangkan kamu? Cuma wanita desa—nggak punya apa-apa, nggak berguna!” ucap Rini dengan nada sinis dan pandangan merendahkan.

“Kalau begitu, kenapa Ibu tidak menghormati Bu Sulis? Dia juga cantik, modis, punya karier bagus—dan yang paling penting, dia merebut suami Ibu. Ibu harusnya hormat juga dong sama Bu Sulis,” ucap Zahira tenang, menyiratkan sindiran tajam yang menampar balik.

"Diam kamu, Zahira!" teriak Rini dengan suara tajam penuh amarah.

Sementara itu, Hendro menatap Zahira tajam, berharap sorot matanya mampu membuat wanita itu tunduk seperti dulu. Namun harapannya pupus—Zahira tak gentar sedikit pun. Tatapannya justru balik menantang, menegaskan satu hal: ia tak akan pernah tunduk lagi..

"Mamah ini memang nggak tahu diri, ya. Cinta Papah itu cuma buat Tante Ratna! Kalau Mamah sampai bercerai, itu bakal bikin malu keluarga, dan jujur aja... aku bisa benci sama Mamah!" ucap Anggi kesal, tak menyembunyikan amarahnya terhadap sikap ibunya yang dianggap keras kepala.

“Lebih mencoreng mana? Menikah diam-diam tanpa seizin istri pertama, atau aku yang menuntut cerai? Papahmu itu abdi negara, seharusnya paham aturan dan Undang-Undang ASN, bukan malah main belakang seperti ini,” ucap Zahira dengan nada datar, namun setiap katanya mengandung tekanan yang membuat suasana semakin tegang.m

"Zahira... semakin kamu bicara, semakin aku muak. Sudahi saja pertengkaran ini. Kalau kamu nggak mau angkat barang, ya sudah, nggak masalah. Tapi tolong, diam. Jangan banyak omong lagi," ucap Hendro dengan nada dingin dan tegas, mencoba mengakhiri perdebatan yang makin panas.

"Ih, aku nggak mau angkat barang, nanti kuku aku patah," ucap Anggi manja dengan nada kesal.

"Iya, Mamah maunya apa sih? Nggak dewasa banget!" ucap Angga dengan nada kesal, memutar bola matanya seolah muak menghadapi sikap ibunya.

"Aku ingin bercerai," ucap Zahira dengan suara tenang, datar, tanpa sedikit pun emosi di wajahnya.

“Kamu benar-benar kekanak-kanakan, Zahira. Sudah setua ini, malah ngomong cerai segala,” ucap Hendro dengan nada sinis, matanya menatap tajam penuh ejekan.

“Kamu memang egois, Zahira! Kamu nggak pernah mau mengerti keinginan Hendro. Dari dulu Hendro hanya mencintai Ratna! Kalau kamu ngotot bercerai, itu bisa merusak citra dan karier Hendro!” bentak Rini, suaranya penuh amarah dan tuduhan.

"Iya, Mamah coba deh mikir lebih dewasa. Aku aja yang masih remaja bisa ngerti semua ini. Jujur, aku nyesel lahir dari rahim Mamah... harusnya aku dilahirkan dari rahim Tante Ratna!" ucap Anggi tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, kata-katanya menusuk seperti pisau ke dada Zahira.

“Iya, Zahira… hiduplah sesukamu. Tapi kalau kamu bercerai denganku, apa kamu yakin bisa hidup tanpa aku?” ucap Hendro dengan nada meremehkan.

“Kalian ini kenapa begitu repot mengatur hidupku? Aku mau hidup, mau mati, mau makan atau tidak, itu urusanku. Aku cuma ingin satu hal—cerai. Jadi tolong, jatuhkan talak sekarang juga,” ucap Zahira dengan suara tenang tapi tajam.

"Mamah itu benar-benar memuakkan! Apa Mamah nggak bisa kasih sedikit aja kebahagiaan buat kami? Terimalah pernikahan Papah dengan Tante Ratna, jalani hidup seperti biasa. Kami jauh lebih cocok hidup sama Tante Ratna daripada sama Mamah!" ucap Angga dengan nada tinggi dan wajah penuh kejengkelan.

"Dengar tuh ucapan anakmu, Zahira. Coba kamu bersikap dewasa sedikit, seperti Ratna yang bahkan mau menerima kamu sebagai madu," ucap Hendro dengan nada sinis, membandingkan tanpa rasa bersalah.

"Maaf, aku bukan Ratna. Aku tetap ingin bercerai," ucap Zahira dengan tenang namun tegas.

"Plak!"

Tanpa aba-aba, Anggi menampar Zahira.

Rasa panas menjalar di pipi, tapi jauh lebih perih luka di hati—seorang ibu yang membesarkan dengan kasih, kini diperlakukan seperti musuh oleh anak kandungnya sendiri.

1
Alif
bisa2nya ank kandungnya mau di jual
Alif
apa yg kau tanam itulah yg akan kau petik
Alif
klo otak kalian bs mikir psti gk percaya tp klo otak kalian dangkal tamat lah kalian kena jaring siluman rubah
Alif
sukma dan langit kyaknya anak kandung zahra yg di adopsi adit
Alif
oh bner klo bukan anak nya zahira lha wong modelnya dan kelakuanya kyk emak bpknya, ksian aj zahira telah di tipu
Alif
katanya di suruh bw Adit, apa aq gagal faham yaa
Alif
emang ibunya sudah mendiang ya, la yang di rmh itu siapa😇
Alif
itulah hasil didikanmu oke kaan..
Darma Taksiah
keren
Naning Naning
bener2 tamat thorrr..... ga ada bonchap nya
muthia
cm bs 😭😭😭😭😭😭😭😭
muthia
klau td cm g di sukai sama mertua sih di selingkuh u suami mungkin msh bs di tahan nah ini anak sendiri yg kaya gitu ya Allah sedih nya😭😭
Purnama Pasedu
cinta yg sejati,akan bertemu walau berliku
Maharani Rania
kaya nya anak kandung Zahira yg di buang
SOPYAN KAMALGrab: ka tolong kasih ulasannya ka...
total 1 replies
Sonya Nada Atika
ceritanya keren bgt.baru ini novel yg tak ku skip halaman nya...dr awal smp akhir
SOPYAN KAMALGrab: tolong kasih ulasan ka/Pray/
total 1 replies
Raden
keluarga tocix kecuali zahira
Earlyta a.s Salsabila
👍
Erna M Jen
dasar anak durhaka kau anggi
Zainuri Zaira
trus ratna gimna mati atw selamat..kok udh tamat
Zainuri Zaira
mungkin uangx digunakan zahira utk modal melawan balik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!