tok.. tok.. tok..
"Aris bangun" teriak Qiara sambil mengetok pintu kamar lelaki berusia 7 tahun.
tak lama pintu terbuka
"panggil kakak, aku lebih besar dari mu 2 tahun" katanya sambil melengos tak suka.
ia selalu merasa risih karena di ikuti anak kecil itu, Qiara seperti anak Ayam yang mengikuti induk nya.
"cuma beda dua tahun"
Qiara senyum-senyum tidak jelas
Qiara gadis kecil yang manis ceria, energik dan penuh semangat.
namun kejadian naas merenggut nyawa keluarga nya.
membuat ia hidup sebatang kara.
waktu semakin berlalu hari selalu berganti sampai remaja menanti entah sadar atu tidak perasaan tumbuh makin besar dalam hati Qiara untuk Aris.
Namun entah bagai mana dengan Aris, bagai mana jika arismerasa risih ,tidak suka, menjauh, menghindar, atau mengusir dengan kasar.
Dan bagaimana jika Qiara memiliki rahasia besar yang hanya ia simpan sendirian
"Aris tunggu" teriak Qiara remaja mengejar Aris.
"sial" Guam Aris, mempercepat langkah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @d.midah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
01
Bayi kecil menggeliat dalam tidurnya nya, dua tangan nya menggenggam dua tangan yang berbeda satu tangan milik kakak nya Nauval sedang satu lagi menggenggam tangan Aris teman bermain Nauval.
"Qiara lucu kan Aris". Matanya menatap kagum pada sosok adiknya yang lebih mungil dari nya.
"Ia Al Qia sangat lucu".
Aris sangat setuju.
di pagi yang cerah nyaman untuk di pakai berjemur di taman halaman rumah.
"Rambutnya sangat indah dan tebal".
Nauval mengusap kepala bayi Qiara membuat nya tidur kembali namun tidak melepaskan genggaman tangan nya, tampak sorot mata bocah kecil itu menampakan kasih sayang untuk Qiara.
"senyumnya juga manis". Tambah Aris.
Tidak beda jauh dengan Aris meski ia hanya melihat Qiara tanpa melakukan apapun namun sorot matanya menunjukan bahwa ia menyayangi bayi itu.
"lihat bukankah sudah ku bilang, Aris juga menginginkan adik, kapan mau nyusul bikin adik buat Aris".
tanya Rima bercanda.
"kapan-kapan kalo udah siap, kamu tau kan waktu hamil Aris aku dan Adnan ngidam nya parah banget". Rina menatap anak-anak.
"masih ke bayang di ingatan aku, waktu kamu hamil Aris bagaimana kamu dan Adnan muntah bersama di pagi hari, segala yang kalian cium membuat mual dan yang lebih parah nya lagi ngidam nya yang aneh-aneh" itu membuat keduanya Rina dan Adnan ingin menunda menambah momongan sampai mereka siap.
Rima terkekeh.
"iya aku ngeri banget pasti repo ya".
" banget"
"berbeda dengan aku yang ngidam parah waktu hamil, kamu justru sebalik nya kamu aman-aman aja bahkan waktu hamil Qiara kamu cenderung lebih sehat dari hari-hari biasa, ngidam pun jarang dan masih di kategori kan wajar". Seandainya Rina pun begitu ia siap hamil lagi.
Rima dan Rina mereka datang dari kota berbeda bertemu setelah pindah rumah di hari yang sama.
"gak kerasa ya, kita udah punya anak aja, kamu bahkan udah dua".
memiliki rumah bersebelahan membuat mereka sering menyapa lama-lama semakin akrab.
"Ia dulu kita malu-malu kalo mau saling sapa".
melakukan berbagai hal bersama bahkan sampai hamil anak pertama pun di takdir kan bersama.
"sekarang tetangga juga udah tau kita bukan kembar". Mereka terkekeh.
Tetangga lain yang tidak tau menyangka mereka kembar memiliki nama yang hampir sama bahkan paras mereka pun sama-sama cantik dan anggun padahal wajah mereka tidak mirip.
"bunda dede Qia bangun"
Nauval mengusap kembali kepala bayi Qiara namun tidak membuat nya tertidur.
"suuuuut, bobo lagi dede Qia".
Sedangkan Aris mengusap perut nya berharap Qiara tidur kembali, ia selalu khawatir Qiara menangis.
"gak papa sayang Dede Qia nya mungkin haus"
Rima mengambil Qiara dari stroller lalu menggendong memberi nya asi.
Rina menarik dua Kakak yang sedang menatap Qiara dengan sorot khawatir, mengusap dua kepala bocah itu.
"lihat Dede Qia nya kehausan"
Aris mengangguk membenarkan perkataan mama nya.
"mama kenapa Dede Qia suka menangis, nangis nya kencang lagi".
Aris terkadang heran dengan bayi yang masih berumur satu Minggu itu yang suka tiba-tiba menangis padahal tidak ada yang membuat nya takut, malahan semua orang selalu menjaganya.
"bayi memang begitu sayang, dia masih belum bisa bicara jadi komunikasi nya selain senyum dan tertawa kalo ada yang gak nyaman pasti menangis".
Aris mengangguk tanda ia mengerti.
sama halnya dengan Nauval.
"kalo gitu Al pengen buat Dede Qia nyaman supaya dede Qia gak nangis"
tekad Nauval ingin menjadi kakak yang baik untuk sang adik.
"Aris juga".
Aris mengangguk membenarkan meski tidak mengucapkan tapi dalam hati ia pun memiliki keinginan yang sama.
"benarkah, tentu harus dong, jadi kakak yang baik dan sayang adik".
Rina terkekeh mendengar penuturan bocah itu.
"Ya ampun dua kakak ini luar biasa meski masih kecil tapi niat nya udah hebat".
Rina memeluk dua anak laki-laki itu dengan gemas.
Meski mereka masih kecil tapi keinginan nya sungguh patut di acungi jempol meski hanya ucap bocah belaka tapi patut di apresiasi.
"Al janji mama Bunda, Al bakal jadi Kaka yang baik sayang Dede dan bakal lindungi Dede".
Nauval mengangkat tangan nya bersumpah
entah belajar dimana anak itu melakukan hal itu namun perkataan Nauval menenangkan kan hati dua ibu yang menyaksikan nya.
'aris juga ingin menjaga Qiara'.
Aris pun mengangguk dalam hati ia pun menjanjikan hal yang sama, meski tanpa kata tapi mata nya tetap tidak Ter alihkan dari bayi yang kini sudah mulai terlelap lagi di gendongan Rima lalu kembali membaringkan nya di dalam stroller, agar sorot sinar matahari pagi.
" Dede Qia lucu, pipi nya kaya bakpao".
Aris bergumam, namun gumaman nya cukup untuk di dengar, membuat dua ibu itu terkekeh.
"dia gak sadar pipi nya sendiri juga kaya bakpao".
Rina mengigit gemas pipi anak nya sendiri.
"hahaha.. pipi kamu kaya bakpao"
Nauval terkikik geli melihat Aris di gigit mama nya.
"sayang pipi kamu juga kaya bakpao"
Rima pun melakukan hal yang sama dia menggigit gemas putranya sampai anak itu kegelian.
"bunda udah iih nanti pipi Al basah".
Rima pun menghentikan nyan berganti menciumi pipi putranya dengan gemas.
Hal yang sama di lakukan Rima pada putranya Aris.
ia menciumi putranya dengan sayang.
Terdengar langkah kaki mendekati mereka
"lagi pada apa seru banget".
Adnan papa Aris mengangkat putranya ke pangkuan masing masing.
Adnan memangku putranya Aris.
sedangkan Bima memangku putranya Nauval.
"ia seru-seruan nya ga ajak-ajak".
bima mengusap putranya Nauval terlebih dahulu setelahnya melihat putrinya yang terlelap.
"Putri ayah tidurnya nyenyak banget".
"tadi Ade bangun karna haus terus tidur lagi"
di ikuti Nauval ikut mengusap kepala Qiara yang terlelap, membuat bayi itu menggeliat.
"udah pada pulang joging, bukannya langsung bersih-bersih, malah pegang-pegang Qia".
"liat keringetan banget pada mandi sana". Perintah Rima pada suaminya Bima.
"Ia gerah banget"
terlihat banyak keringat bercucuran dari pelipis dua pria itu.
"dede Qiara nya jangan dulu di sentuh bukan nya mandi dulu, nanti bakteri nya nempel ke Qiara dia kan masih rentan"
Rina mendorong suaminya menjauhi Qiara.
"maaf lupa sayang, kalo gitu aku mandi dulu ya"
Adnan meninggal kan halaman.
"kamu juga mandi dulu baru boleh main sama Dede Qiara".
"ia ia aku juga mandi dulu"
bima pun ikut meninggal kan halaman.
lanjut membersihkan diri sebelum ikut bergabung kembali bermain dengan anak-anak mereka.
"lihat Qiara kecil nya aja udah jadi pusat perhatian, apalagi kalo udah gede pasti lebih banyak lagi". Rina mengusap surai Qiara hati-hati agar tidak mengusik tidur nyenyak nya.