NovelToon NovelToon
Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Dewa Alkemis Pengurai Jiwa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Epik Petualangan / Iblis / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Perperangan
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

“Yang hidup akan ditumbuk menjadi pil, yang mati akan dipaksa bangkit oleh alkimia. Bila dunia ingin langit bersih kembali, maka kitab itu harus dikubur lebih dalam dari jiwa manusia…”

Di dunia tempat para kultivator mencari kekuatan abadi, seorang budak menemukan warisan terlarang — Kitab Alkimia Surgawi.
Dengan tubuh yang lemah tanpa aliran Qi dan jiwa yang hancur, ia menapaki jalan darah dan api untuk menantang surga.

Dari budak hina menuju tahta seorang Dewa Alkemis sekaligus Maharaja abadi, kisahnya bukanlah tentang keadilan… melainkan tentang harga dari kekuatan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 : Tamu yang Tak Terduga

Sinar matahari pagi menembus celah jendela kamar Li Yao dan menerangi wajahnya yang masih terlelap. Udara pagi membawa aroma segar dari embun dan bunga liar yang tumbuh di sekitar desa Shuijing.

Li Yao membuka matanya perlahan lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menghilangkan rasa kantuk. Tubuhnya terasa sedikit pegal akibat meditasi semalam walaupun tidak terlalu lama, tapi pikirannya terasa lebih jernih.

"Tidak terasa sudah pagi…" gumamnya pelan sambil bangkit dari tempat tidurnya yang sederhana. Ia lalu berjalan ke meja kecil di sudut kamar kemudian menuangkan air dari kendi tanah liat, kemudian membasuhkan air itu ke wajahnya. Percikan air dingin itu membuat wajahnya tersadar sepenuhnya.

Setelah merapikan dirinya, Li Yao kemudian melangkah ke ruang tamu. Aroma bubur panas dan teh herbal menyambut pagi dengan hangat. Pemilik penginapan, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyajikan semangkuk bubur beras hangat dengan taburan bawang kering di atasnya.

“Pagi Tuan Li,” sapanya. “Apakah Tidurnya nyenyak?”

Li Yao mengangguk singkat. “Cukup baik. Terima kasih untuk sarapannya bibi.”

Ia duduk di bangku kayu menikmati bubur perlahan sambil menyesap teh hangat. Di sela suapan, pikirannya teringat kembali Lan Ci.

“Bibi, aku mau bertanya… Apakah bibi melihat Lan Ci ke?” tanya Li Yao dengan nada tenang, namun ada sedikit kekhawatiran di matanya.

Pemilik penginapan yang sedang merapikan meja menoleh dan menjawab, “Nona Lan Ci sudah dua hari tidak tinggal di sini. Sekarang dia bekerja sebagai pelayan di toko obat milik Tuan Tang.”

Mendengar jawaban itu, Li Yao menghela napas lega. “Syukurlah, Mungkin memang lebih baik baginya hidup seperti itu, daripada harus terus mengikutiku.”

Ia terdiam sejenak, lalu menatap pemilik penginapan. “Bibi, bolehkah aku menitipkan sesuatu untuknya?”

Tanpa menunggu jawaban, Li Yao merogoh sakunya mengambil selembar kertas dan menuliskan beberapa baris kata. Ia menyerahkan lipatan kertas itu pada sang pemilik penginapan.

“Mungkin aku akan lama tidak kembali ke sini. Ada sesuatu yang harus kulakukan. Tolong sampaikan ini pada Lan Ci ya Bibi.”

Selain surat, Li Yao juga menyerahkan beberapa koin emas.

“Dan ini juga…” katanya, sambil mengeluarkan 15 botol obat dari tasnya. Botol-botol itu adalah obat penyembuh yang selalu di jual di toko Tuan Tang.

“Berikan ini kepada Tuan Tang. Anggap saja sebagai ucapan terima kasihku karena sudah menjaga Lan Ci.”

Pemilik penginapan tertegun melihat koin emas yang begitu banyak dan botol-botol obat yang ditaruh di atas meja. “Tuan Li, apa benar Anda akan pergi?” tanyanya ragu.

Li Yao mengangguk. “Ya Bibi. Ada sesuatu di luar sana yang harus kuselesaikan. Mungkin aku akan lama tidak kembali. Aku titip Lan Ci pada bibi.”

Setelah menghabiskan bubur hangatnya, Li Yao berdiri dan mengambil tas yang selalu ia bawa, dan melangkah menuju pintu.

“Sampai jumpa lagi Bibi,” ucapnya singkat.

Pemilik penginapan hanya bisa melihat punggung Li Yao yang perlahan menjauh. Ada rasa sedih di hatinya seakan ia tahu perjalanan pemuda itu tidak akan mudah.

Di luar penginapan, Li Yao sempat menatap toko obat milik Tuan Tang dari kejauhan. Bibirnya melengkung membentuk senyum tipis.

“Hiduplah dengan tenang Lan Ci… Kita berpisah di sini.”

Dengan langkah mantap ia beranjak pergi.

“Hari ini… aku harus menemuinya di Penginapan Mata Air Timur,”.

Desa Shuijing mulai hidup dengan kesibukan pagi. Pedagang membuka lapak-lapak mereka, anak-anak berlarian sambil tertawa riang, dan suara palu dari bengkel pandai besi terdengar di kejauhan. Namun, di balik kedamaian ini, beberapa hari yang lalu sempat terjadi peristiwa besar yaitu langit yang berubah warna menjadi merah darah, ini adalah sesuatu yang mengguncang dunia kultivator.

Bagi penduduk biasa, semua itu hanyalah pertanda biasa. Tapi bagi dunia kultivator kejadian itu adalah pertanda buruk, bahkan mungkin bencana yang akan datang.

Sementara itu, Li Yao terus melangkah melewati jalanan desa menuju Penginapan Mata Air Timur yang tak terlalu jauh dari toko obat Tuan Tang.

Li Yao akhirnya tiba di depan Penginapan Mata Air Timur, salah satu penginapan terbesar dan paling mewah di Desa Shuijing. Bangunannya menjulang tinggi, dihiasi ukiran ukiran kayu dengan lentera merah bergelantungan di setiap sudut. Aroma harum teh melati tercium dari dalam bercampur dengan suara musik lembut dari seruling bambu.

Dengan langkah tenang Li Yao masuk ke lobi penginapan. Matanya segera menyapu ruangan yang penuh dengan orang-orang berpakaian indah, kebanyakan dari mereka adalah bangsawan atau saudagar kaya. Sangat Kontras dengan penampilan Li Yao yang sederhana, pakaian lusuhnya dan tas besar di punggungnya tampak begitu mencolok di antara kemewahan itu.

Ia mendekati meja yang ada disebelah kanan.

“Permisi, apakah di sini ada seorang tamu bernama Yue Xian?” tanyanya dengan nada sopan.

Pemilik penginapan seorang wanita paruh baya dengan penampilan rapi mengangkat wajahnya. Matanya langsung menatap Li Yao dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ada rasa heran di wajahnya, seolah menilai bahwa pria di hadapannya tidak pantas berada di tempat semewah ini.

Pandangannya turun ke tas besar yang digendong Li Yao. Tas ini, terlalu besar dan lusuh untuk seorang tamu di penginapan seperti ini. Rasa curiga pun muncul di benaknya.

Namun, saat mengingat nama Yue Xian, pemilik penginapan itu terdiam. Yue Xian sendiri pernah berpesan bahwa jika ada seseorang yang mencarinya datang, dia adalah tamu terhormatnya. Tapi melihat keadaan orang yang mencarinya sekarang, pemilik penginapan sulit mempercayai hal itu.

Tatapan wanita itu terus memperhatikan Li yao, seolah ingin menilai lebih dalam. Li Yao mulai merasa tidak nyaman dengan tatapan wanita pemilik penginapan ini. Matanya akhirnya menyipit menatap pemilik penginapan dengan tatapan dingin.

“Kalau yang kamu cari adalah Nona Yue Xian, dia sudah meninggalkan penginapan ini dua hari yang lalu,” ucap pemilik penginapan dengan nada datar, matanya menatap Li Yao dari atas ke bawah dengan sikap setengah meremehkan.

Mendengar hal itu, Li Yao terdiam sejenak. Ada sedikit rasa bingung dan kecewa yang tidak bisa ia sembunyikan.

“Baiklah, terima kasih Nyonya,” ucapnya sopan. Ia kemudian berbalik untuk meninggalkan Penginapan Mata Air Timur.

Namun, baru saja ia melangkah, suara wanita itu kembali terdengar dengan nada agak ketus.

“Tunggu sebentar!”

Li Yao menghentikan langkahnya dan menoleh dengan kening berkerut. “Ada apa lagi Nyonya?”

Wanita itu berjalan dengan langkah santai, lalu mengambil sesuatu dari laci di meja depan. “Ini ada titipan dari Nona Yue Xian untukmu.” Ucapannya terdengar dingin, seolah ia ragu bahwa pria berpakaian lusuh seperti Li Yao benar-benar mengenal tamu terhormat sekelas Yue Xian.

Li Yao mendekat menerima sebuah amplop bersegel dengan wajah tenang.

“Ini apa?”

“Aku juga tidak tahu isinya,” jawab pemilik penginapan dengan sorot mata yang sinis.

“Yang jelas, sebelum Nona Yue Xian pergi, ia menitipkan surat ini untuk tamu terhormatnya. Sejujurnya, aku agak heran, ternyata tamu terhormatnya adalah dirimu.”

Li Yao menatap wanita itu tanpa banyak bicara. Hanya dengan satu anggukan ia berkata.

“Terima kasih”

Ia lalu berbalik dan melangkah keluar dari penginapan, meninggalkan tatapan penuh rasa heran sekaligus meremehkan dari pemilik penginapan Mata Air Timur.

1
Eko Lana
alur cerita yang bagus dan menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!